Anda di halaman 1dari 54

FARMAKOLOGI

PENDAHULUAN OBAT YANG BEKERJA PADA


SISTEM SARAF OTONOM

TEODHORA, M.FARM., APT


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
PRODI SI FARMASI
SISTEM SARAF
Sistem saraf berfungsi menghantarkan impuls saraf ke
seluruh jaringan dari susunan saraf pusat
Stimulus ke motorik atau motoric ke stimulus
Sistem saraf membuat kita menjadi lebih cepat beradaptasi
merespon apa yg ada di sekitar lingkungan kita baik
lingkungan luar maupun lingkungan di dalam tubuh
Secara umum system saraf dibagi menjadi 2 yaitu : system
saraf perifer (tepi) dan system saraf pusat (central)
Sistem saraf pusat  terdiri dari otak dan medulla spinalis,
diluar dari otak dan medulla spinalis adalah system saraf
perifer
Sistem saraf perifer (tepi)  terletak diluar otak dan
medulla spinalis
Terdiri dari 2 bagian yaitu otonom dan somatik
Setelah ditafsirkan oleh SSP, system saraf tepi menerima
rangsangan dan memulai respon terhadap rangsangan tsb
Sistem saraf otonom (SSO) disebut jg sebagai system
visceral bekerja pd otot polos dan kelenjar
Fungsi dari SSO  mengendalikan dan mengatur
jantung, system pernapasan, saluran gastrointestinal,
kandung kemih, mata dan kelenjar
SSO mempersarafi (bekerja pd) otot polos, tetapi SSO
merupakan system saraf involunter yg kita tdk atau sedikit bisa
dikendalikan
Kita bernapas  jantung kita berdenyut dan peristaltic terjadi
tanpa kita sadari
Tetapi tdk seperti sso, system saraf somatik merupakan system
volunter yg mempersarafi otot rangka yg dpt kita kendalikan
Dua neuron dlm komponen otonom pd system saraf perifer :
neuron Aferen (sensorik) dan neuron Eferen (motorik)
SISTEM SARAF PERIFER
Sistem saraf perifer dibagi menjadi 2 : Eferen dan Aferen
Yg membedakan neuron aferen dan neuron eferen adalah arah impuls
nya
neuron Aferen mengirimkan impuls ke SSP dimana impuls itu
dipresentasikan (stimulus dari reseptor ke saraf pusat sensorik)
Neuron Eferen menerima impuls atau informasi (sbg neuron motorik)
dari otak (saraf pusat) dan meneruskan impuls ini melalui medulla spinalis
ke sel-sel organ efektor jalur eferen dalam SSO dibagi menjadi 2
cabang yaitu saraf simpatis dan parasimpatis  keseluruhan disebut
sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis
Sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis 
bekerja pd organ-organ yg sama tetapi menghasilkan respon
yg berlawanan agar tercapainya homeostasis (keseimbangan)
Kerja obat-obat pd sistem saraf simpatis dan parasimpatis
dpt berupa respon yg merangsang atau menekan
SISTEM SARAF SIMPATIS
Sist saraf simpatis jg dikenal sbg sistem adrenergik krn
diperkirakan adrenalin merupakan neurotransmitter yg
mempersarafi otot-otot polos.
neurotransmitter tsb dikenal sbg “norepinefrin”
Sedangkan epinefrin  adalah suatu hormone yg diproduksi
oleh adrenal medulla dan dilepaskan ke dalam darah sbg
hormone
Obat-obat yg menyerupai efek dr norepinefrin disebut sbg
obat-obat adrenergik atau simpatomimetikjg dikenal dgn
nama agonis adrenergik krn memulai respon pd tempat
reseptor adrenergik
Ada tiga jenis sel-sel organ reseptor adrenergik yaitu : alfa,
beta-1 dan beta-2

Obat-obat yg menghambat efek norepinefrin disebut


sebagai penghambat adrenergik atau simpatolitik  Obat-
obat ini dikenal juga dgn nama antagonis adrenergik krn
mencegah respons pd tempat reseptor
SISTEM SARAF PARASIMPATIS
Sistem saraf parasimpatis = sistem kolinergik krn
neurotransmitter yg terdapat pd ujung neuron yg
mempersarafi otot adalah “asetilkolin”
Obat-obat yg menyerupai asetilkolin disebut sbg obat-obat
kolinergik atau parasimpatomimetik obat-obat itu jg
dikenal dgn nama agonis kolinergik krn memulai respon pd
tempat reseptor kolinergik,
Sebaliknya obat-obat yg menghambat efek asetilkolin disebut
sbg antikolinergik atau parasimpatolitik obat-obat ini juga
dikenal dgn nama antagonis kolinergik krn menghambat
efek asetilkolin pd organ.
Reseptor-reseptor kolinergik pd sel-sel organ dpt bersifat
nikotinik atau muskarinik  yg berarti mereka dirangsang oleh
alkaloid nikotin atau muskarinik
Asetilkolin merangsang sel-sel reseptor untuk menghasilkan
suatu respon, tetapi enzim asetilkolinesterase dapat
menginaktivasi asetilkolin sebelum ia mencapai sel reseptor
Obat-obat yg menyerupai neurotransmitter norepinefrin dan
asetilkolin menghasilkan respons yg saling berlawanan pd
organ yg sama
Contoh :: suatu obat adrenergik (simpatomimetik) meningkatkan
denyut jantung sedangkan obat kolinergik (parasimpatomimetik )
menurunkan denyut jantung
Tetapi suatu obat yang menyerupai system saraf simpatis dan suatu
obat yg menghambat system saraf parasimpatis dpt menghasilkan
respon yg serupa pd organ yang sama
Contoh ::
obat-obat simpatomimetik dan parasimpatolitikkedua nya
meningkatkan denyut jantung.
Obat-obat simpatolitik dan parasimpatomimetik
keduanya menurunkan denyut jantung
SIMPATOMIMETIK DAN PARASIMPATOMIMETIK RESPON
BERLAWANAN
SIMPATOLITIK DAN PARASIMPATOLITIK  RESPON BERLAWANAN
SIMPATOMIMETIK DAN PARASIMPATOLITIK RESPON SERUPA
SIMPATOLITIK DAN PARASIMPATOMIMETIK RESPON SERUPA

Keterangan :
Simpatomimetik : agonis adrenergik
Parasimpatomimetik : agonis kolinergik
Simpatolitik : antagonis adrenergik
Parasimpatolitik : antagonis kolinergik
FARMAKOLOGI
AGONIS DANANTAGONISADRENERGIK
RESEPTOR ADRENERGIK
Merupakan reseptor yang memperantarai berbagai aksi
saraf simpatik meliputi pelepasan energi dari glukosa,
denyut jantung, dilatasi saluran pernapasan, dan pengaturan
sirkulasi perifer.
Selama kondisi normal (tanpa stress) reseptor adrenergik
berperan dlm fungsi berbagai sistem dlm tubuh, reseptor ini
merupakan reseptor bagi neurotransmitter golongan
katekolamin yaitu adrenalin/epinefrin dan
noradrenalin/norepinefrin.
Epinefrin menstimulasi reseptor beta adrenergik sedangkan
norepinefrin menstimulasi reseptor alfa adrenergik.
Epinefrin dan norepinefrin disekresikan melalui glandula adrenal dan
disintesis dari prekursornya tirosin dgn bantuan enzim yaitu tyrosin
hidroksilase, dopa dekarboksilase dan dopamin beta hidroksilase.
Terdapat beberapa enzim yang terlibat dlm proses sintesis dan degradasi noradrenalin,
dari enzim-enzim ini banyak yg menjadi target aksi obat :
1. tirosin hidroksilase (TH)  obat-obat seperti kafein, nikotin, morfin, dapat
mengupregulasi ekspresi TH meningkatkan aktivitasnya
2. monoamin oksidase (MAO) obat antidepresan banyak yg bereaksi sbg inhibitor
MAO  tranilsipromin, selegilin
3. catechol-O-metyl transferase (COMT) inhibitor enzim COMT  mnyebbkn
pnghambatan degradasi adrenalin shgga mningkatkan kadar neurotransmiter  contoh
tolcapon dan entacapon yg dgunakan sbg pngobatan pnykit parkinson
ADRENERGIK
Obat-obat yang merangsang system saraf simpatis disebut
dgn adrenergik, agonis adrenergik, atau
simpatomimetik krn obat-obat ini menyerupai
neurotransmitter simpatis (norepinefrin/noradrenalin dan
epinefrin/adrenalin)
Ada 4 reseptor adrenergic  alfa 1, alfa 2, beta 1, dan
beta 2 mnjd perantara respon utama
Berikut ringkasan ttg distribusi, transduksi signal, dan
respon seluler reseptor adrenergik :
Alfa 1 Alfa 2 Beta 1 Beta 2
Distribusi Otot polos pd Ujung saraf, Terutama pd Otot polos pd
berbagai organ, pembuluh darah, jantung, ujung berbagai organ,
liver, kelenjar ginjal, otak saraf, kelenjar liver, sel mast, otot
saliva saliva rangka
G-protein Gq Gi Gs Gs
Urutan kekuatan Epinefrin = Epinefrin=norepine Epinefrin > Epinefrin=norepinef
norepinefrin frin norepinefrin rin

Transduksi signal Tergandeng pd Menghambat Mengaktivasi Mengaktivasi


hidrolisis adenilil siklase, adelill siklase, adenilil siklase,
inositol lipid, mengaktivasi kanal aktivasi PKA , aktivasi PKA
mengaktivasi K, mnghambat aktivasi kanal
PKC kanal Ca++ CA++
Respon seluler Eksitabilitas vasokontriksi Meningkatkan Bronkorelaksasi
neuron kekuatan dan Vasodilatasi
Vasokontriksi kecepatan Tremor
Bronkokonstrik denyut jantung Glikogenolisis
si Lipolisis Penghambatan
glikogenolisis pelepasan histamin
RESEPTOR alfa-1 adrenergik terletak pd otot polos
pembuluh darah, saluran vas deferens, saluran kemih,
hati, limpa, aorta dan arteri
Stimulasi reseptor ateriola dan venula mengalami
konstriksi shgga meningkatkan resistensi perifer dan
aliran darah balik ke jantung sirkulasi akan bertambah
baik dan tekanan darah akan meningkat namun jika saraf
simpatis terlalu banyak distimulasi , aliran darah yg
menuju ke organ-organ vital akan berkurang dpt
mnyebabkan keadaan patologis sprt hipertensi.
Signaling  semua melalui jalur fosfolipase yg
melibatkan mobilisasi kalsium, aktivasi reseptor alfa 1
antara lain menyebabkan vasokontriksi
RESEPTOR alfa-2 trdpt pd ujung saraf simpatis post ganglionic dan jika
dirangsang akan menghambat pelepasan nor-epinefrin akan mengakibatkan
penurunan tekanan darah.
Reseptor alfa 2 berlokasi pd saraf presinaptik maupun pasca sinaptik .
Transduksi signal reseptor alfa 2 adalah melalui ikatannya dgn protein Gi yg
menyebabkan penghambatan adenilat siklase.
Reseptor alfa 2 presinaptik (disebut jg autoreseptor) berperan dlm pengaturan
pelepasan norepinefrin dari ujung saraf, dan nampaknya beraksi sebagai
bagian dari mekanisme umpan balik. Jika sudah banyak norepinefrin yg
dilepaskan , sebagian akan beraksi pd autoreseptornya , menghambat
pelepasan norepinefrin lebih lanjut. Mekanisme penghambatan ini diduga
melalui aksinya pd reseptor yg terhubung Gi dan kanal ion K+.
Aktivasi reseptor alfa 2 oleh norepinefrin menyebbkan pmbukaan kanal K+
oleh G protein subunit Beta dan Gamma sehingga menyebbkan hiperpolarisasi
membran , yg mnghambat influks Ca++, yg pd gilirannya akan mnghambat
pelepasan neurotransmitter
RESEPTOR beta-1 terdapat terutama pd jantung 
perangsangan reseptor beta-1 meningkatkan kontraktilitas
miokardium dan denyut jantung .
Transduksi signal nya melalui ikatan dgn protein Gs yg
mengatifkan jalur adenilat siklase.
Di jantung , aktivasi reseptor Beta 1 menyebabkan peningkatan
kadara Camp, menstrimulasi PKA untuk memfosforilasi brbagai
protein regulator ca++ dan bbrp protein spri troponin ,
mnyebabkan peningkatan kontraksi otot jantung dan frekuensi
denyut jantung
RESEPTOR beta-2  terutama trdpt pd otot polos paru-paru, arteriol otot
rangka dan otot uterus, liver perangsangan reseptor beta-2 menghasilkan :
1. Relaksasi otot polos paru-paru shgga trjd bronkodilatasi
2. Menambah aliran darah ke otot rangka
3. Relaksasi otot uterus shgga kontraksi uterus berkurang

Transduksi signal  reseptor ini melalui ikatan nya dgn protein Gs yg memicu
aktivitas adenilat siklase . Aktivasi reseptor ini pd otot polos bronkus
meningkatkan level Camp yg menghambat interaksi aktin-myosin , shingga
mnyebabkan efek bronkodilatasi.
Di liver  aktivasi reseptor b2 menstimulasi peristiwa glikogenolisis (peruraian
glikogen menjadi glukosa), peningkatan Camp akibat aktivasi protein Gs akan
memicu PKA untuk mefosforilasi protein yg terlibat dlm glikogenolisis , sprti
glikogen fosforilase kinase dan glikogen fosforilase.
Kerja obat adrenergic dpt dikelompokkan mnjdi 7 yaitu :
1. Perangsangan organ perifer otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, serta
kelenjar liur dan keringat
2. Penghambatan organ perifer  otot polos usus, bronkus dan pembuluh darah otot
rangka
3. Perangsangan jantung  dgn akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi
4. Perangsangan SSP  missal perangsangan pernapasan, peningkatan kewaspadaan,
aktivitas psikomotor, dan pengurangan nafsu makan
5. Efek metabolic  missal peningkatan glikogenolisi di hati dan otot, lipolysis dan
pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
6. Efek endokrin  missal modulasi sekresi insulin , renin, dan hormone hipofisis
7. Efek prasinaptik akibat hambatan atau peningkatan pelepasan neurotransmitter NE
atau asetilkolin
Banyak dari obat-obat adrenergic merangsang lebih dari satu tempat
reseptor adrenergic slh 1 contohnya adalah epinefrin (adrenalin)
Obat ini bekerja pd tempat reseptor adrenergic alfa-1, beta-1. dan
beta-2
Reseptor dari tempat-tempat reseptor ini  meningkatkan TD,
dilatasi pupil, denyut jantung (takikardi), dan bronkodilatasi
Pd syok-syok jenis tertentu (kardiogenik, anafilaksis) epinefrin adlh
obat yg berguna krn meningkatkan TD, denyut jantung, dan aliran
udara melalui paru-paru (bronkodilatasi) krn epinefrin
mempengaruhi tiga reseptor adrenergic yg berbeda  maka epinefrin
tdk mempunyai selektivitas dan dianggap non selektif trhdp satu
reseptor.
ES terjadi jika lebih banyak respon dr pd yg diinginkan
PENGHAMBAT ADRENERGIK
Obat-obat yg menghambat efek neurotransmitter adrenergic disebut sbg
penghambat adrenergic atau simpatolitik
Obat-obat ini merupakan antagonis trhdp agonis adrenergic dgn
menghambat tempat-tempat reseptor alfa dan beta
Kebanyakan dari penghambat adrenergic menghambat reseptor alfa atau
beta.
Obat-obat ini menghambat efek neurotransmitter secra langsung dgn
menempati reseptor alfa atau beta, atau tdk langsung dgn menghambat
pelepasan neurotransmitter, norepinefrin dan epinefrin
Penghambat adrenergic alfa
Obat-obat yg menghambat respon pd tempat reseptor adrenergic
alfa disebut sbg penghambat adrenergic alfa atau lbh sering
disebut penghambat alfa
Penghambat alfa menimbulkan vasodilatasi, sehingga
mengakibatkan penurunan TD
Jika vasodilatasi berlangsung terus, maka dpt terjadi hipotensi
ortostastatik, pusing
Penurunan TD denyut nadi biasanya meningkat untuk
mengkompensasi TD yg rendah dan aliran darah yg tdk memadai
Penghambat adrenergic beta
Penghambat adrenergic beta, seringkali disebut sbg penghambat beta
menurunkan denyut jantung, biasanya akan diikuti dgn penurunan TD
Kebanyakan dr penghambat beta bersifat nonselektif menghambat baik
reseptor beta 1 maupun beta 2
Bukan hanya terjadi penurunan denyut nadi akibat penghambatan beta 1
, tetapi jg terjadi bronkokonstriksi
Penghambat beta non selektif (beta 1 dan beta 2) sdh pasti tdk boleh
dipakai oleh pasien yg menderita penyakit paru obstruktif atau asma
jika efek yg diinginkan adlah menurunkan denyut nadi dan TD maka
dpt dipakai penghambat beta 1 selektif seperti bisoprolol
CONTOH OBAT-OBAT YG BEKERJA SEBAGAI AGONIS
RESEPTOR ADRENERGIK
Reseptor alfa 1  agonis selektif : fenilefrin, agonis tdk selektif : efedrin,
pseudoefedrin vasokonstriksi pd pembuluh darah perifer di hidung obat
dekongestan
Reseptor alfa 2 agonis : klonidin, metildopa memblok pelepasan
norepinefrin dari ujung sinaptik, antihipertensi sentral menghambat aksi
saraf simpatik antihipertensi
Reseptor beta 1agonis selektif : norepinefrin, dobutamine,
samoterolmemacu kerja jantung pd kondisi syok/penurunan TD scara
drastis, misal pasien syok anafilaksis
Reseptor beta 2 agonis selektif : salbutamol, terbutaline (aksi pendek),
salmeterol dan formoterol (aksi panjang), agonis tdk selektif : adrenalin
bronkodilator/bronkorelaksasi, menghambat pelepasan histamin dari sel
mast.
Contoh obat-obat yg bekerja sbg
antagonis reseptor adrenergik
Reseptor antagonis alfa 1 prazosin, doksazosin mengurangi tonus
pd kontraksi sel otot pembuluh darah (vasokontriksi) antihipertensi
Reseptor antagonis alfa 2 yohimbin digunakan untk mengatasi
gangguan ereksi pd pria (vasodilatasi perifer)
Reseptor antagonis beta 1  Antagonis selektif : atenolol, alprenolol,
metoprolol, asebutolol, labetolol. Antagonis tdk selektif : propanolol
krn mengikat reseptor beta 1 dan beta 2 memblok aktivitas reseptor
mengurangi cAMP di otot jantung efek inotropic dan kronotropik
negative menurunkan kardiak output (vasodilatasi) antihipertensi
FARMAKOLOGI
AGONIS DAN ANTAGONIS KOLINERGIK
KOLINERGIK
Obat-obat yg merangsang system saraf parasimpatis disebut sbg obat-obat
kolinergik atau parasimpatomimetik krn mereka menyerupai neurotransmitter
parasimpatis, asetilkolin
Obat-obat kolinergik jg dikenal dgn kolinomimetik, perangsang kolinergik atau agonis
kolinergik
Asetilkolin adalah neurotransmitter yg terdapat pd ganglion dan ujung saraf terminal
parasimpatis dan mempersarafi reseptor-reseptor pada organ, jaringan, dan kelenjar
Ada 2 jenis reseptor kolinergik :
Reseptor asetilkolin musakrinik merangsang otot polos dan memperlambat denyut
jantung
Reseptor asetilkolin nikotinik (neuromuscular) mempengaruhi otot rangka
RESEPTOR ASETILKOLIN
MUSKARINIK
Reseptor ini terdistribusi luas di seluruh bagian tubuh dan mendukung berbagai
fungsi vital baik di otak maupun sistim saraf otonom. Utamanya saraf parasimpatis.
Aktivasi reseptor ini pd saraf perifer menyebabkan berkurangnya frekuensi denyut
jantung , relaksasi pembuluh darah , kontriksi sal. Pernapasan, peningkatan sekresi dari
kelenjar keringat , dan kontriksi pd otot spinkter bola mata dan otot siliar mata .
Di otak reseptor muskarinik dijumpai pd serebral korteks, striatum, hipocampus,
thalamus, brainstem dan berpartisipasi dlm bnyk fungsi penting sprti belajar,
ingatan, dan mengkontrol postur tubuh.
Reseptor asetil kolin muskarinik terdiri dari 5 subtipe yg semuanya tergandeng
protein G yaitu reseptor M1, M2, M3, M4, M5.
Reseptor M1, M3, M5, diketahui tergandeng dgn protein Gq, sdgkan reseptor M2
dan M4 trhubug dgn protein Gi dan dgn suatu kanal ion . Respon yg timbul dari
aktivasi reseptor muskarinik asetilkon dpt berbeda-beda trgantung subtipe reseptor dan
lokasinya.
M1 M2 M3 M4 M5

Distribusi Korteks, Jantung, ,ssp, otot Kelenjar Otak Otak (substansi


hippocampus, polos eksokrin, sal. (neostriatum) nigra , mata
ganglia simpatik Cerna, otot polos,
otak, mata

G protein terikat Gq Gi Gq Gi Gq

Respon Aktivasi PLC Inhibisi adenilat Aktivasi PLC Inhibisi adenilat Aktivasi PLC
intraseluler siklase siklase

Contoh peranan Brperan dlm Mngatur denyut Mengatur Mengatur Mengatur


dlm sistem fungsi kognitif jantung, suhu motilitas GI, analgesia, pelepasan
biologis dan memori, tubuh, kontrol sekresi kelenjar mengatur dopamin, regulasi
stimulasi sek gerakan, (salivasi) plepasan dopamin dilatasi pmbuluh
asam lambung analgesia ,kontriksi otot darah otak
polos bronkus
Reseptor muskarinik (M1)  Subtipe reseptor muskarinik yg paling bnyk dijumpai di
otak dan berperan dlm fungsi kognitif dan memori.
Penghambatan pd reseptor M1 dpt mnyebbkan efek-efek pnurunan kmampuan
kognitif dan memori, adanya polimerfisme genetik reseptor terkait erat dgn
kerentanan terjadinya pnyakit alzheimer.
Degenarasi saraf kolinergik pd penderita alzheimer mnyebabkan terbentuknya beta
amiloid yg menganggu kopling reseptor M1. gangguan ini selanjutnya akan mnghambat
transduksi signal yg akan mnurunkan prekursor protein dan meningkatkan pembentukan
beta amiloid dan beta amiloid dpt menekan sinstesis asetilkolin.
Reseptor muskarinik (M2)Bnyk dijumpai pd otot jantung dan otot polos, aktivasi
reseptor penurunan kekuatan kontraksi maupun frekuensi denyut jantung yg mrupakan
aksi parasimpatik
Mekanisme  reseptor M2 merupakan reseptor yg tergandeng protein Gi dan kanal ion
K+, jika asetilkolin berikatan dgn reseptor ini, subunit beta dan gamma akan mngambat
adenilat siklase , smentara kompleks subunit beta dan gama beraksi membuka kanal ion
K+ pd membran sel otot shingga mnyebabkan trjadinya hiperpolarisasi membran
Hiperpolarisasi ini akn mengurangi penghantaran signal, sehingga
mengurangi frekuensi kontraksi otot jantung.
Hiperpolarisasi juga menghambat pembukaan kanal Ca++ ,
berkurangnya pemasukan Ca++ intrasel akibat penghambatan kanal
Ca++ menyebabkan kekuatan kontraksi otot jantung berkurang .
Penurunan kadar cAMP pd sel otot jantung jg menurunkan kekuatan
kontraksi otot

Reseptor M2 jg pd otot polos kandung kemih kontraksi kandung kemih


lbh banyak diperantarai oleh aksi reseptor M3 yg melibatkan jalur
fosfolipase dan peranan kalsium intrasel.
Reseptor muskarinik (M3)  Reseptor muskarinik yg paling luas distribusinya dlm
berbagai organ dlm sistem biologis terutama pd otot polos berbagai organ dan pada
kelenjar-kelenjar eksokrin.
Reseptor ini memperantarai berbagai efek biologis seperti kontraksi bronkus, kontraksi
kandung kemih, kontraksi saluran cerna, salivasi serta kontraksi otot spinkter bola mata
dll.

Aktivasi reseptor M3 akan mengatifkan sistem fosfolipase C yg akan memobilisasi Ca


(kalsium) sehingga berperan dlm kontraksi otot.
Ipatropium bromide dan tiotropium bromide adlh antagonis reseptor M3 yg banyak
dgunakan scara klinis sbg bronkodilator pd pnyakit asma dan ppok
Reseptor M4 dalam meregulasi keseimbangan transmisi kolinergik dan dopaminergik
dimana kurangnya aktivitas muskarinik M4 akan mnyebabkan aktivitas dopaminergik
yg berlebihan .
Banyak dr obat-obat kolinergik  bersifat nonselektif mempengaruhi
baik reseptor muskarinik maupun nikotinik
Tetapi ada beberapa obat-obat kolinergik bersifat selektif untuk
reseptor muskarinik yg tdk mempengaruhi reseptor nikotinik

Ada obat-obat kolinergik yg bekerja langsung dan ada juga obat-obat


kolinergik yg bekerja tdk langsung
Obat-obat kolinergik yg bekerja langsung bekerja pd reseptor untuk
mengaktivasi respon jaringan
Obat-obat kolinergik yg bekerja tdk langsung menghambat kerja enzim
kolinesterase (asetilkolinesterase) dgn membentuk suatu kompleks kimia
sehingga memungkinkan asetilkolin untuk tetap dan berdiam pd reseptor
Suatu obat yg menghambat kolinesterase disebut sbg penghambat
kolinesterase atau obat antikolinesterase.
Mekanisme kerja  Kolinesterase dpt merusak asetilkolin sebelum
ia mencapai reseptor atau sesudah asetilkolin menempel pd tempat
reseptor. Dengan menghambat atau merusak enzim kolinesterase, maka
lebih banyak asetilkolin tersedia untuk merangsang reseptor dan tetap
menempel lebih lama

Penghambat kolinesterase (antikolinesterase) dpt dibagi menjadi


penghambat reversibel dan penghambat ireversibel.
Penghambat reversible berikatan dgn enzim, kolinesterase, selama
beberapa menit sampai jam, dan
penghambat ireversibel berikatan dgn enzim secara menetap
Efek yg ditimbulkan berbeda-beda tergantung dr lamanya kolinesterase
berikatan
Respon utama dr obat-obat kolinergik adalah merangsang tonus
kandung kemih dan gastrointestinal, konstriksi pupil mata (miosis) dan
meningkatkan transmisi neuromuscular
Efek lain dari obat-obat kolinergik adalah menurunkan denyut jantung
dan tekanan darah dan menambah salivasi, sekresi gastrointestinal dan
kelenjar bronkus
KOLINERGIK YANG BEKERJA
LANGSUNG
Banyak obat-obat dlm kelompok ini terutama selektif untuk reseptor muskarinik
tetapi nonspesifik krn reseptor muskarinik berada pd otot polos saluran
gastrointestinal dan genitourinarius, kelenjar dan jantung
Betanekol klorida (Urecholine) suatu obat kolinergik yg bekerja langsung, bekerja
pd reseptor muskarinik (kolinergik) dan terutama dipakai untuk meningkatkan
berkemih
KOLINERGIK YANG BEKERJA
TIDAK LANGSUNG
Obat-obat kolinergik yg bekerja tdk langsung tdk bekerja pd resepor , tetapi
mereka menghambat enzim kolinesterase, sehingga memungkinkan asetilkolin
menumpuk pd tempat reseptor.
Krn cara kerjanya demikian, maka obat ini juga dikenal dgn nama penghambat
kolinesterase atau antikolinesterase yg mempunyai dua jenis reversibel dan
ireversibel.
PENGHAMBAT
KOLINESTERASE REVERSIBEL
Penghambat-penghambat ini dipakai untuk menghasilkan konstriksi pupil dalam
pengobatan glaucoma dan untuk meningkatkan kekuatan otot pd pasien dgn
miastenia gravis (suatu kelainan neuromuscular)
Penghambat kolinesterase ireversibel
Penghambat-penghambat ireversibel adalah agen yang kuat krn efek jangka
Panjangnya. Enzim kolinesterase harus diregenerasi sebelum efek obat
menghilang,suatu proses yg dpt memakan waktu berhari-hari atau berminggu-
minggu
Obat-obat ini dipakai untuk menghasilkan kontriksi pupil dan untuk pembuatan
insektisida organofosfat
ANTIKOLINERGIK
Obat-obat yang menghambat kerja setilkolin dgn menempati reseptor-
reseptor asetilkolin disebut dgn antikolinergik atau parasimpatolitik
Nama lain untuk antikolinergik adalah agen-agen penghambat kolinergik,
agen-agen antiparasimpatis, agen-agen muskarinik atau antispasmodic.
Jaringan tubuh dan organ utama yg dipengaruhi oleh kelompok obat
antikolinergik ini adalah jantung, saluran pernafasan, saluran
gastrointestinal, kandung kemih, mata dan kelenjar eksokrin
Dengan menghambat saraf simpatis (adrenergic) menjadi dominan. Obat-
obat antikolinergik dan adrenergic menghasilkan banyak respon yang
sama
Obat-obat antikolinergik dan kolinergik mempunyai efek yang berlawanan.
Respon utama dari antikolinergik adalah menurunkan motilitas gastrointestinal,
mengurangi salivasi, dilatasi pupil mata (midriasis) dan meningkatkan denyut nadi.
Efek-efek lain dari antikolinergik adalah menurunkan kontraksi kandung kemih yang
mengakibatkan retensi urin dan mengurangi rigiditas dan tremor yg berkaitan dgn
eksitasi neuromuscular.
Antikolinergik jg dapat bekerja sbg antidotum terhadap toksisitas yg diakibatkan oleh
penghambat kolinesterase dan minum organofosfat
Reseptor-reseptor muskarinik yg merupakan reseptor-reseptor kolinergik, berperan
dlm respon jaringan dan organ terhadap antikolinergik krn antikolinergik
menghambat kerja asetilkolin dgn menempati tempat reseptor-reseptor ini
Obat-obat antikolinergik dapat menghambat efek parasimpatomimetik yg bekerja
langsung , seperti betanekol dan pilokarpin dan dapat menghambat
parasimpatomimetik yg bekerja tdk langsung seperti fisostigmin dan neostigmine

Anda mungkin juga menyukai