Anda di halaman 1dari 22

SUSPENSI

Ade Maria Ulfa,M.Kes.,Apt


DASAR TEORI
Definisi
• Suspensi adalah disperse partikel padat tak terlarut dan halus (fase
terdispersi) dalam air atau terkadang berupa larutan organik/minyak
(medium disperse).
• Suspensi yang memiliki partikel terdispersi dengan ukuran ≤ 1 µm disebut
disperse koloidal (misalnya suspense antasida MgOH dan AlOH)
sedangkan jika fase terdispersi memiliki ukuran > 1 µm maka disebut
suspense kasar (coarse suspension).
Penggolongan suspensi
Suspensi : Suspensi kering :
Sediaan cair yang mengandung Suatu campuran padat yang
partikel padat tidak larut yang ditambahkan air pada saat akan
terdispersi dalam fase cair digunakan
PENGGOLONGAN SUSPENSI KOMPOSISI SUSPENSI KERING
• Suspensi yang siap digunakan • Bahan pensuspensi, pembasah,
pemanis, pengawet, penambah rasa
• Suspensi yang direkonstitusikan atau aroma, buffer dan zat warna
dengan sejumlah air atau pelarut
lain yang sesuai sebelum
• Tujuan : untuk obat – obat yang tidak
stabil disimpan dalam periode waktu
digunakan tertentu dengan adanya pembawa air
(contoh ; obat antibiotik)
KRITERIA SUSPENSI
• Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang serba sama dapat
dipertahankan dengan pengocokan sediaan.
• Seandainya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat segera
terdispersi kembali apabila suspensi dikocok
• Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah
• Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan mudah
dapat dituang dari wadahnya
• Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik.
KRITERIA SUSPENSI KERING YANG BAIK

• Kadar air serbuk boleh melebihi batas maksimum. Selama penyimpanan


serbuk harus stabil secara fisik seperti tidak terjadi perubahan warna, bau,
bentuk partikel dan stabil secara kimia.
• Pada saat akan disuspensikan, serbuk harus cepat terdispersi secara merata
di seluruh cairan pembawa dengan hanya memerlukan sedikit pengocokan
atau pengadukan
MACAM – MACAM BENTUK SEDIAAN SUSPENSI

• Suspensi injeksi intramuskuler (suspensi penisillin)


• Suspensi sub kutan
• Suspensi tetes mata (suspensi hidrokortison asetat)
• Per oral (suspensi amoksisillin)
• Rektal suspensi para nitro sulfatiazol)
• Sebagai reservoir obat
• Patch transdermal
• Formulasi topikal konvensional
STABILITAS SUSPENSI
• Suspensi yang mengendap harus dapat menghasilkan endapan yang dapat terbagi merata
kembali bila dikocok.
• Pengedapan disebabkan adanya tegangan antar permukaan zat padat dengan zat cairnya.
• Bila tegangan antar permukaan zat padat lebih besar dari tegangan permukaan zat cair,
maka zat tersebut akan mengendap
• Bila tegangan antar permukaan zat padat lebih kecil dari tegangan permukaan zat cair,
maka zat padat tersebut akan ditekan ke atas sehingga pengendapan tidak akan terjadi.
• Untuk memperkecil tegangan antar permukaan maka diperlukan zat pensuspensi.
Koagulasi – Flokulasi
DEFLOKULASI

9/25/2012 1
FLOKULASI
• Sistem flokulasi, laju sedimentasi lebih cepat namun endapan dapat
didispersikan kembali. Hal ini didapat dari nilai zeta potensial yang tidak
terlalu tinggi. Flokulasi terkontrol sering dipilih untuk mendapatkan
suspense yang stabil (dapat didispersikan kembali dengan pengocokan).
• Sistem ini biasanya memberikan supernatan jernih diatas sedimen longgar
yang tampak lebih tinggi. Struktur longgar tersebut menyebabkan endapan
dengan mudah terpecah dan terdispersi secara homogen dengan sedikit
kocokan. Sistem ini memberikan keseragaman dosis yang lebih baik.
DEFLOKULASI
• Pada sistem deflokulasi, laju sedimentasi lambat namun hal tersebut
menyebabkan partikel-partkel memiliki banyak waktu untuk melekat satu
sama lain membentuk endapan yang sulit di dispersikan kembali.
• Sistem deflokulasi disebabkan tingginya nilai zeta potensial dimana gaya
tolak menolak jauh lebih tinggi dari gaya tarik antar partikel. Pada sistem
ini, supernatan tetap keruh meskipun pengendapan sudah terlihat jelas.
PENGGOLONGAN CAMPURAN

Sistem Ukuran Metode Visibilitas


partikel pemisahan partikel
Larutan < 1nm Membran Tidak terlihat
Koloid 1 – 100 nm Ultrafiltrasi Ultra
mikroskopis
Suspensi > 1µm Filtrasi Mikroskopis
9/25/2012 3
Campuran ada 3:
1. Larutan
2. Koloid
3. Suspensi

9/25/2012 2
partikel koloid  filtrasi / sedimentasi

Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi
filtrasi

9/25/2012 4
Koagulasi : proses di mana campuran koloid terdestabilkan dengan adanya

penambahan zat kimia (koagulan) sehingga partikel koloid mengalami aglomerasi

dan Membentuk agregat.

Flokulasi : proses di mana partikel koloidterdestabilkan bergabung


membentuk flok
Sedimentasi : proses pemisahan padatan mana partikel flok mengendap

karena pengaruh gravitasi

Filtrasi : proses pemisahan partikel padat dan cair dengan


menggunakan sebuah bahan semi-permeable

9/25/2012 5
MERANCANG FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI

Zat yang tidak larut atau sukar larut dalam pelarut yang diinginkan perlu
diformulasikan sebagai suspensi. Degradasi obat dalam air juga dapat
menjadi alasan perlunya modifikasi zat aktif tersebut menjadi bentuk
turunannya yang tidak larut dan dapat dibuat menjadi suspensi. Misalnya,
karena oksitetrasiklin mudah terhidrolisis dengan cepat, maka dibuat
menjadi bentuk garam kalsiumnya dan kemudian diformulasikan menjadi
suspensi. Pilihan lainnya adalah dengan membuat suspensi kering atau
menggunakan pelarut lain dimana obat lebih stabil.
Lanjutan
• Penting untuk meyakinkan bahwa obat yang disuspensi berukuran halus sebelum
diformulasikan menjadi suspensi. Hal ini untuk menjamin laju sedimentasi lambat.
Partikel besar, jika memiliki diameter sekitar >5 µm, akan memberikan tekstur kasar
seperti pasir yang akan menyebabkan iritasi jika digunakan sebagai injeksi atau
diaplikasikan pada mata.
• Meskipun ukuran partikel kecil saat suspense pertama kali dibuat, selalu ada derajat
pertumbuhan Kristal yang muncul saat penyimpanan suspense terutama saat fluktuasi
temperature meningkat. Hal ini karena kelarutan obat meningkat saat temperature
meningkat, namun saat pendinginan, obat mulai mengkristal. Hal ini merupakan masalah
pada obat-obat yang sukar larut, seperti parasetamol.
• Jika suatu obat berada dalam kondisi polidispersi (memiliki ukuran yang
berbeda-beda dalam fase pendispersi), maka kristal yang sangat kecil
dengan ukuran diameter <1 µm akan memiliki kelarutan yang lebih baik
dari partikel dengan ukuran lebih besar. Setelah beberapa waktu, Kristal
kecil akan menjadi semakin kecil sedangkan diameter partikel yang yang
lebih besar meningkat. Sehingga, rentang ukuran partikel sempit sangat
baik untuk kestabilan suspensi.
Formulasi Suspensi
• Zat Aktif
• Zat pembasah, yaitu surfaktan, koloid hidrofilik dan pelarut. Surfaktan
dengan HLB diantara 7 dan 9 sesuai untuk digunakan sebagai agen
pembasah
• Koloid pelindung
• Bahan pensuspensi (golongan polisakarida, gol.silikat,gol.protein dan
polimer organik:karbopol 934)
Problema dalam pembuatan suspensi
• Jika suatu obat berada dalam kondisi polidispersi (memiliki ukuran yang berbeda-beda
dalam fase pendispersi), maka kristal yang sangat kecil dengan ukuran diameter <1 µm
akan memiliki kelarutan yang lebih baik dari partikel dengan ukuran lebih besar. Setelah
beberapa waktu, Kristal kecil akan menjadi semakin kecil sedangkan diameter partikel
yang yang lebih besar meningkat. Sehingga, rentang ukuran partikel sempit sangat baik
untuk kestabilan suspensi.
• Surface active agents atau polimer koloid menyerap ke permukaan setiap partikel sehingga
dapat mencegah pembentukan Kristal. Tegangan antar muka di antara zat padat dan cair
harus diturunkan sehingga udara yang teradsorsi pada permukaan zat padat digantikan oleh
air. Terdapat beberapa jenis zat pembasah, yaitu surfaktan, koloid hidrofilik dan pelarut.
Lanjutan
• Pembasahan zat padat terjadi sebagai hasil dari menurunnya tegangan
permukaan antara zat padat dan zat cair dan dalam derajat yang lebih
kecil, tegangan permukaan antara zar cair dan udara. Contoh zat dalam
golongan ini adalah polisorbat (tween), sorbitan ester (spans), sodium
lauryl sulfat (SLS) dan sodium dioktilsulfosuksinat. Kerugian dari
penggunaan tipe agen pembasah surface active agent adalah pembentukan
busa berlebih dan kemungkinan terbentuknya sistem deflokulasi, yang
mungkin tidak diinginkan.
• Agen pembasah yang termasuk golongan koloid hidrofilik misalnya akasia, bentonit,
tragakan, alginate, zanthan gum dan derivate selulosa. Koloid hidrofilik dapat berperan
sebagai koloid protektif dengan melapisi partikel padat hidrofobik dengan sebuah lapisan
multimolekular. Hal tersebut akan memberikan karakter hidrofilik terhadap zat padat
sehingga membantu pembasahan. Zat ini juga digunakan sebagai agen pensuspensi dan
dapat menghasilkan sistem deflokulasi terutama jika digunakan pada konsentrasi rendah.
• Zat pelarut seperti alcohol, gliserol dan glikol yang memiliki sifat dapat bercampur dengan
air, akan menurunkan tegangan permukaan antara zat cair dan udara. Pelarut tersebut akan
mempenetrasi penggumpalan longgar serbuk menggantikan udara dari pori-pori masing-
masing partikel sehingga memungkinkan pembasahan terjadi oleh medium disperse.

Anda mungkin juga menyukai