Anda di halaman 1dari 52

PENGANTAR SEDIAAN LIKUIDA

PRODI FARMASI FK UNISMA


IKE WIDYANINGRUM, M. FARM
 Pengantar sediaan likuida meliputi definisi dan jenis
 Teori kelarutan
 Sistem dispersi
 Studi preformulasi
 Wadah
Zat aktif Zat tambahan Bentuk sediaan

Mencapai
• Mengemulsifikasi • Oral manfaat
• Memperbaiki sifat, • Rektal dan tujuan
penampilan, dan • Topikal
• Hidrofil/hidrofob
rasa • Parenteral
 bioavaibilitas
• Mensuspensikan • Aerosol
• Kestabilan zat aktif
• Mengentalkan • Tetes mata
• Mengawetkan • Tetes hidung
• dll • Tetes telinga
FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMBUAT
SEDIAAN

Pertimbangan Biofarmasetika  faktor yang mempengaruhi


absorbsi bahan aktif obat dari berbagai rute pemberian
Faktor Obat  sifat fiskokimia bahan aktif
Pertimbangan terapeutik  pertimbangan penyakit yang akan
diatasi
PERTIMBANGAN BIOAFARMASETIKA

 Ilmu mengenai hubungan ilmu fisika, kimia, dan biologi yang diterapkan dalam
bahan aktif obat, bentuk sediaan, dan kerja obat.
 Pemahaman prinsip ini penting dalam perencanaan bentuk sediaan terutama jika
ditinjau dari segi ADME
 Umumnya suatu bahan aktif haruslah dala bentuk larutan agar dapat diaborpsi melalui
membrane kulit, saluran cerna, dan paru-paru ke dalam cairan tubuh

 Penetrasi obat melalui 2 cara : difusi pasif dan transport khusus


PERTIMBANGAN TERAPEUTIK DALAM MERANCANG BSO

1. Umur pasien
Bayi/anak  cair
Awal masa anak  tablet kunyah
Dewasa  tablet
Lansia  oral
2. Cara pemberian oral
Absorbsi obat mll oral terjadi sepanjang GI
3. Cara pemberian per rektal
Umumnya untuk sistemik  px tidak sadar, emesis  terhalang kondisi px
Tidak melewati metabolisme hepar
4. Cara pemberian obat parenteral
absorbis > oral
5. Cara pemberian obat epikutan
DESAIN BENTUK SEDIAAN

Pemberian oral
Saluran Lambung
Usus
Rektal Obat

ekskresi
Injeksi Intravena Sistem Sirkulasi
Obat

Injeksi Intramuskular Obat


Tempat
Jaringan
metabolik
Injeksi subkutan Metabolit
SEDIAAN CAIR

 Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara oral yang berupa sirup, larutan suspensi,
atau emulsi. 
 Menurut FI IV, solutions atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut
SEDIAAN CAIR
1. Solutiones (larutan)

2. Suspensiones (suspensi)

3. Emulsa (emulsi).

9
KEUNTUNGAN SEDIAAN CAIR:
1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan
2. Absorpsi > cepat dibandingkan sediaan oral lain.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat disesuaikan
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan padat,
terutama bentuk larutan. Untuk suspensi dan emulsi,
keseragaman dosis tergantung pada pengocokan
6. Cocok untuk obat yg mengiritasi mukosa lambung atau
dirusak cairan lambung karena faktor pengenceran. Hal 10

ini biasanya terjadi pada obat bentuk sediaan padat


KERUGIAAN SEDIAAN CAIR:
1. Tidak untuk obat yang tidak stabil dalam air
2. obat pahit/baunya tidak enak sukar ditutupi.
3. Sediaan tidak praktis dibawa
4. Takaran obat tidak dalam dosis terbagi kecuali sediaan
dosis
5. tunggal, dan harus menggunakan alat khusus.
6. Air merupakan media pertumbuhan bakteri dan
merupakan
7. katalis reaksi. 11

8. Pemberian obat menggunakan alat khusus/orang khusus


SEDIAAN CAIR ORAL
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau
tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna
yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.

 Macam:
1. Potiones (obat minum)
2. Elixir :
Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan
tambahan yang memiliki bau dan rasa yang sedap dan pelarut
digunakan campuran air-etanol. Etanol yang digunakan etanol
90% dengan kadar 5–15%

12
SEDIAAN CAIR ORAL
 3. Sirup

Suatu larutan obat yang mengandung satu atau lebih jenis obat
dengan zat tambahan dan sukrosa sebagai pemanis.
Sukrosa yang digunakan dalam bentuk sirup simplex yang
mengandung 65% sukrosa dalam larutan nipagin 0,25%.

 4. Guttae (drop)

Sediaan cair (umumnya larutan), apabila tidak dinyatakan lain


dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara
meneteskan

13
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
Sediaan cair yang biasanya
mengandung air, tetapi seringkali
juga pelarut lain, misalnya etanol
untuk penggunaan topikal pada
kulit dan untuk penggunaan topikal
pada mukosa mulut.
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
1. Guttae ophthalmicae (tetes mata)
* Larutan steril bebas partikel asing dan digunakan pada mata.
* Digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk atau ke permukaan
selaput bening mata.
2. Guttae Nasales (Tetes Hidung)
* Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke
dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan
pengawet.
* Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai
cairan pembawa.
* Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal atau
antiseptik.
3. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga)
* Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan/
suspensi yang digunakan dengan meneteskan ke dalam telinga.
* Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang
mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat menempel pada liang
telinga.
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
 3. Gargarisma (Gargle)

* Sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat dan


harus diencerkan sebelum digunakan, mengandung antiseptik
* Digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi
tenggorokan, juga digunakan untuk merawat atau mengubah
faring dan nasofaring dengan menekan udara dari paru-paru
akibat dari penahanan sediaan dalam tenggorokan

 4. Mouthwash (Pencuci mulut)

* Larutan yang digunakan dengan cara dikumur-kumur dalam


mulut tetapi tidak sampai tenggorokan.
* Biasanya hanya mengandung zat-zat untuk membersihkan
mulut dan memperbaiki bau.
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
 5. Guttae Nasales (Tetes Hidung)

* Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan


obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet.
* Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan
sebagai cairan pembawa.
* Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal
atau antiseptik.
 6. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga)

* Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa


larutan/
suspensi yang digunakan dengan meneteskan ke dalam telinga.
* Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya
yang mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
 7. irigationes (irigasi)

* Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau


membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh.
* Pemakaiannya secara topikal, tidak boleh digunakan parenteral.

 8. Inhalatoines (Inhalasi)

* Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau
lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung
atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
* Sediaan dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau
disemprotkan ke dalam saluran pernapasan.
* Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga
18
dapat mencapai bronkioli.
* Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
 9. Epithema (Obat Kompres)

* Cairan yang dipakai untuk mendapatkan rasa dingin pada


tempat-
tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan
sifat
perbedaan tekanan osmose
* Digunakan untuk luka bernanah.

 10. Lotion

* Sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada


kulit
(Ansel, 1989; Anonim, 1995).
* Kebanyakan lotion mengandung bahan serbuk halus yang tidak
larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan
19
menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi.
* Pada umumnya pembawa dari lotion adalah air
SEDIAAN CAIR TOPIKAL

 11. Linimentum (Liniment)

* Bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada


kulit.
* Liniment dapat berupa larutan zat berkhasiat dalam
minyak/lemak atau berupa emulsi, yaitu hasil proses
penyabunan yang banyak mengandung air sehingga bila
dioleskan pada kulit memberikan perasaan sejuk
SEDIAAN CAIR REKTAL/VAGINAL
1. Lavament/Clysma/Enema
* Cairan yang pemakaiannya melalui rektum/ kolon berguna
untuk membersihkan atau menghasilkan efek lokal atau sistemik
* Digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit
atau pembersih feces sebelum operasi.
* Enema juga berfungsi sebagai karminativa, emollient, diagnostik,
sedatif, antelmintik, dll.
* Enema diberikan dalam jumlah bervariasi tergantung pada
umur dan keadaan penderita.

2. Douche
* Larutan zat dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke
dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk
membersihkan, karenanya larutan ini mengandung bahan obat
atau antiseptik.
* Biasanya berupa larutan kental yang diencerkan seperlunya 21
sebelum digunakan.
SEDIAAN INJEKSI (INJECTIONES)
Sediaan steril,
berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan
secara parenteral,
disuntikkan dengan cara menembus atau
merobek jaringan ke dalam atau
melalui kulit atau selaput lendir.

SYARAT UTAMA
Obat tersebut harus steril dan
disimpan dalam wadah yang menjamin
sterilitas. 22
KEUNTUNGAN INJEKSI:
1. Onset cepat.
2. Efek dapat diramalkan dengan pasti.
3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna.
4. Kerusakan obat dalam GE dihindarkan.
5. Dapat diberikan pada penderita sakit keras atau
koma.

23
KERUGIAN SEDIAAN BENTUK
INJEKSI
1. Nyeri saat pemberian, bila sering diberikan.
2. Efek psikologis bagi yang takut disuntik.
3. Kekeliruan obat atau dosis tidak dapat diperbaiki.
4. Obat hanya diberikan oleh tenaga ahli tertentu.

24
KELARUTAN

 Kelarutan Menurut Farmakope Indonesia pernyataan kelarutan adalah zat dalam


bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot
zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.
 Berdasarkan FI 3 kelarutan adalah kelarutan pada suhu 20ᵒC
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN ZAT

 PH
 Suhu
 Jenis pelarut
 Bentuk dan ukuran patikel zat
 Konstanta dielektrik pelarut
CARA MENINGKATKAN KELARUTAN
1. Mengatur ph
2. Menaikkan suhu
3. Menggunakan campuran (kosolven)
4. Memodifikasi struktur
5. Pengadukan
6. Memperkecil ukuran partikel
7. Membentuk senyawa kompleks
SISTEM DISPERSI
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase terdispersi) di dalam zat lain (fase pendispersi atau medium).
Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputu-putus) sedangkan medium disperse bersifat kontinu. 3 jenis sistem disperse yaitu ;

1. Larutan
Larutan adalah keadaan dimana zat terlarut (molekul, atom, ion) terdispersi secara homogen dalam zat pelarut. Larutan bersifat stabil dan tak dapat
disaring. Diameter partikel zat terlarut lebih kecil dari 10-7 cm. Contoh : larutan gula, larutan garam
2. Suspensi
Suspensi adalah keadaan dimana zat terlarut terdipersi secara heterogendalam zat pelarut, sehingga partikel-partikel zat terlarut cenderung
mengendap dan dapat dibedakan dari zat pelarutnya.. Suspensi bersifat diskontinu, dapat disaring dan merupakan sistem 2 fase. Diameter partikel zat
terlarut lebih besar dari 10-5 cm. Contoh: air kopi, air kapur
3.  Koloid
Koloid adalah suatu campuran yang keadaannya berada diantara larutan dan suspensi/larutan kasar. Koloid terlihat sebagai campuran homogen,
namun digolongkan sebagai campuran heterogen secara mikrokopis. Koloid umumnya bersifat tidak stabil dan tidak dapat disaring. Diameter zat
terlarut antar 10-7-10-5 cm.
Perbandingan Sifat Larutan, Koloid dan Suspensi.

Larutan(Dispersi molekuler) Koloid (Dispersi Koloid) Suspensi (Dispersi Kasar)

Contoh : larutan gula Contoh : susu Contoh : air kopi


1.Homogen, tak dapat dibedakan 1.Secara makroskopis bersifat homogen 1.Heterogen (Campuran)
walaupun menggunakan mikroskop ultra tetapi heterogen jika diamati dengan 2.Diameter partikel lebih besar dari 10-
2.Diameter partikel lebih kecil dari 10- mikroskop ultra (campuran antara 5
 cm
7
 cm. homogen dan heterogen) 3.Dua fase
3.Satu fase 2.Diameter partikel antara 10-7 sampai 10- 4.Tidak stabil
4.Stabil 5
 cm. 5.Dapat disaring dan memisah ketika
5.Tak dapat disaring dan tak memisah 3.Dua fase didiamkan
ketika didiamkan 4.pada umumnya stabil 6.Tidak jernih
6.Jernih 5.tidak dapat disaring kecuali dengan 7.Dapat menghamburkan cahaya
7.Bersifat transparan dan meneruskan penyaring ultra dan tak memisah ketika
cahaya didiamkan
6.Tidak jernih
STUDI PRAFORMULASI

 Studi Praformulasi adalah langkah awal dalam memformulasi, yang mengkaji, dan mengumpulkan
keterangan-keterangan dasar tentang sifat kimia fisika dari zat aktif bila dikombinasikan dengan zat
atau bahan tambahan menjadi suatu bentuk sediaan farmasi yang stabil, efektif dan aman.
 Studi ini mengaharuskan seorang formulator harus mengetahui apakah zat aktif tersebut cocok atau
tidak incomp  (ketidak bercampuran) dengan zat aktif
TAHAPAN PRODUKSI

 Skala formulasi diawali dengan skala laboratorium


 Didapatkan formula yang sesuai
 Peningkatan skala menjadi skala pilot  10 kali skala laboratorium  diperlukan penyesuaian formulasi
 Skala industry  produksi  10 kali skala pilot  penyesuaian formulasi
TUJUAN PRAFORMULASI

 Praformulasi menggambarkan proses optimasi suatu obat melalui penentuan atau definisi sifat fisika dan kimia
yang dianggap penting dalam menyusun formulasi sediaan yang stabil, efektif, dan aman
 Data praformulasi akan sangat membantu dalam memberikan arah yang lebih sesua untuk membuat suatu rencana
bentuk sediaan
DATA PRAFORMULASI

 Struktur kimia dan karakteristik


 Bobot molekul
 Metode analitik
 Ruahan (kompresibilitas)
 Informasi terapetik  dosis, bentuk sediaan yang dibutuhkan, bioavaibilitas, produk kompetitior
 Bahaya potensial
 Toksikologi

Sebagai pelengkap juga bias ditambahkan


 Kompatibilitas interaksi : obat-eksipien
 Studi pendahuluan in vivo pada hewan  absorpsi obat, metabolisme, ikatan protein,distribusi, eliminasi
PARAMETER FISIKOKIMIA

 Stabilitas kimia
 Kelarutan  obat oral harus larut dalam cairan fisiologis  rentang pH 1-8
 Kecepatan disolusi
 Koefisien partisi
 Kristalinitas
 Polimorfisme
 Higroskopisitas
 Ukuran partikel
 Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai sebuah respon terapi yang diramalkan
dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat dalam skala besar dengan menghasilkan produk yang
berkualitas, untuk memastikan kualitas produk, banyak ciri khas yang diperlukan.
 Stabilitas kimia dan fisika, dengan pengawetan yang sesuai untuk melawan kontaminasi mikroba jika
diperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan termasuk pembuat resep dan pasien, kemasan yang
cocok dan pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus juga mandiri dari pasien untuk pasien. 
 Membuat formula yang tepat sehingga menghasilkan produk akhir berupa sediaan farmasi yang stabil,
berkhasiat, aman dan nyaman ketika digunakan.
PERTIMBANGAN UMUM PRAFORMULASI

Sebelum membuat formula sediaan obat, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu :
1. Bentuk sediaan yang akan dibuat. 
a.  Ada beberapa pilihan bentuk sediaan farmasi yaitu bentuk padat (puyer, tablet, kapsul, suppositoria ), bentuk setengah padat
( salep, pasta, krim ) dan bentuk cair ( larutan, suspensi, emulsi ). 
b.  Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada :
o Sifat-sifat fisika-kimia zat aktif yang digunakan, yakni kelarutan, ukuran partikel, sifat higroskopis, reaksi-reaksi kimia dll.
o Kerja obat yang diinginkan, secara lokal ataukah sistemik. Untuk kerja lokal dipilih sediaan salep, krim, lotion, serbuk
tabur. Untuk kerja sistemik ( diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah ) dipilih sediaan tablet, kapsul, pulveres/puyer dan
sirup.
o Umur si pemakai. Untuk bayi dan anak-anak lebih disukai bentuk pulveres dan sirup. Untuk dewasa umumnya dibuat dalam
bentuk tablet, kapsul.
2.    Bahan tambahan obat yang akan digunakan. Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi harus kompatibel (dapat tercampurkan )
dengan bahan obat utama ( zat aktif ) dan bahan tambahan yang lain.
Bahan tambahan diperlukan untuk : 
a.       Mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan ( bentuk tablet,· larutan, dll ).
o Sebagai contoh : pada sediaan tablet selain zat aktif, digunakan bahan tambahan berupa bahan pengisi untuk memperbesar volume
tablet, bahan pengikat untuk merekatkan serbuk bahan obat, bahan penghancur untuk mempercepat pecahnya tablet di dalam
lambung, dan bahan penyalut yang digunakan untuk memperbaiki kestabilan, mengontrol penghancuran dan mempercantik
penampilan tablet.
o Pada sediaan larutan digunakan bahan tambahan berupa pelarut untuk melarutkan bahan obat, dapat juga ditambahkan bahan
penstabil untuk mencegah peruraian bahan obat, bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroba, bahan pemberi warna dan
rasa untuk memperbaiki rasa dan penampilan produk. Demikian juga untuk sediaan salep, pasta, krim dan lain-lain. 
b.  Menjaga kestabilan sediaan obat (misal : pengawet, pensuspensi,pengemulsi )
c.       Menjaga kestabilan zat aktif ( misal : antioksidan )
Kenyamanan saat penggunaan.
a. Kenyamanan saat digunakan penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi kepatuhan si pemakai obat.
Jika obat berasa tidak enak maka orang akan enggan mengkonsumsinya. 
b. Rasa yang tidak enak dari obat dapat ditutupi dengan penambahan corrigens saporis, bau yang tidak enak ditutupi
dengan corrigens odoris, dan warna yang kurang menarik ditutupi dengan corrigens coloris. 
c. Rasa pahit dari obat-obat tertentu misal Ampisilin dan Amoksisilin dapat diatasi dengan penggunaan bentuk
garamnya yaitu Ampisilin trihidrat dan Amoksisilin trihidrat yang tidak pahit. 
d. Sediaan setengah padat harus memenuhi persyaratan yaitu : halus, mudah dioleskan, tidak terlalu lengket dan
tidak meninggalkan bekas noda pada pakaian.
Kestabilan sediaan obat. 
a. Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam keadaan yang stabil, tidak menampakkan tanda-tanda
kerusakan. Tanda-tanda kerusakan yang umum ditemui pada sediaan obat misalnya: terjadi perubahan warna, bau,
rasa, timbulnya kristal pada permukaan tablet/kaplet, memisahnya air dan minyak pada sediaan krim / emulsi. 
b. Untuk menjaga kestabilan sediaan obat perlu dilakukan :
o Penambahan bahan tambahan tertentu ( misalnya : pengawet ).
o Pengemasan yang tepat.
o Pemberian petunjuk tentang cara penyimpanan yang benar.
Khasiat obat.
Untuk menjaga khasiat obat, perlu diperhatikan : 
a. Pemilihan bentuk sediaan. Sebagai contoh, jika zat aktif tidak stabil dalam media air, maka tidak diformulasi
dalam bentuk cair. 
b. Bahan-bahan tambahan yang digunakan tidak boleh mengurangi khasiat zat aktifnya. 
c. Pemberian petunjuk cara penggunaan yang benar.
TANTANGAN DALAM MENGEMBANGKAN SEDIAAN CAIR ORAL

 Stabilitas obat dalam larutan

 Kelarutan obat pada tingkat yang diinginkan

 Rasa yang dapat diterima


KEMASAN PRODUK FARMASI

Pengemas  semua bagian dari kemasan  wadah, tutup, selubung luar


Kemasan  pembungkus/ wadah sediaan farmasi yang berfungsi menjaga stabilitas obat
 Bahan kemas primer  kontak langsung dengan bahan produk  botol, blister, ampul, vial dll
 Bahan kemas skunder  pembungkus selanjutnya  inner box
 Bahan kemas tersier  pembungkus setelah skunder  outer box
TIPE KEMASAN

 Kemasan unit tunggal


 Kemasan strip/blister
 Kemasan fotosensitive
 Kemasan thermosensitive
KEMASAN UNIT TUNGGAL

Kemasan sekali pakai atau umum disebut kemasan satu dosis  dihasilkan oleh pabrik skala besar atau skala kecil oleh
apotek yang menyalurkan obat tsb

Keuntungan kemasan unit tunggal


1. Identifikasi positif dari masing-masing unit dosis setelah obat tidak berada di tangan ahli farmasi dan perawat
2. Menyebabkan berkurangnya kesalahan karena obat
3. Berkurangnya kontaminasi obat
4. Mengurangi waktu penyiapan dan penyaluran
5. Memudahkan pengawsan obat di apotek dan tempat perawatan (RS)
6. Mengeliminasi sisa obat
KEMASAN FOTOSENSITIVE

 Wadah yang dapat menahan masuknya cahaya untuk melindungi dari peruraian fotoimia
 Standar  batas transmisi cahaya yang dapat diterima pada Panjang gelombang 290 dan 450 nm
 Penggunaan bungkus luar atau karton juga dapat melindungi dari cahaya
 Gelas kualitas baik  melindungi cahaya
MATERI KEMASAN

Material Tipe Kegunaan


Gelas Primer Botol, ampul, vial
Plastik Primer skunder Botol, ampul, vial,
Pembungkus yangterdapat dari beberapa kemasan primer
Wol Primer Pengisi kosong
Logam Primer Penyusun aerosol, penutup bahan
Papan Skunder Kotak berisi kemasan primer
Kertas Skunder Leaflet, label
Liners primer Penutup yang memeberi segel kompresi
PERSYARATAN BAHAN PENGEMAS

 Memiliki permeabilitas thd udara yang baik


 Inert
 Menjaga produk yang dikemas agar teteap bersih dan pelindung dari pengaruh panas, kotoran, dan kontaminan
lain
 Harus mampu melindungi produk yang dikemas dari kerusakan fisik dan gangguan cahaya
 Harus mudah dibuka, ditutup, dan dapat meningkatkan kemudahan penanganan, pengangkutan, dan distribusi
 Mampu menjelaskan identifikasi dan informasi dari bahan yang dikemas, sehingga dapat membantu promosi atau
memperlancar proses penjualan
GELAS

TIPE URAIAN UMUM


I Gelas borosilikat, daya tahan tinggi
II Treated soda – lime glass
III Soda – lime glass
IV Soda – lime glass unutk tujuan umum
(NP)
 Tipe 1 umumnya merupakan gelas yang paling tahan dari ke 4 kategori tersebut
 Tipe I,II,III dimaksudkan utnuk produk parenteral dan tipe NP untuk produk nonparenteral (oral dan topical)
 Masing masing tipe gelas diuji menurut daya tahannya terhadap air

Anda mungkin juga menyukai