Anda di halaman 1dari 70

OBAT-2 OTONOM

Kiaonarni O.W.
SUSUNAN SARAF OTONOM
DEFINISI
Susunan Saraf Otonom adalah susunan
syaraf yang mensyarafi organ-organ otonom
yaitu organ-organ yang dapat bekerja
sendiri (diluar kesadaran), tanpa diperintah
oleh organ lain, mis ; jantung, usus

S.S.O dibagi menjadi 2 :


1. S.S Simpatis
2. S.S Para simpatis
I. Saraf Simpatis
Keluar dari daerah thorax (ruas-ruas tl.dada)
dan lumbal (ruas-ruas tl.panggul) 
THORACOLUMBAL

II. Saraf Para Simpatis


Atas : Cranium CRANIOSACRA
Buntut : Sacrum L
S.PARA
S.SIMPATIS SIMPATIS

Neuron Neuron
preganglionik preganglionik

ACETYLCHOLIN
ACETYLCHOLIN

postganglionik postganglionik

NOR ADRENALIN (NE) ACETYLCHOLIN


Efektor Efektor
sel
Reseptor : sel
Reseptor :
α, β(β1, β2)

ADRENERGIK = KOLINERGIK =
SIMPATOMIMETIK PARASIMPATOMIMETIK

Cholinoreseptor

Muskarinik Nikotinik
 Organ – organ otonom pada umumnya :
pensyarafan ganda tetapi tidak sama porsi
dan kekuatannya.
Misalnya :
• simpatis lebih menonjol : cardiovascular
• para simpatis lebih menonjol : usus
• jantung 
- simpatis : merangsang ( T.D meningkat )
- para simpatis : menghambat ( T.D menurun )

• Kel. Ludah  - simpatis : saliva kental


- para simpatis : saliva encer
PERKECUALIAN

Pembuluh darah : simpatis


Misalnya : uterus, rahim
Musculus ciliaris ( pada mata ) : para simpatis
Musculus constrictor pupil : para simpatis
Musculus dilatator : simpatis
Kel. keringat : simpatis,
tetapi neurotransmitternya Ach ( bukan NE )
yang menghubungkan post ganglion  efektor
sel , jadi Ach. merangsang prod. Keringat.
RESEPTOR SIMPATIS
- Reseptor 
- Reseptor    1
2

RESEPTOR PARA SIMPATIS :


CHOLINOCEPTOR / CHOLINO RESEPTOR
OBAT – OBAT OTONOM

 PARA SIMPATOMIMETIK /
KOLINERGIK
 PARA SIMPATOLITIK / ANTI
KOLINERGIK
 SIMPATOMIMETIK / ADRENERGIK
 SIMPATOLITIK / ADRENOLITIK
 NEURO MUSCULAR BLOCKING
AGENT
I. PARA SIMPATOMIMETIK / KOLINERGIK

Obat-obat yang menyerupai / menirukan


bekerjanya khasiat, seperti merangsang
saraf para simpatik

2 golongan obat kolinergik :


1. Cholinester
2. Anti Cholinesterase (Cholinesterase
Inhibitor )
1. CHOLINESTER
Acetylcholine ( tidak efektif sebagai
obat, karena cepat dirusak enzyme
cholinesterase )
Methacholin ( acetyl - Methylcholine )
Carbachol
Betanechol 

 Efek yang ditimbulkan oleh golongan


Cholinester ada 2 :
a. Efek Muskarinik
b. Efek Nikotinik
a. Efek Muskarinik
i.a. : efek yang timbul seperti kita memberikan
muscarine (alk. Amanita muscaria ) sbb :
Pada Non vascular smooth muscle
bronchus  konstriksi ( dosis >>>)
usus  kontraksi ( peristaltik meningkat )
musculus ciliaris  konstriksi  miosis
Pada kandungan kencing  kontraksi  kencing
meningkat
Kel. exocrine
kelenjar ludah
kelenjar keringat Meningkat
sekret bronchus
GIT  sekresi HCl meningkat
Pembuluh darah  para simpatis tidak
berpengaruh tetapi bila dirangsang dengan
Res. Muskarinik  vasodilatasi / relaksasi
Sistem Kardiovaskuler
Efek muskarinik  vasodilatasi/relaksasi 
T.D menurun
Jadi pada jantung : kekuatan kontraksi dan
frekuensi denyut jantung menurun
 Inotropic :-
 Chronotropic : -
 EFEK NIKOTINIK
i.a. : efek yang timbul seperti kita memberikan
nikotin ( alkaloida tembakau )

pengaruhnya : pada sistim kardiovaskuler et


otot bergaris
didominir oleh simpatis  efek simpatomimetik

Pada jantung  stimulasi

Pada pembuluh darah  konstriksi


PENGGUNAAN KLINIK CHOLINESTER :
Retentio Urinae
Paralytic ileus  terjadi kelemahan usus
akibat post op (tanda-tandanya perut
kembung)
Diagnose keracunan Atropin
Ach. >< antropin  Competitive Inhibitor
Glaucoma : tek. Intra okuler meningkat 
aqueous humor meningkat  kebutaan
Glaucoma  dengan obat kolinergik : miosis
(Policarpin tetes mata)
KONTRA INDIKASI
 Asthma Bronkhiale
Pada asthma bronkhiale  bronchus
menyempit, diberi kolinergik  tambah
menyempit
 Ulcus pepticum ( luka pada lambung )
Obat-obat kolinergik  sekresi HCL
meningkat
 Coronary Insufficiency
Peredaran darah ke jantung menurun karena
menyempitnya arteria coronaria ischemia et
infarc
2. CHOLINESTERASE INHIBITOR
i.a. : obat-obat yang bekerjanya menghambat
enzym cholinesterase sehingga Ach. tidak
dirusak  Ach. Meningkat

2 Golongan besar Cholinesterase Inhibitor :


1) Reversible ( setelah obat bekerja, dapat
dilepas kembali ikatannya )
Prototype :
Edrophonium ( True Reversible )
Physostigmine / Eserine
Prostigmine / Neostigmine
2. Irreversible ( ikatan tetap/permanent)
Prototype :
Golongan organofosfat ( Parathion, Malathion
/ Baygon )
Alkaloida-alkaloida yang mempunyai khasiat
seperti Ach. :
Muscarine dari jamur Amanita Muscaria
Arecoline dari Areca Cathecu ( pinang /
jambe )
Pilokarpin dari Pilocarpus jaborandi, P.
Microphyllus
Indikasi dan Kontra Indikasi Cholinesterase
Inhibit = Cholinester
II. PARASIMPATOLITIK / ANTI KOLINERGIK
i.a : segolongan obat yang menghambat efek
muskarinik dari Ach.
Ada 4 kelas:
1. NATURAL ALKALOID (ALKALOIDA ALAM)
Tanaman : Atrapa Belladona
Alkaloid :
- Atropin
- Scopolamine
2.TERTIARY AMINE dari SINTETIK ESTER
ex :
Homatropin
Tropicamide ( midriacyl )
3. KWARTERNER AMINE dari SINTETIK ESTER
ex :
Pipenzolate ( piptal ) : anti emetic
Propantheline (Pro Bathine ),
Mepenzolate ( Cantil )

Anti spasmodik
4.Obat-obat lain, efek = anti kolinergik
ex : anti Histamin
bekerja competitive inhibitor pada Res. Cholinergic
ATROPINE
Sebagai prototype anti kolinergik
Cara kerja : memblok Ach. endogen dan exogen
( exogen >>> )
ATROPIN SCOPOLAMINE

• Lebih bersifat : stimulasi • Lebih bersifat : depresi ssp


ssp • Pengaruh pada sentral
• Pengaruh pada perifer ( ssp ) : mata
(kelenjar Exocrine , GIT,
urogenital tract.)
PENGGUNAAN KLINIS
 SSP : anti parkinsonism ( kelainan berupa
peningkatan Ach )
 Mata : midriasis perlu untuk pemeriksaan
mata bagian belakang dengan
menggunakan funduscopy
 Saluran Cerna :
gastritis
motilitas lambung et usus menurun
diare, mual, muntah
Saluran Nafas : penghambatan bronchus
konstriksi
 Premedikasi pada pembiusan : mengurangi
sekret lendir jalan nafas pada waktu
anestesi

 Kel exocrin : kelenjar keringat menurun 


tubuh panas diikuti kemerahan pada kulit

 Otot Polos : relaksasi ( usus, tr. Urourinarus,


bronchus )

 Keracunan Organofosfat ( gol. Insektisida )


 CARA KERJA :
Competitive inhibitor dengan Ach.

 C.I :
 Glaucoma
Prostate hypertrophy ( kelenjar prostate
membesar dan menyumbat uretra ) sehingga
tidak bisa kencing  gejala retentio urinae

 E / S :
Mulut kering ( prod. Saliva menurun )  sulit
menelan
Prod. Keringat menurun  suhu meningkat
……..lanjutan E/S

Gangguan penglihatan (kabur) o.k musculus


ciliaris lumpuh (gangguan akomodasi)

Retention Urinae

Pada anak-anak  dosis berlebihan 


panas meningkat, tidak berkeringat, kejang-
kejang, depresi Pernafasan
(diobati dengan physostigmin )
TOKSIKOLOGI :
Atropin dan Scopolamin tidak dianjurkan
diberikan pada anak-anak < 4 thn  keracunan.
L.D untuk anak 10 mg, sedangkan untuk dewasa :
500 – 1000 mg masih belum merupakan dosis fatal
 Gejala keracunan : ( timbul dalam 15’ – 20’ )
Pusing-pusing, mulut kering, tidak dapat menelan
Sukar bicara, haus ( saliva prod. Menurun )
Kulit merah, panas, kering
Suhu meningkat ( terutama pada anak-anak )
Denyut jantung cepat  TD meningkat
Midriasis
 Pengobatan :
 suntikan 10mg metakolin
 bilas lambung ( baru diminum / ditelan
obatnya)

 DOSIS ATROPIN :
0,25 mg – 1 mg
 Untuk keracunan kolinergik
Dewasa : 2mg / 1 kali
Anak- anak : 0,04mg / kg / 1 kali
III. OBAT-OBAT GOL. ADRENERGIK

 Golongan obat yang mempunyai efek


mirip Epinephrine / Adrenalin yi :
bekerja pada res  dan  pada saraf
simpatis
NOREPINEPHRINE &
TRANSMISI ADRENERGIK

1 : pada efektor sel


2 : pada ujung saraf simpatis post synaps
COMPT :Catechol - O- Methyl – Transferase
MAO : Mono Amine Oxydase
Synaps : ganglion = tempat terputusnya persyarafan dan
membentuk suatu benjolan
pada ujung saraf simpatis pre synaps ada syaraf 
dan .
pada ujung saraf simpatis dikeluarkan NE
sebagian NE yang dilepas, mengalami re up take 
vesikel (berupa NE bebas)
NE yang keluar ada yang dirusak oleh enzyme
COMT sedangkan yang masuk / pada vesikel juga
ada yang dirusak oleh enzyme MAO

Bila NE banyak yang dilepas, maka 2 menyetop


pengeluaran NE
Bila NE rendah, maka res. 2 dirangsang
 informasi ke vesikel  lepaskan NE, dst
1 = Otot polos pembuluh darah dan kelenjar
α

2 = Ujung saraf simpatis post ganglionik

1 = jantung
β

2 = Otot polos non vaskular


(bronchus, usus, uterus)
PENGGOLONGAN OBAT2
ADRENERGIK
1. Catecholomine = O- dehidroksi benzen
2. Ephedrine
3. Phenyl propanolamine (PPA)
4. Amphetamine
5. Incomplete Symphatomimetic
1. CATECHOLAMINE

Contoh :
a. Norepinephrine(NE) ...... Katekolamin endogen
b.Epinephrine ( E )
c. Isoproterenol (Isoprel) ....Katekolamin sintetik

NE : -  ( paling besar )
- 1
- 2 ( sangat lemah ) 
Isoprel   ....... Non katekolamin
Mempunyai masa kerja yang
lebih panjang, dapat berupa
katekolamin endogen &
katekolamin sintetik
Contoh:
fenilefrin,metaproterenol
albutenol (ventolin)

E : - 
-
Res. 1 = E ≥ NE >> Isoprel
Res. 2 =
E > atau < NE
Isoprel 

A. NOREPINEPHRINE
Pembuluh darah (1 ) : vasokonstriksi  T.D
meningkat
Jantung ( 1 ): inotropic , chronotropic 
B. EPINEPHRINE / ADRENALIN

Pembuluh darah (1 ) : vasokonstriksi T.D


meningkat ; juga rangsangan pada pembuluh
darah otot bergaris ( 2 ) : vasodilatasi ( > )
Arteriole pembuluh darah kulit dan usus :
vasokonstriksi (  >  )
Bronchus ( 2 ) : bronchodilatasi
Jantung ( 1 ) : inotropic , chronotropic
  C.O meningkat  T.D meningkat
C. ISROPEL
pengaruh pada  besar sekali, sedangkan pada 
hampir tidak ada ( dalam dosis >>>)   agonist
murni
Jantung ( 1 ) : inotropic , chronotropic ,
tetapi 2 pada pembuluh darah : vasodilatasi
C.O peningkatannya tidak sebanding dengan
pelebaran pembuluh darah  TD menurun
Pemberian Isoprel  TD menurun
 Otot polos non vasculair ( usus, bronchus ) 
relaksasi, kecuali otot polos musc. dilatator pupil
 kontraksi
Pupil : midriasis ( seperti pemb. Antikolinergik )
Kel. ludah : encer (p.simpatis), Kental (simpatis)
 PENGGUNAAN KLINIS
1. Reaksi Alergi ( immediate/segera ) a.l. :
penyempitan bronchus, penurunan T.D.,
pembengkakan / oedema
2. Terapi shock ( khusus untuk Epinephrine ), karena
E. pengaruhnya pada 2
3. Asthma bronchiale  otot polos bukan pembuluh
darah ( bronchus) mengalami dilatasi ( 2 )
4. Topical Hemostatic
Luka yang terbuka diberi obat-obat golongan ini 
vasokonstriksi  darah tersumbat  pendarahan
berhenti
5. Campuran lokal anestesi
Beberapa lokal anestesi yang cepat diserap shg
masa kerja pendek.
 Cara Kerja
vasokonstriksi ( penyempitan pembuluh darah ) di
kulit  aliran darah terganggu  obat lokal
anestesi tetap ditempat penyuntikan dalam waktu
yang lama  masa kerja local anestesi
diperpanjang.

 KONTRA INDIKASI
Penderita hipertensi ( terutama E & NE )
Penderita jantung
 SEDIAAN
Epinephrine inj ( s.c, iv, im, ic )
Levarterenol inj ( isi : NE )
Isoprel sub lingual tab. : 10 mg dan 15 mg
Isoprel inj ( s.c, im, iv ) : 1/5000 per 5cc ampul
Isoprel spray : 1/100, 1/200
Metaproterenol ( Alupent )  1 dan 2
Salbutamol  2 .
Terbutalin (Bricasma) 1
2.EPHEDRIN

o Mempengaruhi res. Adrenergik  dan 

 C.K :
Merangsang pengeluaran NE dari ujung-
ujung saraf simpatis
Mencegah re up take NE
Mencegah pemecahan NE oleh enzym MAO
 Pemberian Ephedrin :
Pada otot polos non vasculair : relaksasi
Pada bronchus : dilatasi ( untuk penyakit asma )
Pada SSP : stimulasi ( sulit tidur )
Pada jantung : inotropic dan chronotropic  
C.O meningkat
Pada pembuluh darah : vasokonstriksi
Mudah menimbulkan toleransi pada waktu yang
singkat  Tachiphylaxis
 PENGGUNAAN KLINIS :
Mencegah serangan asma
(bila telah ada serangan sebaiknya dipakai
Adrenalin inj. karena bekerjanya cepat) 
2 : dilatasi
Nasal decongestant
Stimulasi SSP pada penderita ketergantungan
obat bius

 EFEK SAMPING :
Palpitasi
Tremor
Cemas / sulit tidur
3. PHENYLPROPANOLAMINE
Adrenergik yang ber i.a dengan Res  saja
terutama pada arteriole selaput lendir hidung
Jadi satu-satunya sebagai obat nasal
decongestant

 Perbedaan dengan Ephedrin :


stimulasi SSP : Ө
stimulasi jantung : Ө
T.D : Ө
4. AMPHETAMIN
 simpatomimetik yang bekerja tidak langsung
o C.K : sama dengan Ephedrin  yaitu :
merangsang pelepasan NE dari ujung-ujung saraf
simpatis
o Beda :
Sangat mudah menembus sawar darah otak 
sangat mempengaruhi SSP  stimulasi SSP >>
Menekan pusat lapar  anti obesitas (anorexia)
Menyebabkan euphoria
Sering disalah gunakan  ketergantungan,
ketagihan
Pemakaian Klinisnya hanya atas instruksi dan
pengawasan dokter :
 pengobatan penderita depresi ( penyakit jiwa
dan jasmani ),
 narkolepsi,
 Alkoholisme, dan pada
 keracunan obat-obat ttt
5. INCOMPLETE SYMPATHOMIMETIC
 Contoh :
Terahydrozoline ( Tizine )
Naphazoline ( Privine )
Oxymetazoline ( Afrin )
Xylometazoline ( Otrivin )

 Obat-obat ini khusus untuk nasal decongestant


karena hanya bekerja pada : reseptor  dari
arteriol – arteriol selaput lendir hidung
IV. PENGHAMBAT ADRENERGIK
( ADRENOLITIK )

 Berdasarkan tempat kerja, dibagi atas :


Penghambat Adrenoseptor 
penghambat Adrenoseptor 
Penghambat ganglion
PENGHAMBAT ADRENOSEPTOR  (  BLOCKER )
Res  diblok, misal : pembuluh darah, maka akan
mengalami vasodilatasi karena E endogen yang
dihasilkan kel. Adrenal hanya dapat mempengaruhi
Res. 2 sehingga terjadi vasodilatasi  T.D
menurun
Jadi, obat-obat golongan  blocker penggunaan
utamanya sebagai anti hipertensi (Prazosin,
Tolazolin, Phenoxybenzamin)
Bandingkan : ( efek penurunan T.D nya )
Pemberian  blocker sebelum pemberian NE dengan
pemberian  blocker setelah pemberian E !
NE : , 
E  : , 
 pada NE relative <  pada E

Jadi pemberian  blocker sebelum pemberian NE


penurunan T.D nya > daripada pemberian  blocker
setelah pemberian E.
Pemberian Adrenalin / E

Pemberian 
blocker

PENGGUNAAN KLINIK  blocker :


- Anti hipertensi ( Prazosine )
- Diagnose Tumor phaeochromocytoma ( tumor pada kel.
adrenal )
PENGGOLONGAN :
Competitive ( short Acting )
Phentolamine ( Regitine ) iv 5mg.
i.k Phentolamine dengan Res.  ; mudah sekali
lepas, karena sifat competitive sehingga dengan
sedikit penambahan E/NE khasiat hilang
Non Competitive
Phenoxybenzamine dan Dibenamine
i.k nya dengan Res.  : Stabil, tidak mudah lepas
 masa kerja lama / panjang
Golongan Alkaloida Ergot
pertama kali dipakai oleh DALE 
“ DALE REVERSAL “
PENGHAMBAT ADRENOSEPTOR 
(  BLOCKER)
Pada jantung ( 1 ) dihambat  C.O menurun 
T.D menurun
2 :
pembuluh darah  vasokonstriksi  T.D
meningkat ( secara teoritis ) tetapi T.D terjadi
penurunan karena lebih bekerja pada 1.
Bronkus  bronkhokonstriksi
Hati-hati : penderita asma  serangan
terutama untuk  blocker yang tidak selektif
 Blocker yang selektif 2 : BUTOXAMIN
MACAM-MACAM PENGHAMBAT  :
I.Memp. ISA = Intrinsic Sympathomimetic Activty
AAP = Aktivitas Agonis Parsial
Contoh : Pindolol, Karteolol, Oksprenolol,
Alprenolol, Asebutolol
II. Tidak mempunyai ISA
Contoh : Atenolol, Metoprolol, Propanolol,
Timolol, Nadolol, Sotalol
 Bahaya utama  blocker adalah : blockade pada
jantung itu sendiri.
  blocker golongan 1 lebih aman daripada
golongan 2.... WHY ?...
 PENGGUNAAN :
Anti hipertensi
Aritmia jantung
Terapi phaeochromocytoma
Angina pectoris

 KONTRA INDIKASI :
Payah jantung
TD menurun ( hipotensi )
Asma ( blocker non selektif)
Penderita Bradikardi
 EFEK SAMPING :
Pusing ( o.k. T.D. menruun )
Keluhan Lelah
Nyeri otot
Mual, Muntah, Diare
With drawal symptoms ( gejala putus obat )
Hipertensi  langsung meningkat TD nya
Jadi, Penghentian tidak boleh mendadak
V. PENGHAMBAT GANGLION
PENGGOLONGAN :
1) Golongan Monoquarternary Ammonium dan
Sulfonium Compound
- Tetra Ethyl Ammonium ( TEA )
- Trimetaphan
2) Golongan Bisquarternary Compound
- Hexamethonium ( C6 )
- Chlorisondamin
-Trimethidinium
3) Golongan Secondary Amin
- Mecamylamine
4) Sparteine
 C.K. : Menghambat kerjanya Ach.
 Khasiat :
 Pada sistem Cardiovascular
- Dilatasi arteriole dan venule  darah
menumpuk pada 2 tempat tersebut  darah yang
kembali ke jantung menurun  darah yang
dipompa ke jantung menurun  C.O menurun 
TD. Menurun.
- T.D dapat menurun baik penderita hipertensi
maupun orang normal.
 Pada Usus
Hambatan para simpatis  penurunan peristaltik
 Pada saluran kencing
Terjadi efek antikolinergik  retentio urinae

 Pada kel. Ludah


Depresi para simpatis  prod. Ludah encer
menurun  mulut terasa kering.

 Pada mata
Dilatasi pupil ( hambatan para simpatis )
 gangguan akomodasi  midriasis
 PENGGUNAAN KLINIS
Hipertensi gawat
Mempertahankan hipotensi pada waktu
anestesi dengan tujuan : mencegah perdarahan
bila ada pembuluh darah yang terpotong.
Memperkuat kontraksi uterus (Spartein)
Keadaan hipertensi gawat
 SEDIAAN DAN DOSIS
Trimetaphan : ampul 10cc : 50mg/cc , sec.iv.
0,1% dalam infus Dextrose 5%

Spartein SO4 : ampul 2cc : 150mg/cc, sec.


i.m. : 75mg diulang tiap 1/2 jam ad terjadi
efek kontraksi pada rahim, kemudian 75mg –
100mg setiap 4jam

Mecamylamine : 2,5mg dan 10mg


Dosis awal : 2,5mg 2x sehari
Setiap kali dinaikkan 2,5mg ad TD nya
yang diinginkan tercapai
V. NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENT
Golongan obat-obat yang berguna untuk
melemaskan otot-otot bergaris yang bekerjanya
perifer.
C.K. : competitive antagonist Ach. pada res.
Nikotinik. ( nicotinic motor and plate )
( Otot bergaris mendapatkan inervasi saraf
somatis dimana pada ujung-ujung saraf tersebut
dikeluarkan secara Ach. pada Neuromuscular end
plate : Ach mengadakan depolarisasi pada saraf-
saraf kemudian diteruskan ke otot bergaris 
muscular action potential  (kontraksi otot
bergaris)
 NMBA dibagi menjadi 2 golongan :
1. Depolarizing Agent
 Res. Nikotinik :
Kontraksi terus menerus
- Afinitas   LUMPUH
- Intr. act 

 Ach. : menempati res nikotinik dari Ach  intr.


Act.   kontraksi
 Macam Obat :
Succinylcholine
Decamethonium ( C10 )  paling potent
2. Non Depolarizing Agent
 Res. Nikotinik
- Afinitas 
- Intr. Act Ө

 Macam Obat :
 D. Tubocurarine
 Gallamin / Flaxedil
 Pancuronium
 Atracurium
 C10 : mula-mula depolarisasi ( terus menerus )
Repolarisasi Ө
Afinitas  dan intr. Act  ( mirip ach )
terjadi kelumpuhan.
Kelumpuhan pada pemberian C10 : depolarisasi 
kontraksi otot  relaksasi

 Curare : Afinitas , intr. Act Ө sehingga tidak


ada kontraksi  langsung lumpuh
 Pengaruh / efek farmakologi Curare :
p.o : Ө per injectie : 
 
Pada S.S.P : Ө karena tidak dapat menembus
B.B.B ( sawar didarah – otak )
Pada ganglion otonom :
Dosis < : stimulasi
Dosis > : depresi ganglion otonom : simpatis dan
para simpatis
Pada histamine release : menimbulkan pengeluaran
histamine pada tempat-tempat penyimpanannya
sehingga :
Pada bronchus : timbul spasme  sesak
Pada pembuluh darah : relaksasi  TD menurun
 hipotensi
Pada kel. lambung: pengeluaran HCL meningkat
Pencegahan : diberikan ANTI HISTAMIN

 Pada cardiosvascular :
Secara langsung : Ө
Secara tidak langsung : TD menurun
Efek Curare diperbesar oleh obat-obat : eter,
halothane, cp2, streptomycin dll.
Dapat digunakan sebagai relaksasi otot bergaris
pada waktu pembiusan dengan eter.

Keracunan Curare :
Antidote :
- Neostigmin Cholinesterase inhibitor
- Prostigmin Tambah nafas buatan

  Ach. >>>  mendesak curare  gejala-gejala


keracunan Ө
Yang dihambat Neostigmin / Prostigmin bukan
hanya pada neuromuscular end plate, tetapi juga
saraf-saraf post synaps para simpatis sehingga
pemberiannya perlu diberikan bersama-sama
dengan Atropin : dengan maksud untuk
menghilangkan E/S. Neostigmin / Prostigmin pada
ujung-ujung saraf para simpatis.

GALLAMIN / FLAXEDIL
Potensi : 1/3 x curare
E/S : lebih ringan, menyebabkan tachycardia
( Menghambat ujung saraf N. х ( vagus )
 Antidote : Edrophonium
SUCCINYLCHOLIN

Initial phase ( mula-mula kontraksi ) : nyeri


Dirusak oleh : pseudo cholinesterase
Hati-hati : pada px.dengan pseudo
cholinesterase <<< : paralisa ber. >>> terutama
paralisa otot pernafasan.
INDIKASI NMBA :
Relaksasi otot bergaris pada anesthesia umum
Relaksasi otot pada waktu reposisi tulang patah/
dislokasi sendi
Mempermudah intubasi pipa endrotakheal
Mencegah trauma pada terapi shock dengan
listrik ( electro shock ) pada penderita
Shizoprenia.

Anda mungkin juga menyukai