Anda di halaman 1dari 23

LA B OR ATO R IU M

MA LA RI A

ARTSONETA VIVANELI, S.Si


PALANGKARAYA, 13-15 FEBRUARI 2019
DASAR HUKUM
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1647/Menkes/SK/XII/2005
tentang Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan;
• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang
Eliminasi Malaria di Indonesia;
DASAR HUKUM
• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 835/Menkes/SK/IX/2009
tentang Pedoman Keselamatan dan Keamanan Laboratorium
Mikrobiologi dan Biomedik;
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/Per/III/2010
tentang Laboratorium Klinik;
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Pedoman Tata Laksana Malaria (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 128);
JEJARING LABORATORIUM MALARIA

adalah suatu jaringan laboratorium yang melaksanakan


pelayanan kepada pasien yang diduga malaria maupun penduduk
yang tinggal di daerah endemis malaria, sesuai jenjangnya mulai
dari pemeriksaan di tingkat fasyankes sampai tingkat pusat untuk
menunjang program pengendalian menuju eliminasi malaria.
MENGAPA DIPERLUKAN JEJARING LAB ?

 Meningkatkan jangkauan pemeriksaan


 Meningkatkan efisiensi
 Meningkatkan mutu
 Mengembangkan sistem rujukan laboratorium di setiap tingkatan.
 Meningkatkan pelaksanaan manajemen dan informasi lab malaria di sektor
pemerintah, swasta, LSM dan organisasi profesi terkait.
LAB. RUJUKAN MALARIA NASIONAL

LAB. RUJUKAN PROVINSI

LAB. RUJUKAN UJI SILANG KABUPATEN/


KOTA

Laboratorium Pelayanan :
 Puskesmas Pemeriksa Mikroskopik Malaria
Rumah Sakit
Laboratorium Swasta
LABORATORIUM PELAYANAN (1)
Laboratorium di Fasyankes :
Puskesmas , Rumah Sakit, Laboratorium Swasta yang melakukan pemeriksaan
Malaria

Tugas dan fungsi laboratorium tingkat pelayanan 


Aspek Teknis :
• mampu memberikan pelayanan laboratorium : pembuatan sediaan darah tebal dan
tipis malaria serta pemeriksaan mikroskopis malaria dengan pencatatan dan
pelaporan.
• Melakukan uji kualitas reagen (Giemsa, Methanol, larutan buffer, dan minyak imersi)
secara internal.
LABORATORIUM PELAYANAN (2)
Aspek Manajerial :
– Melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin setiap bulan.
– Melakukan analisis data secara sederhana menurut orang, tempat dan waktu
sehingga apabila ditemukan peningkatan kasus, dapat melakukan sistem
kewaspadaan dini dan segera melaporkan ke Dinas Kesehatan setempat.
– Merencanakan kebutuhan laboratorium pemeriksaan malaria
LABORATORIUM PELAYANAN (3)
Mikroskop Penanggung
Ruang Pengolahan Limbah SDM
Binokuler Jawab
- Ukuran min. 3x4 m - 1 unit dengan - Tempat sampah - Minimal 1 orang Kepala
- Memiliki SOP pembesaran okuler infeksius dan non - Pendidikan min. D3 Fasyankes/
- Bench Aid(Atlas 10x dan objektif infeksius Analis Kepala Instalasi
Malaria) 100x - Alat penghancur Kesehatan/sederajat
- Penerangan yang jarum dan spuit - Sudah mengikuti
cukup pelatihan sesuai
- Ventilasi standar program
- Air bersih mengalir nasional 3 tahun
terakhir
PENGELOLAAN JEJARING LABORATORIUM MALARIA

1. Jejaring Pemeriksaan Mikroskopis Malaria


Lab rujukan Malaria provinsi merupakan rujukan tertinggi untuk
pemeriksaan mikroskopis.

2. Jejaring Pemeriksaan Non Mikroskopis


Lab Rujukan Nasional merupakan rujukan tertinggi untuk pemeriksaan non
mikroskopis.
PRINSIP PENGELOLAAN JEJARING LAB MALARIA

 Suatu sistem pengelolaan jejaring diperlukan agar jejaring lab Malaria dapat
dilaksanakan dengan maksimal
 Prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan jejaring lab meliputi :
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengendalian
Pembinaan
Evaluasi
SIAPA YANG MENUNJUK LAB RUJUKAN ?

 Laboratorium Rujukan Kabupaten/Kota dan Propinsi ditetapkan oleh Dinas


Kesehatan setempat

 Laboratorium Rujukan Nasional ditetapkan oleh Ditjen Mutu dan Akreditasi


Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
PROSEDUR PENETAPAN LABORATORIUM
RUJUKAN KAB/KOTA/PROVINSI

• Penetapan laboratorium uji silang mikroskopik malaria dilaksanakan oleh Dinas


Kesehatan Provinsi dan/atau Dinkes Kab/Kota berdasarkan:
• Memiliki paling sedikit 1 (satu) orang tenaga pemeriksa uji silang sesuai kriteria.
• Lulus uji panel mikroskopik malaria, hingga memenuhi kriteria tingkat kemampuan.
• Memiliki keterkaitan dengan program Malaria di provinsi, Kabupaten/Kota dan
Puskesmas (Fasyankes).
• Memiliki fasilitas sesuai persyaratan.

 
TANTANGAN
• Jejaring laboratorium belum berjalan dengan baik
• Tidak semua lab melaksanakan PMI sesuai standar
• Kapasitas laboratorium malaria di bawah standar (sarana,
prasarana, peralatan, SDM)
• Cakupan uji silang rendah
• Uji silang belum berjalan dengan baik
KEBIJAKAN
1. Upaya penguatan jejaring
2. Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM
3. Pemantapan mutu laboratorium malaria berjenjang
4. Pemetaan kompetensi SDM, upaya penguatan dan
pendistribusiannya
STRATEGI
1. Penunjukan Laboratorium Rujukan Malaria Nasional
2. Penguatan lab molekuler sebagai rujukan konfirmasi dan surveilans di
daerah eliminasi
3. Peningkatan kemampuan teknis mikroskopis dan tenaga pelaksana uji
silang secara reguler dan berjenjang
4. Sertifikasi/ uji kompetensi teknis tenaga mikroskopis malaria
5. Pelaksanaan uji silang sesuai pedoman
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
• Tersusunnya PERMENKES No.68 Tahun 2015 ttg Pedoman Jejaring dan Pemantapan
Mutu Laboratorium Malaria
• Sosialisasi Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
• Penyusunan Roadmap Pengembangan Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium
Malaria
• Pembentukan Tim Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria Pusat
• Penetapan Laboratorium Rujukan Nasional
• Bimbingan teknis/supervisi laboratorium malaria
• Uji kompetensi tenaga pelaksana uji silang
• Pelatihan Mikroskopis malaria
BA GA IM A NA
M END IA G NOS A
M A LA R IA ?
BEBERAPA METODA DIAGNOSA MALARIA
SEKARANG INI

Diagnosa Malaria Diagnosa dengan Metoda Immunochromatographi


menggunakan Mikroskop menggunakan mikroskop atau dikenal sebagai dipstik tes.
pendar
(fluorochromes)

Diagnosa menggunakan asay Polymerase Chain


antibody Reaction (PCR)
(Antibody detection by ELISA
serology)
SAMPAI SEKARANG, DIAGNOSA MALARIA SECARA
MIKROSKOPI MASIH MERUPAKAN
“GOLD STANDARD”
Keunggulan Diagnosa Malaria secara
Mikroskop
• SENSITIF. Teknisi lab yang terampil dapat mendeteksi parasit
malaria dalam densitas yang rendah;

• INFORMATIF. Jika parasit malaria ditemukan, dapat dibedakan jenisnya


spesiesnya (P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale) atau
infeksi campuran dan juga stadiumnya (Trophozoit,
Shcizon, Gametosit); selain itu juga bisa dilakukan hitung
kepadatan parasit untuk follow up.
Keunggulan Diagnosa Malaria secara
Mikroskop
• RELATIF TIDAK MAHAL. Harga satu pemeriksaan diperkirakan Cuma
Rp 1.200, bandingkan dengan dipstik seharga
Rp 30.000 untuk satu pemeriksaan;

• UMUM. Penggunaan mikroskop adalah metoda yang


umum di lab sehingga bisa berbagi dengan pemeriksaan TB,
PMS dll;

• SPESIES BARU. Memungkinkan untuk menemukan spesies


baru yang menyerang manusia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai