0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan27 halaman
Akuntansi Syariah menjadi topik yang menarik sejak tahun 1980-an karena munculnya lembaga keuangan Islam. Dokumen ini membahas latar belakang, konsep akuntansi dalam Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits, perbedaan akuntansi Syariah dengan konvensional, serta pendekatan pengembangan akuntansi Syariah.
Akuntansi Syariah menjadi topik yang menarik sejak tahun 1980-an karena munculnya lembaga keuangan Islam. Dokumen ini membahas latar belakang, konsep akuntansi dalam Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits, perbedaan akuntansi Syariah dengan konvensional, serta pendekatan pengembangan akuntansi Syariah.
Akuntansi Syariah menjadi topik yang menarik sejak tahun 1980-an karena munculnya lembaga keuangan Islam. Dokumen ini membahas latar belakang, konsep akuntansi dalam Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits, perbedaan akuntansi Syariah dengan konvensional, serta pendekatan pengembangan akuntansi Syariah.
menarik sejak sekitar tahun 1980an munculnya berbagai lembaga keuangan yang
mencoba berusaha dengan menerapkan prinsip-
prinsip islam Dibutuhkan dasar bagi penerapan dan
pengembangan standar akuntansi yang berbeda
dengan standar akuntansi bank dan lembaga konvensional seperti yang telah dikenal selama ini Benarkah Akuntansi Ada di Dalam Islam? Akuntansi di dalam Islam Allah tidak membiarkan kita bebas tanpa monitoring/pengawasan dan pencatatan dari Allah Allah memiliki malaikat Raqib dan Atid yang tugasnya mirip dengan tugas akuntan, yaitu mencatat setiap kegiatan maupun transaksi yang dilakukan oleh setiap manusia, yang menghasilkan buku yang disebut Sijjin (Laporan Amal Baik) dan Illyin (laporan Amal Buruk) yg nantinya akan dilaporkan kepada kita di akhirat nanti untuk pertanggungjawaban. Benarkah Akuntansi Ada di Dalam Islam? Al-Infithaar ayat 10-12, yang berbunyi: “Padahal sesungguhnya pada kamu ada malikat yang mengawasi pekerjaanmu. Yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat pekerjaanmu itu. Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Tidak ada satupun transaksi yang dilakukan oleh manusia yang luput dari pengawasan Allah Al-Zalzalah ayat 7-8 yang berbunyi: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrahpun niscaya Dia melihatnya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrahpun Dia akan melihatnya”. Benarkah akuntansi ada di Dalam Islam?
Allah juga memerintahkan umat Islam agar
melakukan pencatatan pada saat bermuamalah tidak secara tunai Al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menulisnya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis ..........¨ Surah Al-Baqarah ayat 282 menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan (kitabah) dalam bermuamalah (bertransaksi), penunjukan seorang pencatat beserta saksinya, dasar-dasarnya, dan manfaat-manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum yang harus dipedomani dalam hal tersebut Benarkah akuntansi ada di Dalam Islam? Muamalah disini diartikan seperti kegiatan jual- beli, berutang-piutang, sewa-menyewa dan sebagainya. Dari Al-Baqarah ayat 282 ini dapat kita catat
bahwa dalam islam sejak munculnya peradaban
Islam yang di bawa Nabi Muhammad Saw, telah ada perintah untuk kebenaran, keadilan diantara kedua pihak yang mempunyai hubungan muamalah tadi (sekarang dikenal dengan nama Accountability) Benarkah akuntansi ada di Dalam Islam? Asy-Syu’ara ayat 181-184 yang berbunyi: ”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.” Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Dr. Umar Chapra juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Agar pengukuran tersebut dilakukan dengan benar, maka perlu adanya fungsi auditing. Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yg berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Pengertian Akuntansi dalam Konsep Islam Dalam istilah Islam (bahasa arab), akuntansi disebut sebagai Muhasabah yang berasal dari kata hasaba, hasiba, muhasabah, hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasikan, mendata, atau menghisab, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu Pengertian Akuntansi dalam Konsep Islam Prof. Dr. Omar Abdullah Zaid dalam buku Akuntansi Syariah halaman 57 mendefinisikan akuntansi sbb: ”Muhasabah, yaitu suatu aktifitas yang teratur
berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi,
tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang sesuai dengan syari’at dan jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif, serta berkaitan dengan pengukuran dengan hasil-hasil keuangan yang berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan- tindakan, dan keputusan-keputusan tsb. utk membentuk pengambilan keputusan yg tepat”. Pengertian Akuntansi dalam Konsep Islam Akuntansi syariah adalah suatu proses, metode, dan teknik pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran transaksi, dan kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dalam bentuk satuan uang, guna mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi suatu entitas ekonomi yang pengelolaan usahanya berlandaskan syariah, untuk dapat digunakan sebagai bahan mengambil keputusan- keputusan ekonomi dan memilih alternatif-alternatif tindakan bagi para pemakainya. Pengertian Akuntansi secara Umum APB (Accounting Principal Board) Statement No.4 mendefinisikan sebagai berikut: “akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara beberapa alternatif. Pengertian Akuntansi secara Umum • AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) mendefinisikan sebagai berikut: “akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk penafsiran hasil-hasilnya” Tujuan Akuntansi Syariah Merealisasikan kecintaan utama kepada Allah SWT, dengan melaksanakan akuntabilitas ketundukan dan kreativitas, atas transaksi-transaksi, kejadian-kejadian ekonomi serta proses produksi dalam organisasi, yang penyampaian informasinya bersifat material, batin maupun spiritual, sesuai nilai-nilai Islam dan tujuan syariah (Mulawarman) Akuntansi Syariah vs Akuntansi Kapitalis
Menurut teori colonial model Gambling dan Karim, jika
akuntansi itu berbeda dalam filosofinya, maka berbeda pula tekniknya. Akuntansi Syariah: 1. Filosofinya berdasarkan pada filosofi Islam yang tertuang dalam Alquran dan Sunnah. 2. Konsep/prinsip: bertanggungjawab di dunia dan akhirat, keadilan, kejujuran dan ketaatan pada syariah. 3. Tekniknya banyak persamaan dengan teknik akuntansi konvensional. Akuntansi Kapitalis/konvensional:
1. Filosofinya berdasarkan pada ideologi sekuler yang
tidak mengenal Tuhan. Pemikiran yang didasarkan pada rasio dan nafsu. 2. Konsep/prinsip: tidak bertanggungjawab pada akhirat, berpihak pada kapitalis, orientasi keuntungan semata, dll. 3. Tekniknya banyak persamaan dengan teknik akuntansi syariah. Menurut Sahul Hamid (2001) secara garis besar, perbedaan antara akuntansi Islam dan Akuntansi konvensional: Isu Ak. Konvensional Ak. Syariah Tujuan Akhir Manfaat bagi keputusan Orientasi falah dan maslahah, investor dan kreditur, orientasi kesejahteraan sosial dan pasar modal akuntabilitas islami Pengguna Pelaku Pasar dan suplier Masyarakat dan stakeholder keuangan Nilai yang dibawa Pengukuran secara moneter Pengukuran terhadap kegiatan terhadap kegiatan ekonomi sosial ekonomi, termasuk internal eksternalitas, pelanggaran syariah, tidak selalu keuangan Pengukuran Moneter, historic cost Moneter dan non-moneter, balance store card, current valuation disclosure Semua kegiatan ekonomi Kegiatan sosial ekonomi dan “material” kepatuhan syariah. Pendekatan dalam Mengembangkan Akuntansi Syariah Pendekatan induktif (Inductive approach) Akuntansi syariah dikembangkan dari praktik akuntansi konvensional yang sudah ada dengan beberapa penyesuaian untuk memastikan kesesuaian dengan ajaran Islam Pendekatan deduktif (Deductive approach) Akuntansi syariah dikembangkan murni dari prinsip-prinsip Islam yang terdapat dalam Qur’an dan Sunnah Pendekatan Hybrid (Hybrid approach) Akuntansi syariah dikembangkan berdasarkan ajaran Islam
dan masalah-masalah di masyarakat yang akuntansi bisa
berkontribusi menyelesaikannya. (Hameed, 2000) Perkembangan metode induktif Diinisiasi dan dipromosikan oleh Perbankan syariah baik di tingkat nasional maupun Global Dikembangkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia melalui standar-standar akuntansi syariah. Didukung oleh Majelis Ulama Indonesia, Indonesian, Bank Indonesia, OJK dan akademisi. Diimplementasikan oleh Bank Syariah, Koperasi syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. Perkembangan Akuntansi Syariah – Pendekatan Induktif
I. 1992 - 2002 : Fase tidak ada standar akuntansi
syariah walau sudah ada Bank Syariah II. 2002 - 2007 : Fase Single standard – PSAK 59. III. 2007 – sekarang : Fase Multi standard Fase tanpa Standar akuntansi Syariah (1992 – 2002) Bank syariah pertama di Indonesia (Bank Muamalat) mulai beroperasi tahun 1992, diikuti oleh Bank Syariah Mandiri 1997. Tidak ada standar akuntansi syariah diterbitkan oleh IAI selama periode ini. Walaupun AAOIFI telah mempublikasikan standarnya sejak 1993, kedua Bank syariah tersebut umumnya menggunakan standar PSAK 31 (standar akuntansi untuk bank konvensional) Single Standard - PSAK 59 (2002 – 2007) PSAK 59 menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri atas: (1) Neraca; (2) Laporan Laba Rugi; (3) Laporan Arus Kas; (4) Laporan Perubahan Ekuitas Pemegang saham; (5) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat (6) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan (8) Catatan atas laporan keuangan Fase multi standards (2007 – sekarang) Sebelum fase ini, IAI mendirikan Komite Akuntansi Syariah (KAS) di tahun 2005 dan menghasilkan 7 exposure drafts in 2006. Anggota KAS merupakan perwakilan dari: IAI Dewan Syariah Nasional Bank Indonesia BAPEPAM Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia Asosiasi Perusahaan Asuransi Indonesia Akademisi Tantangan pengembangan AkSyar pada metode Induktif Tantangan utama adalah dominasi IFRS yang mendorong harmonisasi (keseragaman) Lambatnya perkembangan AAOIFI dan standar syariah IAI Pendekatan Hybrid Memadukan prinsip yang digariskan oleh syariah Islam dengan persoalan kontemporer masyarakat. Berdasarkan itu selanjutnya diidentifikasi kebutuhan infomasi oleh para pengguna laporan keuangan dalam perspektif Islam. Setelah itu barulah akuntansi syariah dikembangkan
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya