Anda di halaman 1dari 9

Intellectual capital

Definisi

 Menurut Cut Zurnali (2008), istilah modal intelektual (intellectual capital)


digunakan untuk semua yang merupakan asset dan sumberdaya non-tangible
atau non-physical dari sebuah organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas
inovasi, pola-pola, dan pengetahuan yang tidak kelihatan dari para
anggotanya dan jaringan koloborasi serta hubungan organisasi.
 Intellectual capital juga didefinisikan sebagai kombinasi dari sumberdaya-
sumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan yang membolehkan organisasi
mentransformasi sebuah bundelan material, keuangan dan sumberdaya
manusia dalam sebuah kecakapan sistem untuk menciptakan stakeholder
value.
Definisi

 Menurut Bontis, Chong Keow dan Richardson (2000), intellectual capital didefinisikan sebagai berikut:
 Intellectual capital bersifat elusive, tetapi sekali ditemukan dan dieksploitasi akan memberikan
organisasi basis sumber baru untuk berkompetisi dan menang.
 Intellectual capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar,
intellectual property, infrastruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat
berfungsi.
 Intellectual capital adalah materi intelektual (pengetahuan, informasi, intellectual property,
pengalaman) yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Ini adalah suatu kekuatan akal
kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna.
 Intellectual capital adalah pengejaran penggunaan efektif dari pengetahuan (produk jadi) sebagaimana
beroposisi terhadap informasi (bahan mentah).
 Intellectual capital dianggap sebagai suatu elemen nilai pasar perusahaan dan juga market premium.
 Intellectual capital (modal intelektual) adalah asset tidak berwujud berupa sumber daya informasi
serta pengetahuan yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan bersaing serta dapat meningkatkan
kinerja perusahaan.
Karakteristik

Menurut Brooking, suatu aset dapat disebut sebagai intellectual capital jika
memenuhi karakteristik sebagai berikut (Agustina, 2007):
 Aset yang memberikan perusahaan kekuatan dalam pasar (trademark,
kesetiaan pelanggan, bisnis yang terus berulang, dll). 
 Aset yang menyajikan property dari hasil pemikiran intellectual property
seperti paten, merk dagang, hak cipta, dll.
 Aset yang memberikan organisasi kekuatan internal, seperti budaya
perusahaan, manajemen dan proses bisnis, kekuatan yang dihasilkan dari
sistem teknologi informasi, dll. 
 Aset yang dihasilkan dari individu yang bekerja di perusahaan seperti
pengetahuan mereka kompetensi, kemampuan networking, dll.
Klasifikasi
Modal intelektual pada umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:
 Modal Manusia (Human Capital)
Nilai para karyawan ditentukan dari kemampuannya dalam mengaplikasikan keterampilan dan keahlian
mereka. Modal insani adalah gabungan kapabilitas insani di suatu organisasi untuk memecahkan
permasalahan bisnis. Modal insani bersifat melekat pada diri manusia dan tidak bisa dikatakan menjadi
milik organisasi. Artinya, modal insani bisa turut pergi meninggalkan organisasi ketika orang-orangnya
pergi. Modal insani juga meliputi seberapa efektif suatu organisasi menggunakan sumber daya insaninya
sebagai dalam ukuran semisal kreativitas dan inovasi.
 Modal Struktural (Structural Capital) atau Organization Capital
Yang dimaksud dengan modal struktural adalah Infrastruktur pendukung, proses dan basis data organisasi
yang memungkinan modal insani dalam menjalankan fungsinya. Modal struktural juga meliputi perihal
seperti gedung, perangkat keras, perangkat lunak, proses, paten, dan hak cipta. Tidak hanya itu, modal
struktural juga meliputi perihal seperti citra organisasi, sistem informasi, dan hak milik basis data. Karena
keberagamannya ini, maka modal struktural bisa diklasifikasikan lebih jauh lagi menjadi modal inovasi,
proses, dan organisasi.
 Modal Relasional (Relational Capital) atau Customer Capital
Yakni modal yang terdiri dari perihal yang bisa dengan jelas teridentifikasi seperti hak cipta, perizinan,
waralaba, namun juga bisa meliputi perihal yang tidak tampak konkret seperti interaksi dengan pelanggan
dan hubungan antar manusia.
Komponen Intellectual Capital
Pengukuran

 Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) didesain untuk memberikan


informasi mengenai value creation efficiency dari aset berupa (tangible asset) dan aset
tidak berwujud (intangible assets) yang ada pada perusahaan.
 VAIC adalah instrument untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Metode
ini untuk mengukur seberapa dan bagaimana efisiensi intellectual capital dan capital
employeed dalam menciptakan nilai menurut pada hubungan tiga komponen utama
yakni Human Capital, Capital Employeed, dan Structural Capital.
 Modal ini dimulai dari kemampuan perusahaan dalam menciptakan value added (VA).
Value added merupakan indikator yang paling objektif dalam penilaian keberhasilan
bisnis dan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value
creation).
 Value added dihitung sebagai selisih antara output dan input. Output (OUT)
menunjukkan revenue dan meliputi semua produk dan jasa yang dijual di pasar,
sedangkan input (IN) meliputi semua beban yang dipakai dalam mendapatkan revenue.
Pengukuran

Proses value creation dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC), Capital Employed (CE), dan Structural Capital
(SC).
1. Value added of Capital Employed (VACA) 
Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.
Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE (Capital Employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada
perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian,
pemanfaatan (Intellectual Capital) IC yang lebih baik merupakan bagian dari (Intellectual Capital) IC perusahaan.
2. Value Added Human Capital (VAHU) 
Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja. Hubungan antara VA dengan HC mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai di dalam
perusahaan.
3. Structural Capital Value Added (STVA) 
Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan
SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC dalam proses penciptaan nilai. Artinya,
semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut
Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC.
Future research

Terdapat dua teori yang sangat berhubungan dengan intellectual capital dan membahas alasan pengungkapan
sebuah informasi oleh perusahaan dalam membuat laporan keuangan yakni:
1. Stakeholder Theory
Meek dan Fray (1988) dalam Baroroh (2013:174) menyatakan bahwa konsensus yang berkembang pada konteks
teori stakebolder merupakan bahwa laba akuntansi hanya berupa ukuran yang lebih akurat yang dibuat oleh
stakeholders dan selanjutnya didistribusikan pada stakeholders yang sama.
Zuliyati dan Arya (2011:114) menyatakan teori stakeholder lebih mempertimbangkan posissi para stakeholder
yang dianggap powerfull. Kelompok stakeholder tersebut yang merupakan pertimbangkan paling pertama untuk
perusahaan ketika mengungkapkan dan atau tidak mengungkapkan suatu informasi pada laporan keuangan.
2. Legitimacy Theory
Degan (2004) dalam Baroroh (2013:174) menyatakan bahwa secara berkelanjutan mencari dana untuk
penjimnan operasi mereka dalam batas dan norma yang berlaku pada masyarakat.
Teori legitimasi bekaitan dengan teori stakeholder. Dalam perspektif teori legitimasi, sebuah perusahaan akan
secara sukarela melaporkan kegiatannya apabila manajemen menganggap bahwa hal ini merupakan yang
menjadi harapan komunitas.

Anda mungkin juga menyukai