Anda di halaman 1dari 77

FITRIA MASULILI

ASKEP PADA ANAK DENGAN


DM JUVENIL
PENGERTIAN

 Diabetes melitus menurut WHO: suatu


kelainan metabolik yg ditandai oleh
hiperglikemia kronik yg menyebabkan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein
& lemak akibat defek pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya
PENGERTIAN

 DM tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat


terjadinya gangguan metabolisme glukosa yg
ditandai oleh hiperglikemia kronik (IDAI,
2017)
Cont…

 Diabetes tipe 1 atau diabetes melitus


tergantung insulin (DM juvenil)  jenis yang
paling sering ditemukan pada anak
 DM tipe 2 juga ada ditemukan pd anak dan
DM tipe lain
INSIDEN

 Insiden DM tipe 1 sangat betrvariasi baik


antar negara maupun di dalam suatu negara
 Dibeberapa negara barat DM tipe 1
mencakup 5-10% dari seluruh jumlah
penderita DM di negara masin-masing
 > 90% pada anak & remaja adalah DM tipe 1
 DM tipe 1 di Indonesia tahun 2014 tercatat
1021 kasus, puncak insiden pd usia 5-6 tahun
dan 11 tahun (IDAI)
Cont…

 Kesadaran masyarakat ttg DM pada anak


masih rendah, direfleksikan dengan
mencapai 71% anak DMT1 mengalami
ketoasidosis (Pulungan, dkk, 2019)
 Insiden anak dengan DMT1 tahun 2018
tercatat 1220 kasus (IDAI)
PENYEBAB (Speer, 2008; IDAI, 2017)

 Penyebab pasti diabetes tipe 1 belum dapat


dipastikan
 DM tipe ini dapat terjadi akibat gangguan
autoimun yg diaktifkan oleh virus
 Kerusakan sel β pakreas (autoimun atau
idiopatik)
PATOFISIOLOGI

 Penyakit endokrin yang paling sering terjadi


pada anak-anak yaitu DM tipe 1
 Sel beta yg memproduksi insulin pd pulau
Langerhans di pankreas rusak atau jumlahnya
berkurang  defisiensi insulin
 Pada anak yg rentan secara genetik, massa sel
beta secara bertahap dihancurkan oleh respons
autoimun setelah terpajan pemicu (virus,
bakteri, iritan kimiawi, atau komponen diet)
Cont…

 Kurangnya insulin yg adekuat  berpengaruh


pada metabolisme KH, protein & lemak
 Glukosa sbg sumber energi utama pd sebagian
besar sel
 Insulin memfasilitasi ambilan glukosa
intravaskuler oleh otot & sel lemak,
memfasilitasi penyimpanan glukosa (sbg
glikogen) pd hati & sel otot, & secara tdk
langsung mencegah metabolisme lemak
Cont…

 Insufisiensi insulin  hiperglikemia krn


glukosa IV tdk dapat memasuki sel
 Hati berespons terhadap kekurangan glukosa
intrasel dg memulai glukoneogenesis &
glikoenolisis  hiperglikemia
 Hiperglikemia menyebabkan diuretik
osmotik  kehilangan air berlebihan,
ketidakseimbangan elektrolit  dehidrasi
Cont…

 Ketidakmampuan glukosa memasuki sel memicu


katabolisme  tubuh menggunakan lemak &
protein sbg sumber energi walaupun asupan
makanan meningkat  penurunan BB
 Saat lemak digunakan sbg sumber energi  hati
merubah asam lemak bebas yg meningkat dlm
darah menjadi badan keton
 Badan keton yang bersirkulasi terkumpul dlm
jumlah banyak, mengubah pH serum 
ketoasidosis
Cont…

 Selama asidosis, kalium total dlm tubuh


dapat berkurang secara sinifikan
 Tanda peningkatan kadar aseton & asam
keton  nafas berbauh buah, pernafasan
kusmaul, nyeri abdomen, & muntah
 Ketika muntah terjadi  kehilangan cairan
yg berlebihan tdk dapat diseimbangkan dg
peningkatan asupan, & kondisi anak dapat
memburuk
Gambaran klinik (Suyono, dkk, 2009)

 Gambaran klinik klasik DM pada anak


 Poliuria, polidipsi, polifagia, disertai penurunan BB
yg tidak diketahui penyebabnya
 Glukosa darah puasa > 200 mg/dL, disertai
ketonuria
 Poliuria nokturnal serta enuresis
 Gejala lain: muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen, & gangguan
kesadaran koma
Perjalanan klinis DM pada anak
(Suyono, dkk, 2009)

 Fase inisial
 Dimulai saat timbulnya gejala sampai dg
diagnosis ditegakkan
 Fase ini sering didahului oleh infeksi, goncangan
emosi maupun trauma fisik
 Fase penyembuhan
 Fase setelah beberapa hari mendapat pengobatan
 Keadaan akut penyakit telah teratasi & sudah
terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin
Cont…
 Fase remisi
 Fase ini khas pada penderita DM tipe I
 Saat ini kebutuhan insulin menurun sehingga dapat terjadi
hipoglikemia bila dosis insulin tidak disesuaikan
 Bila dosis insulin 0,1 UI/kg.BB masih menyebabkan
hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan
 Pada fase ini perlu observasi & pemeriksaan urin reduksi
secara teratur untuk memantau keadaan penyakitnya
 Fase ini berlanggsung beberapa pekan sampai beberapa bulan
 Diperlukan penyuluhan kepada pasien DM atau orangtua
pasien bahwa fase ini bukan berarti sembuh penyakitnya
Cont…

 Fase intesifikasi
 Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis
ditegakkan
 Pada fase ini terjadi kekurangan insulin endogen
Diagnosis (Suyono, dkk, 2009)

 Adanya gejala klasik: poliuria, polifagi,


polidipsi & ketonuria, penurunan BB yg cepat
disertai kadar glukosa darah > 200 mg/dL
DIAGNOSIS (IDAI, 2017)

 Glukosa plasma puasa dinggap normal <126


mg/dL (7 mmol/L0
 Glukosuria saja tidak spesifik untuk DM
sehingga perlu dikonfirmasi dengan
pemeriksaan GD
Cont…

 Kriteria diagnosis DM (IDAI, 2017):


 Gejala klasik diabetes atau krisis hiperglikemia
dengan kadar plasma glukosa ≥200 mg/dL (11,1
mmol/L)
 Kadar plasma glukosa puasa ≥126 mg/dL (7,0
mmol/L)  puasa adalah tidak adanya asupan
kalori selama 8 jam terakhir . ATAU
 Kadar glukosa 2 jam postprandial ≥200 mg/dL
(11,1 mmol/L) dengan uji toleransi glukosa oral
Cont…

 Uji toleransi glukosa oral dilakukan dengan


pemberian beban glukosa setara dengan 75 gr
anhydrous glukosa dilarutkan dalam air atau 1,75
g/kg BB dengan maksimum 75 gr. ATAU
 HbA1c > 6,5%
Penilaian glukosa plasma puasa (IDAI,
2017)
 Normal: <100 mg/dL (5,6 mmol/L)
 Gangguan glukosa plasma puasa: 100-125
mg/dL (5,6-6,9 mmol/L)
 Diabetes ≥126 mg/dL (7,0 mmol/L)
Penilaian tes toleransi glukosa oral
(IDAI, 2017)
 Normal: < 140 mg/dL (7,8 mmol/L)
 Gangguan glukosa totelarnsi oral: 140-200
mg/dL (7,8-<11,1 mmol/L)
 Diabetes: ≥ 200 mg/dL (5,6 mmol/L)
Cont…
 Pada individu yg asimptomatik (Sudoyo, dkk, 2009):
 jika terdapat peningkatan kadar glukosa darah puasa ≥
126 mg/dL dan/atau
 kadar gula darah 2 jam pasca pemberian glukosa ≥ 200
mg/dL saat tes toleransi glukosa oral (TTGO) pd 2 kali
pemeriksaan.
 TTGO pd anak seringkali tidak dibutuhkan karena gejala
klinis yg khas
 TTGO dilakukan sesuai dengan panduan WHO dengan
menggunakan glukosa setara dengan 75 gram glukosa
anhidrosa yg dilarutkan dalam air
Penatalaksanaan (Suyono, dkk, 2009)

 Perbedaan utama penatalaksanaan DM pd


anak dibanding dewasa adalah kebutuhan
mutlak insulin
 Terapi DM pada anak lebih tertuju pada
pemberian injeksi insulin, disamping harus
memperhatikan tumbang anak
Cont…

 Penatalaksanaan DM 1, terbagi 3 tahap:


 Fase akut/ketoasidosis, koma & dehidrasi dengan
pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan asam
basa, elektrolit & pemakaian insulin
 Fase subakut/transisi  bertujuan mengobati faktor-
faktor pencetus misalnya infeksi, dll stabilisasi
penyakit insulin, menyusun diet, & penyuluhan kepada
pasien/keluarga mengenai pentingnya pemantauan
glukosa darah, pemakaian insulin & komplikasinya
serta perencanaan diet & latihan jasmani
Cont…

 Fase pemeliharaan  bertujuan untuk


mempertahankan status metabolik dalam batas
normal serta mencegah terjadinya komplikasi
Cont…

 Sasaran yang ingin dicapai pd


penatalaksanaan DM tipe 1 (WHO), yaitu:
 Bebas dari gejala penyakit
 Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhnya
 Dapat terhindar dari komplikasi penyakit
Cont…
 Tujuan khusus penatalaksanaan DM tipe 1 pada
anak, agar anak:
 Dapat tumbuh & berkembang secara optimal
 Mengalami perkembangan emosional yg normal
 Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar
glukosa darah serendah mungkin tanpa menimbulkan
gejala hipoglikemia
 Tidak absen dari sekolah akibat penyakit & mampu
berpartisipasi dalam kegiatan fisik maupun sosial yg ada
 Dapat bertanggung jawab untuk mengurus dirinya sendiri
sesuai taraf usia & intelegensinya
Cont…

 Keadaan ideal yg ingin dicapai pada penderita


DM tipe 1 yaitu:
 Pasien dalam keadaan asimptomatik, aktif, sehat,
seimbang & dapat berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosial yg diinginkannya serta mampu
menghilangkan takut terhadap terjadinya
komplikasi
 Sasaran ini dapat sicapai pada sebagian besar
pasien & keluarganya jika memahami penyakitnya
& prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes
Cont…

 DM tipe 1 memerlukan pengobatan seumur


hidup, kepatuhan & keteraturan pengobatan
merupakan kunci keberhasilan utama
 Pentingnya penyuluhan secara terus-menerus
 Pendekatan tim pd penyuluhan diarahkan
sedemikian rupa sehingga pasien maupun
keluarganya mengerti bahwa kontrol
metabolik yg baik merupakan tujuan utama
(walaupun hal ini tidak selalu terjadi)
Penatalaksanaan DM tipe 1 (Suyono,
dkk, 2009: IDAI, 2017)
Tata laksana DM Tipe 1

Pemberian insulin

Tata laksana
nutrisi

Latihan jasmani

Pemantauan
mandiri

Edukasi

Tata laksanan komplikasi akut DM (hipoglikemia


& ketoasidosis/KAD)
Pemberian insulin

 Tujuan terapi insulin  menjamin kadar Insulin


yg cukup di dalam tubuh untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme
 Regimen insulin individual/tidak seragam pd
semua penderita DMT1
 Pemilihan regimen insulin memperhatikan
faktor2: umur, lama menderita DM, gaya hidup
(pola makan, jadwal latihan, sekolah, dsb), target
kontrol metabolik & kebiasaan individu/keluarga
Cont…

 Regimen apapun yang diberikan, insulin tidak


boleh dihentikan dalam keadaan sakit, dosis
insulin disesuaikan dengan sakit penderita &
konsultasikan kedokter
 Bagi anak-anak, sangat dianjurkan paling
tisak menggunakan 2 kali injeksi insulin/hari
(campuran insulin kerja cepat/pendek dengan
insulin basal)
Cont…

 Dosis insulin harian, tergantung pada: umur,


BB, status puberitas, lama menderita, fase
diabetes, asupan makanan, pola olahraga,
aktifitas harian, hasil monitoring glukosa
darah & HbA1c, serta ada tidak komorbiditas
Cont…

 Dosis insulin
 Dosis selama fase remisi parsial, total dosis harian
insulin <0,5 IU/kg.BB/hari
 Pre puberitas (diluar fase remisi parsial) dalam
kisaran dosis 0,7-1 IU/kg.BB/hari
 Selama fase puberitas kebutuhan biasanya
meninkat menjadi 1,2-2 IU/kg.BB/jam
Insulin

 Merupakan basis pengobatan penyandang


DM tipe 1 harus diberikan segera setelah
diagnosis ditegakkan
 Beberapa hal yg perlu diperhatikan dalam
pemberian insulin pada anak yaitu: jenis
preparat, dosis insulin, waktu & cara
penyuntikan, serta penyimpanan insulin
Tata Laksana nutrisi

menyediakan asupan
energi & nutrisi yg
adekuat agar tumbang
anak optimal

mendorong kebiasaan
Mencegah &
makan sehat yg
menghambat komplikasi
berlangsungg seumur
(makrovaskuler &
hidup (aspek sosial,
mikrovaskuler)
kultural & psikologis)

Tujuan

mempertahankan kadar
Mampu melakukan latihan
glukosa darah mendekati
fisik secara teratur
normal atau normal

Mencapai &
mempertahankan BB
ideal
Latihan jasmani
Membantu
meningkatkan
jati diri anak

Membantu kerja metabolisme


tubuh sehingga dapat
Tujua Mempertahankan
BB
mengurangi kebutuhan insulin
n

Meningkatkan kapasitas kerja


jantung & mengurangi komplikasi
jangka panjang (hasil penelitian)
Cont…

 Perhatian, sebelum latihan:


 Jenis latihan jasmani
 Intensitas,
 Tingkat kebugaran
 Kebiasaan sehari-hari pasien
 Guru sekolah atau PJ kegiatan sosial anak
diberitahu ttg keadaan anak, cara mengatasi
hipoglikemia yg dapat muncul saat anak
melakukan latihan
Cont…

 Rekomendasi, saat akan latihan jasmani:


 Injeksi insulin, minimal 1-2 jam sebelum mulai latihan
 Periksa kadar glukosa darah sebelum latihan  jika
rendah, tambahkan karbohidrat awitan kerja cepat
(pisang, jus, dektrosa)
 Jika kadar glukosa darah tinggi, periksa keton urin 
jika terdapat keton dalam urin (ketonuria), tunggu
selama 2 jam, tidak boleh olahraga dahulu, gunakan
insulin kerja cepat, lalu cek kembali
Cont…

 Jika latihan > 30 menit, periksa kadar glukosa


selama latihan, & makan karbihidrat tambahan
selama latihan
 Kurangi dosis insulin: sebelum & sesudah latihan
 Penurunan dosis insulin tergantung pada durasi &
peningkatan aktivitas dibandingkan normal
 Catat kadar glukosa darah, makanan & dosis
insulin
Pemantauan mandiri

 Cara yg dilakukan oleh keluarga pasien DM,


yaitu:
 Pemantauan reduksi urin
 Pemantauan glukosa darah
 Pemantauan komplikasi & cara mengatasinya
Pemantauan keton (IDAI, 2017)

 Normal keton darah: < 0,6 mmol/L


 Pemeriksaan keton darah lebih baik dari pada
keton urin  keton darah > 3,0 mmol/L
biasanya disertai asidosis, segera dibawa ke
IGD, keton darah > 6,0 mmol/L ditemukan
setelah puasa malam hari
Cont…
 Pemeriksaan keton harus tersedia & dilakukan pada
saat:
 Sakit disertai demam &/muntah
 Jika glukosa darah di atas 14 mmol/L (250 mg/dL) pada
anak tidak sehat atau jika kadar glukosa > 14 mmol/L
secara persisten
 Terdapat poliuri persisten, disertai peningkatan kadar
glukosa darah, terutama disertai nhyeri abdomen & nafas
cepat
 Pemeriksaan keton darah sebaiknya tersedia bagi anak yg
lebih muda atau pasien yg menggunakan pompa insulin
Pemantauan glukosa darah
 Frekuensi pemantauan glukosa mandiri berbeda-beda
untuk setiap individu (tergantung ketersediaan alat &
kemampuan)
 Untuk mengoptimalkan kontrol glikemik, maka
pemantaua glukosa mandiri harus dilakukan 4-6 kali
sehari (IDAI, 2017):
 Pagi hari setelah bangun tidur, untuk melihat kadar glukosa
darah setelah puasa malam hari
 Setiap sebelum makan
 Malam hari untuk mendeteksi hipoglikemia atau hiperglikemia
 1,5-2 jam setelah makan
Cont…

 Pemantauan glukosa darah mandiri pada


olahraga dengan intensitas tinggi yaitu
sebelum, selama & setelah melakukan
kegiatan tersebut
 Target glukosa cdarah diharapkan sedapat
mungkin mendekati normal tanpa
membahayakan penderita
Puasa pada Bulan Rhomadhon (IDAI,
2017)
 Risiko yg perlu diwaspadai bila diabetisi
berpuasa adalah hipoglikemia, hiperglikemia
dengan atau tanpa ketasidosis
 Kelompok pasien DMT1 yg berisiko tinggi
mengalami kondisi yg memperburuk
penyakit nya & dianjurkan untuk tidak
berpuasa, adalah:
 Penderita DM yg pernah mengalami hipoglikemia
berat dalam 3 bulan sebelum romadhon
Cont…

 Riwayat hipoglikemia berulang


 Kontrol glikemik kurang baik (HbA1c ≥ 8)
 Riwayat ketoacidosis diabetik dalam 3 bulan sebelum
Romadhon
 Riwayat koma hiperglikemia hiperosmolar dalam 3
bulan terakhir
 Sedang sakit lainnya: demam, diare, munta & lain-
lain yang memberatkan
 Sedang hamil atau melahirkan
 Menjalani dialisis kronis
Pemantauan HbA1c (Hemoglobin
terglikosilasi) (IDAI, 2017)
 HbA1c mencerminkan kondisi glikemia selama 8-
12 minggu teakhir
 Fasilitas untuk mengukur HbA1c harus tersedia
disemua pusat kesehatan yg menangani anak &
remaja dengan diabetes
 HbA1c harus dipantau 4-6 kali pertahun pada anal
lebih muda & 3-4 kali pertahun pada anak yg lebih
besar
 Target HbA1c untuk semua kelompok usia < 7,5%
(5,8 mmol/L)
Rekomensadi anak & remaja DMT1 yg
akan berpuasa (IDAI, 2017)
 Nutrisi
 Konsumsi makanan kaya KH dalam jumlah besar
saat berbuka puasa, sebaiknya dihindari
 Saat sahur sebaiknya makan makanan yg
mengandung KH kompleks, & sebaiknya makan
diwaktu selambat mungkin (mendekati akhir
sahur)  makanan: buah, sayur, kacang-
kacangan, yoghurt, sereal & nasi
 Banyak minum diluar waktu berpuasa
Cont…

 Olahraga & aktifitas fisik


 Aktifitas fisik seperti biasanyatetap dilakukan
 Hindari olahraga berat selama jam-jam berpuasa
 Pantau status glikemik
 Bila kadar glukosa darah tinggo (>250 mg/dL atau
14 mmol/L)
 Keton urin sebaiknya diperiksa
Cont…

 Batalkan puasa bila:


 Kadar glukosandarah ≤70 mg/dL (4 mmol/L) atau
mengalami gejala & tanda hipoglikemia
 Kadar glukosa darah > 300 mg/dL (16,6 mmol/L)
atau bila > 250 mg/dL (14 mmol/L) dengan keton
positif
 Sedang sakit
Rekomendari regimen insulin selama
Puasa Rhomadhon (IDAI, 2017)
 Regimen insulin basal
 Menurunkan dosis insulin basal (misal: glarine,
detemir) 10-20% dari dosis semula (dapat
diturunkan lagi bila diperlukan)
 Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dL (14 mmol/L),
berikan dosis koreksi insulin kerja cepat
 Hitung KH yg dimakan agar disesuaikan dengan
dosis insulin
 Bila insulin kerja panjang tidak tersedia, gunakan
insulin kerja menengah & pendek
Cont…

 Regimen insulin dua dosis


 Saat puasa, insulin yg digunakan adalah
kombinasi insulin kerja pendek &
menengah, dosis sama dengan dosis pagi
hari sebelum puasa
 Saat sahur berikan hanya insulin kerja
pendek, dosis 0,1-0,2 IU/kg.BB
Cont…

 Regimen insulin tiga dosis


 Dua dosis insulin kerja pendek sebelum
puasa & sahur, 1 dosis insulin kerja
menengah saat tengah malam/sebelum
tidur
Cont..

 Pemantauan gula darah teratur dilakukan


sebelum & 3 jam sesudah berpuasa, sebelum
& 2 jam setelah sahur  untuk menyesuaikan
dosis insulin & mencegah hipoglikemia &
hiperglikemia setelah makan
Edukasi

 Penyuluhan & tata laksana  bagian integral


terapi pasien DM tipe 1
 Tujuan utama:
 Untuk mencapai penatalaksanaan mandiri yg
efektif  kualitas hidup
 Meningkatkan motivasi & sikap kemandirian
dalam penalaksanaan penyakitnya
Cont…
 Metode edukasi: pengajaran individual pd pasien &
keluarganya  pedoman tertulis, booklet atau cara lain
sesuai usia anak
 Bahasa mudah dimengerti
 Kelompok diskusi atau pelatihan (pasien DM, orangtua,
dokter, perawat atau pertemuan perkumpulan diabetes
& pelaksanaan diabetes camp atau liburan bersama
pasien DM & keluarganya)
 Penyuluhan secara rutin, direncanakan, didokumentasi,
dimonitor & dievaluasi secara berkala oleh satu tim ahli
Cont…
 Hal-hal yg ingin dicapai pd penyuluhan:
 Mengoptimalkan penggunaan insulin & konsekuensi
terapi insulin
 Mengerti hasil & komplikasi terapi insulin & mengerti
antisipasinya
 Mengerti kegunaan terapi lainnya seperti dietetik &
latihan jasmani
 Dapat memanfaatkan tenaga kesehatan ahli profesionla
diabetes
 Menghindari sikap destruktif & berusaha untuk
mengatasi stres yang timbul
Ketoacidosis (KAD)

 Anak dengan ketoacidosis diabetik (KAD):


muntah, dehidrasi, sesak nafas, nyeri
abdomen, perubahan tingkat kesadaran,
hiperglikemia (glukosa > 300 mg/dl),
ketonemia, asidosis (pH < 7,30, bicarbonat <
15 mEq/L), glukosuria, & ketonuria
Penatalaksanaan KAD

 Keberhasilan tata laksana KAD  koreksi


adekuat dehidrasi, asidosis, gangguan
keseimbangan elektrolit & hiperglikemia
 Prinsip tata laksana KAD:
 Terapi cairan untuk koreksi dehidrasi & menstabilkan
fungsi sirkulasi, pemberian insulin untuk
menghentikan produksi benda keton yg berlebihan,
mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit,
mengatasi faktor presipitasi atau penyakit yg
mendasari KAD serta monitor komplikasi terapi
Cont…
 Anak dengan KAD harus dirawat di fasilitas kesehatan
yg memiliki perawat terlatih dalam menangani KAD,
memiliki panduan tata laksana KAD, & memiliki
laboratorium utk evaluasi pasien secara ketat
 Tata laksana KAD dilakukan atas instruksi langsung
konsultan endokrinologi
 Anak dengan KAD berat & anak dengan risiko tinggi
edema serebri (< 5 tahun, asidosis berat, pCO2
rendah, kadar ureum tinggi)  dirawat di ruang
intensif
Cont…

 Pemantauan KAD”
 Tanda vital (Kesadaran, frekuensi nadi, frekuensi
nafas, TD, & suhu) tiap jam
 Balans cairan tiap jam (jika terdapat penurunan
kesadaran  pasang kateter)
 KAD berat, monitoring EKG  untuk deteksi
adanya hiperkalemia atau hipokalemia
 Periksa kadar GD/jam
Cont…

 Periksa laboratorium: elektrolit, ureum, hematokrit,


ula darah & AGD tiap 2-4 jam (kasus berat cek
eletrolit/jam). Peningkatan leukosit dapat terjadi
karena stres & belum tentu karena tanda infeksi
 Observasi tanda-tanda edema: sakit kepala,
bradikardia, muntah, perubahan status neurologis
(iritabilitas, mengamuk, & inkontinensia) atau tanda
neurologis spesifik (pares saraf kranial & respon
pupil terganggu), hipertensi, menurunnya saturasi
oksigen & apnea.
REKOMENDASI PENATALAKSANAAN
DMT1 (IDAI, 2017)
 Komponen pengelolaan DMT1: pemberian
insulin, pengaturan makan, olahraga, edukasi &
pemantauan mandiri
 Pasien DMT1 minimal konsultasi setiap 3 bulan,
tujuan:
 Mendisukusikan hasil pemantauan gula darah
mandiri & langkah untuk memperbaiki kontrol
glikemiknya, edukasi penyesuaian dosis insulin,
kebutuhan nutrisi 7 aktifitas fisik untuk tumbuh
kembangnya yg optimal & menghindari komplikasi
Cont…

 Mendiskusikan hasil HbA1c dengan prognosisnya


 Apabila sudah saatnya skrining komplikasi &
mendiskusikan pencegahannya
Cont…

 Regimen insulin bersifat individual, tidak ada


regimen yg seragam pada penderita DMT1
 Regimen apapun yg dilakukan, insulin tetap
diberikan pada saat anak dalam keadaan sakit
 Pemilihan jenis makanan dianjurkan KH
dengan indeks glikemik rendah
 Makanan tinggi KH harus segera dikonsumsi
setelah latihan/olahraga  mencegah
hipoglikemia pasca olahraga
Cont…

 Bagi yg ingin berpuasa pada bulan


Rhomadhon, perlu edukasi untuk
menghindari komplikasi berpuasa dengan
penyesuaian dosis insulin, pemantauan
glukosa darah dilakukan secara teratur,
terutama sebelum puasa & 3 jam setelahnya,
sebelum & 2 jam sesudah sahur, indikasi
pembatalan puasa, & mengingatkan kembali
tata cara mengatasi komplikasi di rumah
Cont…

 Pemantauan kontrol glikemik sehari-hari


dilakukan dengan memantau glukosa darah
mandiri, HbA1c & tumbang
 Target HbA1c untuk semua kelompok usia
adalah < 7,5% (5,8 mmol/L)
FITRIA MASULILI

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN (S & O)
(Axton & Fugate, 2014)

Tanda/gejala hiperglikemia
 Poliuria
 Polidipsi
 Polifagia
 Penurunan BB
 Enuresis pada anak yg sebelumnya menjalani
latihan toileting
 Letargi atau stupor
 Kulit hangat, memerah, kering
 kelemahan
Cont…

 Mual/muntah
 Nafas aseton (berbau buah)
 Nyeri abdomen
 Pernafasan kusmaul
 Dehidrasi
 Glukosuria
 Ketonuria
 Asidosis metaboli
Cont…

Tanda/gejala hipoglikemia
 Keringat berlebihan
 Pingsan
 Pusing
 Koordinasi buruk
 Pucat
 Kulit dingin
 Jantung berdetak kencang
 Gemetar
Cont…

 Gangguan penglihatan
 Perubahan kepribadian
 Iritabilitas
 Sakit kepala
 Kelaparan
 Ketidakmampuan untuk bangun
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Gangguan fungsi metabolik b.d.


 Kekurangan volume cairan b.d
 Ketidakseimbangan elektrolit: kehilangan
natrium & kalium b.d
 Defisiensi pengetahuan anak/orangtua b.d
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
 Penurunan koping keluarga b.d
PERENCANAAN

 Penatalaksanaan berdasarkan tatalaksana


Diabetes Melitus tipe 1
 Selesai

Anda mungkin juga menyukai