Anda di halaman 1dari 39

PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM

PEMERIKSA MALARIA

PARMAN,SKM
TPU dan TPK
TPU :
Peserta mampu melakukan manajemen
pemantapan mutu laboratorium malaria
TPK :
1. 1. Melakukan manajemen pemantapan mutu
2. laboratorim malaria
3. 2. Melakukan manajemen pemantapan mutu
4. internal
5. 3. Melakukan manajemen pemantapan mutu
6. eksternal
PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM
Suatu kegiatan yang dirancang untuk
meningkatkan dan menjamin mutu serta
efisiensi pemeriksaan laboratorium,
secara berkesinambungan sehingga
hasilnya dapat dipercaya
DASAR HUKUM

 Undang-undang No.29 tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran mengamanatkan ‘evidence based medicine’
menempatkan peran labkes pada posisi yang menentukan
 UU Kes. No 36/2009 :
 ps 5 (2) : Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau
 ps 19 : Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk
upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau
 ps 25 (1) : Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat melalui pendidikan dan/atau pelatihan

PELAYANAN LAB HARUS BERMUTU


TUJUAN PEMANTAPAN MUTU
 Meningkatkan kemampuan
 Menilai kinerja
 Mempertahankan kualitas
 Menjamin penerapan SOP
 Menjamin kualitas bahan, reagen, alat
 Menjamin terselenggaranya pencatatan &
pelaporan berjenjang
 Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
mutu Pelayanan lab
Pemantapan
Mutu Laboratorium
Terdiri dari :
1. Pemantapan Mutu Internal
SOP, Mutu Reagen, Pemeliharaan alat, Pencatatan
Pelaporan, Analisis dan koreksi kinerja
2. Pemantapan Mutu Eksternal
Uji Silang, Tes Profisiensi, Supervisi
3. Peningkatan Mutu
menganalisis setiap aspek teknis dalam pelayanan
laboratorium ditindaklanjuti dengan upaya
perbaikan untuk mencegah dan menghindari
terulangnya kembali masalah yang sama.
Bagaimana untuk menjamin mutu ??
1.Harus ada sistem jejaring pemantapan mutu
 Acuan : jejaring lab yg sudah ada  fungsi tk pusat,

provinsi , kabupaten/kota
 Kompetensi di tiap tingkat

 melibatkan berbagai unit yang kompeten


 komitmen bersama  layanan yg bermutu kepada

masyarakat
2. Tugas, fungsi, kewenangan masing-masing
3. Koordinasi yang baik (perencanaan, terstruktur/organisir,
pelaksanaan, monev, pengembangan dsb)
- Dinkes
- organisasi profesi lab
- institusi lab
PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL
(PME)
Proses yang penting dalam menilai kualitas pemeriksaan mikroskopis
dan kinerja laboratorium secara berkesinambungan oleh laboratorium di
tingkat atasnya secara berjenjang.
TUJUAN PME:

1. Memperoleh informasi kinerja petugas lab

2. Meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan mikroskopik untuk

mendapatkan diagnosis dan follow up pengobatan yg tepat

3. Hasil PME dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja laboratorium.


UJI SILANG MIKROSKOPIS
MALARIA (CROSS CHECK)
PENGERTIAN
kegiatan pemeriksaan ulang terhadap sediaan darah malaria
yang dilakukan oleh laboratorium rujukan uji silang jenjang
di atasnya untuk menilai ketepatan hasil pemeriksaan
mikroskopis malaria dan menilai kinerja laboratorium.

petugas yang kurang terampil

Ketidaktepatan peralatan yang kurang memadai

dalam
pemeriksaan : bahan dan reagen tidak sesuai
standar

jumlah sediaan yang diperiksa


melebihi beban kerja

10
Prinsip Uji Silang
 Dilakukan oleh laboratorium di tingkat lebih tinggi
 Dilakukan oleh tenaga terlatih yang ditunjuk sebagai
tenaga pelaksana uji silang (cross-checker).
 Dilakukan secara blinded artinya tenaga pelaksana uji
silang pada laboratorium rujukan uji silang tidak
mengetahui hasil pembacaan dari laboratorium
pelayanan mikroskopis malaria yang diuji.
 Metode uji silang dalam pedoman ini menggunakan
metode konvensional atau Lot Quality Assurance System
(LQAS).
 Pada daerah dengan beban kerja uji silang yang tinggi,
metode uji silang yang digunakan adalah metode LQAS.
Indikator Keberhasilan Uji Silang
Mikroskopis Malaria di Kabupaten/Kota
1. Cakupan ≥ 90%
Jumlah laboratorium pelayanan yang mengikuti uji
silang di kabupaten/kota dibandingkan dengan
jumlah seluruh laboratorium pelayanan yang
memeriksa mikroskopis malaria di kabupaten/kota ≥
90%

12
Indikator Keberhasilan Uji Silang Mikroskopis Malaria di
Kabupaten/Kota

Hasil Baik ≥ 80%


Jumlah laboratorium pelayanan yang memiliki hasil baik ≥ 80%
dibandingkan dengan jumlah laboratorium pelayanan yang
mengikuti uji silang.
• Hasil uji silang laboratorium pelayanan dikatakan baik apabila
memiliki nilai :
sensitivitas ≥ 70%, spesifisitas ≥ 70%, akurasi ≥ 70%
• Pencapaian indikator Hasil Baik Uji Silang dikatakan baik
apabila ≥ 80% laboratorium pelayanan yang mengikuti uji
silang memiliki nilai :
sensitivitas ≥ 70%, spesifisitas ≥ 70%, akurasi ≥ 70%
14
Penilaian kinerja petugas
laboratorium
◦ Kinerja Laboratorium Baik:
 Nilai Sensitivitas ≥70%, Spesifisitas ≥70%, Akurasi
spesies ≥70%.
◦ Kinerja Laboratorium Cukup
 Nilai Sensitivitas 60-69%, Spesifisitas 60-69%, Akurasi
spesies 60-69 %.
◦ Kinerja Laboratorium Kurang:
 Nilai Sensitivitas <60%, Spesifisitas <60%, Akurasi
spesies <60%.
Alur Uji Silang

16
Keterangan
1) Sediaan darah uji silang dikirimkan oleh Laboratorium Pelayanan atau
diambil oleh Pengelola Program Malaria Dinkes Kabupaten/Kota.
2) Pengelola Program Malaria mengirimkan sediaan darah uji silang ke
Laboratorium Rujukan Tingkat Kabupaten/Kota.
3) Laboratorium Rujukan Tingkat Kabupaten/Kota melakukan analisis uji
silang dan mengirim umpan balik ke Laboratorium Pelayanan, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
4) Laporan Rekapitulasi Hasil Uji Silang Kabupaten/Kota disampaikan
secara berjenjang ke Laboratorium Rujukan Tingkat Provinsi,
Laboratorium Rujukan Tingkat Nasional, Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kementerian Kesehatan.
5) Bila terjadi ketidaksesuaian (discordance), Laboratorium Rujukan
Tingkat Kabupaten/Kota akan mengirimkan sediaan darah uji silang
untuk dilakukan pemeriksaan ulang oleh Laboratorium Rujukan Tingkat
Provinsi; kemudian Laboratorium Rujukan Tingkat Provinsi melaporkan
hasilnya ke Laboratorium Rujukan Tingkat Kabupaten/Kota.
Penetapan Tenaga Pelaksana Uji
Silang
1. Telah melaksanakan pemeriksaan mikroskopis
malaria secara rutin dengan akurasi spesies
minimal 70% untuk Kabupaten/Kota dan minimal
80% untuk provinsi, yang dibuktikan dengan
laporan pelaksanaan pemeriksaan.
2. Merupakan tenaga terlatih dan memiliki sertifikat
lulus pelatihan.
3. Memiliki tingkat kemampuan minimal :
a. Refference (level 2) untuk tingkat Kabupaten/Kota
b. Expert (level 1) untuk tingkat Provinsi dan Pusat
4. Memiliki komitmen untuk melaksanakan tugasnya
minimal 3 tahun sejak pertama kali ditunjuk.
Prosedur Uji Silang Mikroskopik
1. Persiapan Sediaan yang akan diuji silang
Pemberian Identitas Sediaan
• Penulisan identitas dilakukan pada kertas/label dan
ditempelkan pada bagian atas kaca objek dengan tulisan
menghadap keatas. Bagi fasyankes yang memiliki kaca objek
frosted, identitas ditulis dengan pensil 2B pada bagian
frosted.
• Penulisan identitas memuat informasi:

Kode kabupaten/Kode Puskesmas/No.urut/bulan/tahun


 Kode ditulis berdasarkan kode yang berlaku di wilayah
masing-masing.

AZNIE 19
2. Prosedur Uji Silang Mikroskopik Konvensional

 Penyimpanan Sediaan Mikroskopik Malaria di


Laboratorium pelayanan
Sediaan darah malaria diberi label sesuai register
(identitas) dan disimpan berdasarkan pengelompokan
sediaan darah positif dan sediaan darah negatif. Sediaan
darah disimpan dalam kotak sediaan darah tertutup dan
diletakkan di ruangan dengan suhu kamar dan tidak
lembab untuk menghindari debu dan tumbuhnya jamur.
Pemilihan Sediaan

Sampel uji silang yang dipilih adalah 100% dari sediaan


darah positif dan 5% secara acak dari sediaan darah
negatif.
* Pemilihan sediaan darah untuk uji silang dilakukan oleh
pengelola program.
20
3. Prosedur Uji Silang Mikroskopik Metode
LQAS (Lot Quality Assurance System)
• Metode pemilihan jumlah slide secara acak dengan
mempertimbangkan keterwakilan jumlah slide positif
dan negatif untuk pengambilan kesimpulan yang
lebih akurat.
 Metoda ini tergantung dari jumlah slide positif atau
Slide Positivity Rate (SPR), jumlah total slide negatif
atau Total Negative Slides (TNS) per tahun.
 Perbedaan prinsip antara dengan metode

konvensional dengan metode LQAS adalah pada


sampling/pemilihan sediaan dengan penghitungan
lot, sehingga dengan metode ini diharapkan sediaan
yang diuji silang dapat mewakili dari seluruh SD
malaria yang diperiksa.
21
4. Prosedur Uji Silang Mikroskopik Metode
LQAS (Lot Quality Assurance System)
 Penyimpanan Sediaan Mikroskopik Malaria
Laboratorium Pelayanan
◦ SD malaria diberi label sesuai register (identitas).
◦ SD malaria disimpan berurutan sesuai urutan
register laboratorium pelayanan dalam kotak
sediaan darah tertutup dan diletakkan di ruangan
dengan suhu kamar dan tidak lembab untuk
menghindari debu dan tumbuhnya jamur.

AZNIE 22
SLIDE POSITIVITY RATE

Slide positivity rate (SPR): Perbandingan jumlah slide


positif dengan total slide selama satu tahun.

SPR = Jumlah slide positif per tahun x 100%


Jumlah Total slide per tahun

Total Negative Slides: Jumlah total slide negatif selama


satu tahun.

AZNIE 23
Penilaian Uji Silang/ Crosscheck
Penilaian Kinerja Teknis Pembuatan Sediaan
• Kualitas Pembuatan Sediaan Darah
• Kualitas Pewarnaan Sediaan darah
• Sensitivitas,
• Spesifisitas,
• Akurasi spesies
Kualitas Pembuatan Sediaan Darah

Makroskopis
Tetes Tebal Tetes Tipis
Diameter ± 1cm 1 cm dari bagian ujung
sediaan darah tipis berbentuk
Ketebalan: tulisan dapat dilihat lidah
di atas kertas

Tidak terfiksasi

25
Kualitas Pembuatan Sediaan Darah

Mikroskopis
Tetes Tebal Tetes Tipis
Volume darah: 6 – 8 µl atau Volume darah :2 -4 µl

Untuk menilai SD darah negatif: Eritrosit tidak saling


minimal dapat dilihat 200 LPB atau bertumpuk.
setara dengan 3000-4000 leukosit

Ketebalan: Terfiksasi
baik : jumlah leukosit 15 -20/LPB
tebal : jumlah leukosit > 20/LPB
tipis : jumlah leukosit <15 /LPB
* Tergantung jumlah lekosit pasien

26
Kualitas Pewarnaan Sediaan darah
◦ Normal : inti leukosit berwarna ungu, inti parasit
berwarna merah, sitoplasma berwarna biru

◦ Asam : inti leukosit berwarna merah, inti parasit


berwarna merah, sitoplasma berwarna merah

◦ Basa : inti leukosit berwarna biru, inti parasit


berwarna biru, sitoplasma berwarna biru

◦ Kotor :banyak sisa-sisa/ endapan zat warna/


debu pada lapang pandang
Penilaian Kinerja PEMBACAAN SD
• Sensitifitas : PB/ (PB+NP) x 100%

• Spesifisitas : NB/(NB+PP) x 100%

• Akurasi Spesies :
Spesies Benar/Total Positif Spesies x
100%
Hasil uji silang
Hasil uji silang dari cross-checker disampaikan
kepada penanggung jawab
program/pemantapan mutu  dianalisis
sensitivitas, spesifitas dan akurasi spesies 
dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat

 Dinas Kesehatan setempat menyampaikan hasil


uji silang kepada laboratorium yang diuji dan
laboratorium rujukan uji silang melalui
mekanisme umpan balik sebagai bahan
evaluasi.
Apabila terdapat perbedaan hasil pembacaan
(discordance) maka harus dilakukan pembacaan/
penilaian ulang oleh lab rujukan di tingkat atasnya atau
kepada cross-checker lain di wilayahnya.
Analisis dan interpretasi Hasil Uji Silang  dengan
menghitung Sensitifitas, Spesifisitas, dan Akurasi Spesies.

Kinerja Laboratorium

Kineja Lab cukup berturut 4 bulan dan Kinerja Lab kurang


 supervisi/bimtek atau panel testing ditempat

30
Peran Komponen Uji Silang
Laboratorium Malaria fasyankes
 Menuliskan nomor identitas sediaan sesuai instruksi
kerja
 Mencatat hasil pemeriksaan SD Malaria sesuai instruksi
kerja
 Menyimpan sediaan sesuai urutan register Malaria dan
pemisahan kotak sediaan SD Malaria Positif dan negatif
 Mempelajari umpan balik
 Menindak lanjuti umpan balik dengan tindakan
perbaikan
 Mengarsipkan umpan balik uji silang
Peran komponen Uji Silang
Laboratorium Tingkat Kabupaten/Kota
a) Pembacaan sediaan
b) Penilaian Kualitas sediaan:
c) Absensi laboratorium peserta uji silang
cakupan per bulan : % laboratorium fasyankes
peserta uji silang terhadap seluruh laboratorium
fasyankes di kab/kota
Peran Komponen Uji Silang
PJ Program Malaria Provinsi
 Rekapitulasi uji silang provinsi dilaporkan ke Subdit
Malaria Direktorat P2PTVZ Ditjen P2P
 Analisis aktivitas jejaring laboratorium :
cakupan:% Fasyankes yang ikut uji silang per
Kab/Kota.Kinerja lab fasyankes: % Fasyankes dengan
Nilai Sensitivitas, Spesifisitas dan Akurasi Spesies
>70% per Kab/Kota
 Rekomendasi
 Tergantung analisa uji silang.
 Perencanaan tindak lanjut/pembinaan bersama
lab RUS
PERHATIAN!!!
Analisis hasil baca Lab fasyankes vs lab Rujukan
Kab/Kota harus SEGERA diumpan-balikan
kepada :
 lab fasyankes : Untuk tindakan perbaikan
 lab Kab/Kota : Perencanaan supervisi
 Dinas Kesehatan Provinsi : Perencanaan
supervisi/ pelatihan, dsb
Keterlambatan umpan balik tidak dapat
memperbaiki
kinerja laboratorium
PERHATIAN!!!
 Perlu koordinasi dan kesepakatan pelaksanaan uji
silang:
 jadwal pengambilan/pengiriman sediaan
 pelaporan hasil baca Laboratorium Rujukan

Kab/Kota
 distribusi umpan balik

 Bila ada Laboratorium Malaria Fasyankes yang tidak


ikut uji silang harus diketahui & dilaporkan alasan:
 tidak ada suspek Malaria
 petugas lab cuti, naik haji, sekolah, mutasi, dsb.
SUPERVISI/ BIMBINGAN TEKNIS
 Adalah : kegiatan yang sistematis untuk
memberikan pemahaman, pengetahuan dan
keterampilan, meningkatkan kinerja petugas,
mempertahankan kompetensi dan motivasi
petugas yang dilakukan secara langsung
dalam rangka peningkatan mutu
laboratorium.
Supervisi yang efektif

1. Sumber daya manusia yang kompeten


2. Perencanaan finansial yang baik dan
berkesinambungan
3. Waktu kunjungan yang adekuat
4. Perencanaan secara menyeluruh agar tersedia
sebuah struktur untuk menilai aktifitas dan
permasalahan kinerja di suatu laboratorium
5. Pencatatan dan pelaporan hasil bimbingan teknis
6. Tindak lanjut yang efektif untuk melakukan
perbaikan di laboratorium.
38

Anda mungkin juga menyukai