Anda di halaman 1dari 79

DIKLAT

PERENCANAAN TEKNIK
PERKERASAN JALAN

SPESIFIKASI TEKNIS
PERKERASAN JALAN

PEKANBARU, 05 APRIL 2017

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA LENGKAP : Ir. TASRIPIN SARTIYONO, MT
TEMPAT / TGL LAHIR : DEMAK, 08-09-1959
JABATAN TERAKHIR : WIDYAISWARA KEMENTERIAN PU-PR
ALAMAT EMAIL : tasripinsar@yahoo.co.id
JABATAN LAIN SAAT INI :

1. TIM PENILAI TEKNIS BM – ASSESMENT CENTER PUPR


  PENDIDIKAN FORMAL

1. S2 STJR, ITB, 1998


RIWAYAT JABATAN
2. S1 TEKNIK SIPIL, UNDIP, 1985
1. KEPALA BALAI BESAR PJN-III, DITJEN BM, 2013-2015
 
2. KASUBDIT, DJBM, 2011-2013
PENDIDIKAN INFORMAL / DIKLAT

1. TOT CAMPURAN ASPAL PANAS, 2017


3. KEPALA BIDANG, BBPJN-I & V, 2006-2011

2. TOT DIKLATPIM TK. III-IV, 2016


4. KEPALA SEKSI, DJBM-KOTDES, 1999-2006

3. TOT SPEKTEK, PEMEL JBT, MDP, 2016


5. PINBAGPRO JALAN DI PROV JAMBI, 1989-1996

4. TOT REVOLUSI MENTAL, JAKARTA, 2015


6. PENGAWAS LAP PROY JALAN DI IRJA, 1985-1989

5. TOT WI, BOGOR, 2015


TANDA PENGHARGAAN

6. 1 SATYALANCANA KARYA SATYA XXX TAHUN, 2016


DIKLAT PIM TK.II, SURABAYA, 2008

7. 2 SATYALANCANA PEMBANGUNAN, 2010


TOT PIP, 2004

3. 3 PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU, 2009


TOT QUALITY ASSURANCE, 2000

4. 4 SATYALANCANA KARYA SATYA XX TAHUN, 2008


PEJABAT INTI PROYEK, BANDUNG, 1992 2
5 KEBAKTIAN SOSIAL-BA TSUNAMI PROV NAD, 2005
TUJUAN PEMBELAJARAN

SETELAH MENGIKUTI MATA


DIKLAT INI, PESERTA MAMPU
MENERAPKAN SPESIFIKASI TEKNIS
JALAN DALAM PERENCANAAN
PERKERASAN JALAN

3
INDIKATOR HASIL
PEMBELAJARAN
PESERTA MAMPU MENERAPKAN SPESIFIKASI
TEKNIS JALAN DALAM PERENCANAAN
PERKERASAN JALAN SECARA TEPAT,
KHUSUSNYA :
1. Divisi 3 : Pekerjaan Tanah
2. Divisi 4 : Pelebaran Perkerasan & Bahu Jalan
3. Divisi 5 : Perkerasan Berbutir dan Perkerasan
Beton Semen
4. Divisi 6 : Perkerasan Aspal
5. Divisi 8 : Pengembalian Kondisi & Pekerjaan Minor
4
SPESIFIKASI UMUM
Versi Revisi Spesifikasi 2010 REV.3 (12 Nov 2014)
 Div 1. Umum
 Div 2. Drainase
 Div 3. Pekerjaan Tanah
 Div 4. Pelebaran Perkerasan & Bahu Jalan
 Div 5. Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton
Semen
 Div 6. Perkerasan Aspal
 Div 7. Struktur  Jembatan
 Div 8. Pengembalian Kondisi & Pekerjaan Minor
 Div 9. Pekerjaan Harian
 Div 10. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin
5
DIVISI 3 :
PEKERJAAN TANAH

6
PERBEDAAN REVISI 3 (KIRI) DAN REVISI 2 (KANAN)
  DIVISI 3 – PEKERJAAN TANAH  
  3.1. GALIAN  
3.1.(1a) Galian Biasa Meter Kubik 3.1.(1a) Galian Biasa Meter kubik

3.1.(1b) Galian batu Lunak Meter Kubik 3.1.(1b) Galian Cadas Muda Meter kubik
3.1.2 Galian Batu Meter Kubik 3.1.(2) Galian Batu Meter kubik
3.1.3 Galian Struktur dengan Kedalaman 0 – 2 M Meter Kubik 3.1.(3) Galian Struktur dengan Kedalaman 0-2 m Meter kubik
3.1.4 Galian Struktur dengan Kedalaman 2 – 4 M Meter Kubik 3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 2-4 m Meter kubik
3.1.5 Galian Struktur dengan Kedalaman 4 – 6 M Meter Kubik 3.1.(5) Galian Struktur dengan Kedalaman 4-6 m Meter kubik
3.1.6 Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold Milling Machine Meter Kubik 3.1.(6) Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold Milling Meter kubik
Machine

3.1.7 Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Milling Machine Meter Kubik 3.1.(7) Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Milling Meter kubik
Machine

3.1.8 Galian Perkerasan Berbutir Meter Kubik 3.1.(8) Galian Perkerasan Berbutir Meter kubik

3.1.9 Galian Perkerasan Beton Meter Kubik 3.1.(9) Galian Perkerasan Beton Meter kubik
     
  3.2. TIMBUNAN  
3.2.(1a) Timbunan Biasa dari Sumber Galian Meter Kubik 3.2.(1) Timbunan Biasa Meter kubik
3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Galian Meter Kubik      
3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari sumber galian Meter Kubik 3.2.(2) Timbunan Pilihan Meter kubik
3.2.(2b) Timbunan Pilihan dari galian Meter Kubik      
3.2.(3) Timbunan Pilihan Berbutir (diukur di atas bak truk) Meter Kubik 3.2.(3) TImbunan Pilihan Berbutir (diukur di atas bak truk) Meter kubik

3.2.(3) Timbunan Pilihan Berbutir (diukur dengan rod & plate) Meter Kubik      

     
  3.4. PENYIAPAN BADAN JALAN  
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan Meter 3.3.(1) Penyiapan badan jalan Meter Persegi
Persegi

7
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (1)

3.1 GALIAN
 Galian Biasa:
 Mencakup galian bahan, tanah gambut, organik, lunak,
ekspan- sif, yg tidak dikehendaki, tergumpal, daya dukung
sedang.
 Galian Batu Lunak:
 Mencakup bahan dengan kuat tekan uniaksial 300-400 kg/m2
(ASTM D7012), tidak bisa dengan bucket biasa tetapi harus
dilengkapi dengan Penetration Plus Tip (1000 Mpa), tanpa perlu
drilling & blasting
 Galian Batu:
 Mencakup bongkahan batu dengan volume > 1m3 atau
memerlukan alat bertekanan udara, drilling atau blasting, atau
yang tidak dapat dibongkat dengan ripper dari dozer 15 ton –
180 HP
8
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (2)
 Galian Struktur:
 Mencakup segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.
 Bukan galian biasa, galian batu, galian perkerasan beton
 Terbatas untuk galian lantai beton pondasi jembatan, tembok
penahan tanah beton, dan struktur beton pemikul beban lainnya
selain yang disebut dalam Spesifikasi ini
 Termasuk penimbunan kembali dengan bahan yg disetujui;
pembuangan bahan galian yg tidak terpakai; semua keperluan
drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong;
pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta
pembongkarannya
 Galian Perkerasan Beraspal
 dengan Cold Milling Machine maupun tidak
 Galian Perkerasan Berbutir
 Galian Perkerasan Beton 9
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (3)
 Galian Tanah Lunak, Ekspansif, atau Tanah Dasar
Berdaya Dukung Sedang selain Organik atau Gambut
 Tanah Lunak adalah tanah dengan CBR lapangan < 2%.
 Diperlukan Capping Layer

10
Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

3.1. GALIAN
3.1.(1a) Galian Biasa Meter Kubik
3.1.(1b) Galian batu Lunak Meter Kubik
3.1.2 Galian Batu Meter Kubik
3.1.3 Galian Struktur dengan Kedalaman 0 – 2 M Meter Kubik
3.1.4 Galian Struktur dengan Kedalaman 2 – 4 M Meter Kubik
3.1.5 Galian Struktur dengan Kedalaman 4 – 6 M Meter Kubik
3.1.6 Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold Milling Machine Meter Kubik
3.1.7 Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Milling Machine Meter Kubik
3.1.8 Galian Perkerasan Berbutir Meter Kubik
3.1.9 Galian Perkerasan Beton Meter Kubik

11
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (4)

3.2 TIMBUNAN
 Timbunan Biasa:
 Bebas dari bahan organik
 Bukan A-7-6 menurut AASHTO atau CH menurut USCS untuk
30 cm lapisan teratas
 CBR ≥ daya dukung tanah dasar dalam Gambar atau ≥ 6%
jika tidak disebutkan lain.
 Nilai Aktif (= PI / % Clay) ≤ 1,25
 NILAI AKTIF < 0,75 : TIDAK AKTIF
 NILAI AKTIF 0,75 – 1,25 : NORMAL
 NILAI AKTIF > 1,25 : AKTIF
 Non Ekspansif
 Derajat pengembangan yg diklasifikasikan oleh AASHTO T258
BUKAN sebagai "very high" atau "extra high"
12
KLASIFIKASI TEKNIS TANAH
 PRIMER (UKURAN BUTIRANNYA) :
 BOULDER (BERANGKAL) : > 20 cm
 COBBLE (KERAKAL) : 7,5 cm ~ 20 cm
 GRAVEL (KERIKIL) : 4,75 mm ~ 7,5 cm
 SAND (PASIR) : 0,075 mm ~ 4,75 mm
 SILT (LANAU) : 0,005 ~ 0,075 mm
 CLAY (LEMPUNG) < 0,005 mm
 SEKUNDER :
 BUTIRAN > PASIR : GRADASI
 BUTIRAN < PASIR : SIFAT-SIFAT (PROPERTIS)
13
Perkiraan CBR
Berdasarkan Klasifikasi Tanah
AASHTO CBR Casagrande CBR
(%) (%) atau U S C S
GW > 50
A1 > 20 GC > 40
A2 > 8 GP 25 – 60
A3 > 10 GF 20
A4 3 – 25 SW & SC 20 – 60
A5 < 7 SP 10 – 30
A6 & A7 < 15 SF 8 – 30
ML 6 – 25
Catatan : CL 4 – 15
G C & S C : gradasi menerus dng OL 3 – 8
sedikit l e m p u n g MH < 7
G F & S F : g r a d a s i jelek d n g CH < 6
14
sedikit l e m p u n g OH < 4
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (5)
 Timbunan Pilihan:
 CBR ≥ 10%
 Juga digunakan sebagai Capping Layer.
 Timbunan Pilihan Berbutir:
 Bahan timbunan pilihan berbutir di atas tanah rawa dan untuk
keadaan di mana penghamparan dalam kondisi jenuh atau
banjir tidak dapat dihindarkan
 Batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya
dengan Index Plastisitas maks 6% (PI = LL – PL)
 Tanah Rawa adalah permukaan tanah yang secara
permanen berada di bawah permukan air, menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, tidak dapat dialirkan atau
dikeringkan dengan metoda yang dapat dipertimbangkan
dalam Spesifikasi ini.

15
Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

3.2. TIMBUNAN

3.2.(1a) Timbunan Biasa dari Sumber Galian Meter Kubik


3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Galian Meter Kubik
3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari sumber galian Meter Kubik
3.2.(2b) Timbunan Pilihan dari galian Meter Kubik
3.2.(3) Timbunan Pilihan Berbutir (diukur di atas bak truk) Meter Kubik
3.2.(3) Timbunan Pilihan Berbutir (diukur dengan rod & plate) Meter Kubik

3.3. PENYIAPAN BADAN JALAN

3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan Meter Persegi

16
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (6)

3.3 PENYIAPAN BADAN JALAN


 Uraian:
 Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan
pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan jalan
kerikil lama, yang tidak ditetapkan sebagai Pekerjaan
Pengembalian Kondisi, dan di daerah bahu jalan baru yang
bukan diatas timbunan baru akibat pelebaran lajur lalu lintas
 Toleransi Dimensi:
 Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi 2
cm atau lebih rendah 3 cm dari rencana.
 Pengukuran:
 Jalur lalu lintas lama yg mengalami kerusakan parah, dimana
operasi pengembalian kondisi yang disyaratkan dalam Seksi
8.1 atau Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini dipandang tidak sesuai

17
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (8)

3.5 GEOTEKSTIL
 Uraian:
 Spesifikasi ini merupakan spesifikasi bahan geotekstil filter
untuk drainase bawah permukaan, separator dan stabilisator,
sedangkan spesifikasi Geogrid disyaratkan dalam Spesifikasi
Khusus
 Bahan:
 Persyaratan Kekuatan Geotekstil
 Persyaratan Geotekstil untuk Drainase Bawah Permukaan
 Persyaratan Geotekstil Separator
 Persyaratan Derajat Daya Bertahan (Survivability)
 Persyaratan Geotekstil untuk Stabilisasi
 Ketentuan Tumpang Tindih (Overlap)
 Tergantung dari CBR tanah dasar
18
DIV 3. PEKERJAAN TANAH (9)
 Pengukuran dan Pembayaran:
 AASHTO M 288-06 Geotextile Specifïcation for Highway
Applications, kekuatan geotekstil terdiri dari 3 kelas:
 Geotekstil Filter utk Drainase Bawah Permukaan (Kelas 2)
 Geotekstil Separator Kelas 1
 Geotekstil Separator Kelas 2
 Geotekstil Separator Kelas 3
 Geotekstil Stabilisator (Kelas 1)

19
Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

3.5. GEOTEKSTIL

3.5.(1) Geotekstil Filter Drainase Bawah Permukaan (Kelas 2) Meter Persegi


3.5.(2a) Geotekstil Separator Kelas 1 Meter Persegi
3.5.(2b) Geotekstil Separator Kelas 2 Meter Persegi
3.5.(2c) Geotekstil Separator Kelas 3 Meter Persegi
3.5.(3) Geotekstil Stabilisator (Kelas 1) Meter Persegi

20
DIV 4 :
PELEBARAN PERKERASAN &
BAHU JALAN

21
PERBEDAAN REVISI 3 (KIRI) DAN REVISI 2 (KANAN)
  4.2. BAHU JALAN  
4.2.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A Meter 4.2.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A Meter Kubik
Kubik
4.2.(2a) Lapis Pondasi Agregat Kelas B Meter 4.2.(2a) Lapis Pondasi Agregat Kelas B Meter Kubik
Kubik
4.2.(2b) Lapis Pondasi Agregat Kelas S Meter 4.2.(2b) Lapis Pondasi Agregat Kelas S Meter Kubik
Kubik
4.2.(3) Semen Untuk Lapis Pondasi Semen tanah Ton 4.2.(3) Semen Untuk Lapis Pondasi Semen Ton
tanah
4.2.(4) Lapis Pondasi Semen Tanah Meter 4.2.(4) Lapis Pondasi Semen Tanah Meter Kubik
Kubik
4.2.(5) Agregat Penutup BURTU Meter 4.2.(5) Agregat Penutup BURTU Meter Persegi
Persegi
4.2.(6) Bahan Aspal untuk Pekerjaan pelaburan Liter 4.2.(6) Bahan Aspal untuk Pekerjaan pelaburan Liter
4.2.(7) Lapis Resap Pengikat Liter 4.2.(7) Lapis Resap Pengikat Liter
4.2.(8) Lapis Resap Perekat Liter 4.2.(8) Lapis Resap Perekat Liter
4.2.(9) Laston Lapis Antara (AC-BC) Ton 4.2.(9) Laston Lapis Antara (AC-BC) (Gradasi Ton
Halus.Kasar)
4.2.(10) Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Mod) Ton 4.2.(10) Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Ton
Mod)
4.2.(11) Latson Lapis Pondasi (Ac Base) Ton 4.2.(11) Latson Lapis Pondasi (Ac Base) (Gradasi Ton
        Halus/kasar)  
4.2.(12) Laston Lapis Pondasi Modifikasi (AC-Base Mod) Ton 4.2.(12) Laston Lapis Pondasi Modifikasi (AC- Ton
(Gradasi Halus/Kasar) Base Mod) (Gradasi Halus/Kasar)
4.2.(13) Bahan anti pengelupasan Ton 4.2.(13) Aspal Keras Ton
4.2.(14) Perkerasan Beton semen Meter kubik 4.2.(14) Aspal Modifikasi Ton
4.2.(15) Perkerasan beton semen dengan anyaman Meter kubik 4.2.(15) Bahan Anti Pengelupasan Kg
tulangan tunggal
4.2.(16) Lapis pondasi bawah beton kurus Meter kubik 4.2.(16) Bahan Pengisi (filler) Tambahan Kapur Kg
      4.2.(17) Bahan Pengisi (filler) Tambahan Semen Kg
      4.2.(18) Asbuton (bitumen dan mineral) sebagai Ton
Bahan pengisi (filler) tambahan

22
DIV 4. PELEBARAN
PERKERASAN & BAHU JALAN (1)

4.1 PELEBARAN
 Uraian:
 Bilamana alinyemen jalan lama tidak memenuhi ketentuan
minimum dari fungsi jalan tersebut (arteri, kolektor, dan
lokal), maka pelebaran perkerasan harus dilaksanakan
dengan perbaikan alinyemen sedemikian hingga sumbu jalan
menjadi lebih lurus dan lengkung pada tikungan maupun
pada puncak tanjakan dapat dikurangi.
 Toleransi Dimensi:
 Ketentuan yg disyaratkan Seksi 5.1 Lapis Pondasi Agregat &
Seksi 5.4 Lapis Pondasi Semen Tanah, harus berlaku
 Rentangtebal lapisan yg diijinkan dihampar dalam 1
kali operasi harus seperti yang ditentukan di Seksi lain
dalam Spesifikasi ini untuk bahan ybs.

23
DIV 4. PELEBARAN
PERKERASAN & BAHU JALAN (2)
 Lebar Pekerjaan Pelebaran:
 Lebar pelebaran perkerasan harus cukup untuk pelebaran
jalur lalu lintas sesuai dng lebar rancangan, sebagaimana yg
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan
Direksi Pekerjaan, serta pelebaran tambahan yang cukup
sehingga memungkinkan tepi setiap lapisan yang dihampar
bertangga terhadap lapisan di bawahnya atau terhadap
perkerasan lama. Susunan bertangga ini diperlukan untuk
memungkinkan penggilasan yang sedikit ke luar dari tepi
hamparan dan untuk memperoleh daya dukung samping yang
memadai, dan harus dibuat berturut-turut selebar 5 cm
untuk setiap pelapisan (overlay) yang dihampar.
 Penghamparan dan Pemadatan Lapis Pondasi
Agregat:
 Frekuensi pengujian pengendalian mutu harus ditingkatkan
sedemikian rupa sehingga tidak kurang dari 5 pengujian
indeks plastisitas (plasticity index), 5 pengujian gradasi 24
butiran, dan 1 pengujian kepadatan kering maksimum harus
DIV 4. PELEBARAN
PERKERASAN & BAHU JALAN (3)
 Bilamana Lapis Pondasi Agregat telah dicampur dng bahan
lama, maka frekuensi minimum pengujian yg disyaratkan di
atas harus diterapkan pada tiap bahan baru yang dibawa ke
lapangan, dan sebagai tambahan harus diterapkan juga pada
bahan yang telah dicampur di lapangan.
 Frekuensi pengujian kepadatan dan kadar air paling sedikit 1
pengujian untuk setiap 50 m pekerjaan pelebaran pada
masing-masing sisi dari jalan (jika diterapkan pelebaran dua
sisi), diukur sepanjang sumbu jalan
 Memproduksi, Menghampar, Memadatkan, dan Pengu-
jian Bahan Perkerasan pada Pekerjaan Pelebaran:
 Pengujian kepadatan dari bahan lapisan beraspal terhampar
yang ditentukan dengan pengujian benda uji inti (core), harus
dilaksanakan dengan frekuensi tidak kurang dari 1 pengujian
setiap 50 m pekerjaan pelebaran untuk masing-masing sisi
jalan (jika diterapkan pelebaran dua sisi), diukur sepanjang
sumbu jalan
25
DIV 4. PELEBARAN
PERKERASAN & BAHU JALAN (4)

4.2 BAHU JALAN


 Toleransi Dimensi:
 Ketentuan dari Seksi lain dari Spesifikasi ini berlaku
 Bahu jalan tanpa laburan aspal, permukaan akhir ≤ 1,5 cm
di rancangan, pada setiap titik
 Permukaan akhir bahu jalan, termasuk setiap pelaburan atau
perkerasan lainnya yg dihampar diatasnya, ≤ 1,0 cm terhadap
tepi jalur lalu lintas yang bersebelahan
 Lereng melintang ≤ 1,0% dari lereng melintang
rancangan
 Bahan:
 Lapis Pondasi Agregat Kelas S hanya digunakan untuk bahu
jalan tanpa penutup
 Dasar Pembayaran:
 17 mata pembayaran 26
Bahu Jalan Berpenutup
 Tebal Lapisan Berbutir:
 Tebal lapisan berbutir bahu harus sama dengan
tebal lapisan berbutir perkerasan untuk
memudahkan pelaksanaan
 Bahu Tanpa Pengikat (Kelas S):
 Tebal lapis permukaan bahu = tebal lapisan beraspal
jika tebalnya > 125 mm, jika tidak maka tebal lapis
permukaan bahu min. 125 mm
 Bahu Berpengikat:
 Jika terdapat kerb
 Gradien Jalan > 4%
 Sisi yg lebih tinggi pada tikungan bersuperelevasi
 LHRT > 10.000
 Jalan Tol atau Jalan Bebas Hambatan
 Dalam hal untuk lalu lintas sepeda motor
27
Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

4.2. BAHU JALAN


4.2.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A Meter Kubik
4.2.(2a) Lapis Pondasi Agregat Kelas B Meter Kubik
4.2.(2b) Lapis Pondasi Agregat Kelas S Meter Kubik
4.2.(3) Semen Untuk Lapis Pondasi Semen tanah Ton
4.2.(4) Lapis Pondasi Semen Tanah Meter Kubik
4.2.(5) Agregat Penutup BURTU Meter Persegi
4.2.(6) Bahan Aspal untuk Pekerjaan pelaburan Liter
4.2.(7) Lapis Resap Pengikat Liter
4.2.(8) Lapis Resap Perekat Liter
4.2.(9) Laston Lapis Antara (AC-BC) Ton
4.2.(10) Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Mod) Ton
4.2.(11) Latson Lapis Pondasi (Ac Base) Ton
     
4.2.(12) Laston Lapis Pondasi Modifikasi (AC-Base Mod) (Gradasi Halus/Kasar) Ton
4.2.(13) Bahan anti pengelupasan Ton
4.2.(14) Perkerasan Beton semen Meter kubik
4.2.(15) Perkerasan beton semen dengan anyaman tulangan tunggal Meter kubik
4.2.(16) Lapis pondasi bawah beton kurus Meter kubik

28
DIV 5 :
PERKERASAN BERBUTIR &
PERKERASAN BETON SEMEN

29
PERBEDAAN REVISI 3 (KIRI) DAN REVISI 2 (KANAN)
  DIVISI 5 – PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN  
  5.1. LAPIS PONDASI AGREGAT  
5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A Meter 5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat kelas A Meter Kubik
Kubik
5.1.(2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B Meter 5.1.(2) Lapis Pondasi Agregat kelas B Meter Kubik
Kubik
     
  5.2. PERKERASAN BERBUTIR TANPA PENUTUP ASPAL  
5.2.(1) Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal Meter 5.2.(1) Lapis Permukaan Agregat Tanpa Meter Kubik
Kubik Penutup Aspal
5.2.(2) Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal Meter 5.2.(2) Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Meter Kubik
Kubik Aspal
     
  5.3. PERKERASAN BETON SEMEN  
5.3.(1) Perkerasan Beton Semen Meter 5.3.(1) Perkerasan Beton Semen Meter Kubik
Kubik
5.3.(2) Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Meter 5.3.(2) Perkerasan Beton Semen dengan Meter Kubik
Tulangan Tunggal Kubik Anyaman Tulangan Tunggal
5.3.(3) Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus Meter 5.3.(3) Lapis Pondasi Bawah beton Kurus Meter Kubik
Kubik
     
  5.4. LAPIS PONDASI SEMEN TANAH  
5.4.(1) Semen untuk Lapis Pondasi Semen Tanah Ton 5.4.(1) Semen untuk Lapis Pondasi Semen Ton
Tanah
5.4.(2) Lapis Pondasi Semen Tanah Meter 5.4.(2) Lapis Pondasi Semen Tanah Meter Kubik
Kubik
     

  5.5. LAPIS PONDASI AGEGAT SEMEN (CTB DAN CTSB)  


5.5.(1) Lapis Pondasi agregat semen kelas A (Cement Meter 5.5.(1) Lapis Pondasi Atas Bersemen (Cement Meter Kubik
Treated Base) (CTB) Kubik Treated Base) (CTB)
5.5.(2) Lapis Pondasi agregat semen kelas B (Cement Meter 5.5.(2) Lapis Pondasi Bawah Bersemen Meter Kubik
Treated Sub-Base) (CTSB) Kubik (Cement Treated Sub-Base) (CTSB)

30
PERSYARATAN
PERKERASAN BERBUTIR
Sifat - sifat Kelas A Kelas B Kelas S

Abrasi Agregat Kasar (SNI 2417:2008) 0 - 40% 0 - 40% 0 - 40%


Angularitas > No.4 (SNI 7619: 2012) 95/90 55/50 55/50
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0–6 0 - 10 4 - 15

Hasil kali Indek Plastisitas dengan maks.25 - -


% Lolos Ayakan No.200 (PI x #200)

Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 - 35

Gumpalan Lempung & Butiran-butiran 0-5% 0-5% 0-5%


Mudah Pecah (SNI 03-4141-1996)
CBR (SNI 03-1744-1989) min.90% min.60% min.50%
32
GRADASI PERKERASAN BERBUTIR

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas
S
2” 50 100
1½” 37,5 100 88 - 95 100
1” 25,0 79 - 85 70 - 85 77 - 89
⅜” 9,50 44 - 58 30 - 65 41 - 66
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 26 - 54
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 2-8 2-8 4 - 1633
PERKERASAN BERBUTIR
5.2. LAPIS PERMUKAAN & PONDASI
AGREGAT TANPA PENUTUP ASPAL
 GRAVEL ROAD
 TANPA PENGIKAT
 SEBAGAI PENGGANTI SKh 5.8
 PERMUKAAN: BUTIRAN MAKS.¾” [dulu
KELAS C]
PONDASI: BUTIRAN MAKS.1½” [= KELAS S]
 Toleransi Dimensi:
 Tebal min ≤ 1 cm terhadap tebal rencana
 Bila semua agregat yg lepas dibuang, standar kerataan per-
mukaan yg padat harus sedemikian rupa sehingga tidak satu
titikpun pada permukaan berbeda > 1 cm diukur dng mistar
lurus 3 m yg dipasang sejajar atau tegak lurus sumbu jalan
34
 Lereng melintang atau punggung jalan sebesar 5% untuk
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN
5.3 PERKERASAN BETON
 Toleransi Dimensi:
 Elevasi permukaan Beton Kurus maupun Perkerasan Beton
Semen: – 10mm s/d +10mm dari elevasi rencana
 Lereng melintang Beton Kurus: ± 0,3% dari rencana
 Kerataan: ± 3 mm dari elevasi desain diukur dng mistar 3
m
 Alinyemen Dowel:
 ± 2 mm untuk 2/3 jumlah dowel dalam sambungan
 ± 4 mm untuk satu dari sisa 1/3 jumlah dowel dalam
sambungan
 ± 2 mm antar dowel yang berdampingan dalam arah
vertikal maupun horisontal
 Bahan:
 PC Tipe I atau yang disetujui (PPC & PCC) 35
PERKERASAN BETON SEMEN
 Bahan:
 PC Tipe I atau yang disetujui (PPC & PCC)
 Abu Terbang hanya digunakan untuk Tipe I
 Sambungan Konstruksi:
 ≥ 1/3 panjang segmen
 ≥ 1,8 m dari sambungan muai/susut
 Kekuatan Perkerasan Beton Semen:
 Laboratorium: fs 47 kg/cm2 (bukan fc !)
 Produksi: fs 45 kg/cm2 (bukan fc !)
 Kekuatan Beton Kurus:
 fc = 80 – 110 kg/cm2
 Pengujian:
 Jika Kuat Lentur < 90%, maka dilakukan pengujian Kuat
Tekan Benda Uji Inti (Core)
36
 Jika mutu < 90%, maka harus DIBONGKAR
PERKERASAN BETON SEMEN
 Kerataan Permukaan yang Tidak Memenuhi Syarat:
 Permukaan digurida
 Dibongkar dan diganti
 Pembayaran:
 Pengurangan 4% utk setiap penurunan 1 kg/cm2 kuat lentur
 Pengurangan persentase Harga Satuan akibat kekurangan
tebal

37
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN
5.4 LAPIS PONDASI TANAH SEMEN
 Tanah sebelum Pulverization (Penghalusan):
 Butiran < 75 mm
 Material lolos #200 < 50%
 Tanah setelah Pulverization (Penghalusan):
 Butiran < 25 mm
 Material lolos #4 > 75%
 Semen Portland:
 PC Tipe I atau yang disetujui (PPC & PCC)
 Kadar 3 – 8%
 Chipping:
 Kadar 1,2 kg/m2

38
PERSYARATAN
LAPIS PONDASI TANAH SEMEN
BATAS-BATAS SIFAT
PENGUJIAN (Setelah Perawatan 7 Hari)
Minimum Target Maksimum
Unconfined Compressive Strength (UCS) 20 24 35
kg/cm2
California Bearing Ratio (CBR) % 100* 120* 200*
Rata-rata Scala Penetration Resistance 1,0* 1,3* 2,5*
(SPR) > 2/3 tebal (pukulan/cm) (1,0+) (0,8+) (0,4+)
Scala Penetration Resistance (SPR) yang 0,8* - -
menentukan batas minimum tebal efektif (1,3+)
(pukulan/cm)
Pengujian Wetting & Drying
(i) % Kehilangan Berat - - 7
(ii) % Perubahan Volume - - 2
* Angka-angka ini dapat disesuaikan oleh Direksi Pekerjaan untuk dikalibrasikan dengan angka-angka
UCS yang disyaratkan, mengikuti pengujian kalibrasi untuk setiap jenis tanah baru. 39
+ Angka-angka di dalam kurung adalah kemampuan penetrasi ekivalen dalam cm per pukulan
PERSYARATAN
LAPIS PONDASI TANAH SEMEN
 Petunjuk Untuk Pemilihan Alat-alat Yang Cocok
Petunjuk Indeks Plastisitas Tebal Perkiraan Maksimum
Jenis Peralatan Tanah Dikalikan Persen Yang Mampu Dilakukan
Lolos Ayakan No.40 Dalam Satu Lapis (cm)
Mesin Pencampuran Pusat < 500 Tak Dibatasi
Penggaru Piringan, Luku < 1000 12 s/d 15
Piringan, dsb, dan motor
grader [bukanlah
mixer]
Rotovator Ringan (< 100 <2000 15
PK)
Rotovator untuk Pekerjaan < 3500 20 s/d 30
Berat (> 100 PK) tergantung jenis tanah
dan PK mesin yang
tersedia
Mesin Stabilisasi Tanah < 2000 s/d 20
Satu Lintasan 3000 40
PULVERIZATION DNG SINGLE SHAFT
MIXER

41
PENGETAMAN DNG MOTOR GRADER
SEBELUM PEMADATAN AKHIR

42
KLASIFIKASI TANAH (AASHTO) &
PERKIRAAN KEBUTUHAN SEMEN
 KLASIFIKASI TANAH & PERKIRAAN KADAR
SEMEN (dari Portland Cement
Association)
 A1 (fraksi batu : kerikil & pasir); A1-a : 3 ~ 5% & A1-
b : 5 ~ 8%
 A2 (kerikil-pasir kelanauan/kelempungan); A2-4,
A2-
5, A2-6 & A2-7 : 5 ~ 9%
 A3 (pasir halus) : 7 ~ 11%
 A4 (tanah lanau) : 7 ~ 12%
 A5 (tanah lanau) : 8 ~ 13%
43
 A6 (tanah lempung) : 9 ~ 15%
DIV 5. PERKERASAN BERBUTIR
& PERKERASAN BETON SEMEN
5.5 LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CTB &
CTSB)
 Semen Portland:
 PC Tipe I atau yang disetujui (PPC & PCC)
 Gradasi Agregat:
 LPAS Kelas A (CTB) = Lapis Pondasi Agregat Kelas A &
 LAPS Kelas B (CTSB) = Lapis Pondasi Agregat Kelas B
 Kuat Tekan (UCS):
 CTB = 45 – 55 kg/m2 & CTSB = 35 – 45 kg/m2
 Kadar Air:
 Kadar Air = 70 – 100% OMC
 Kepadatan:
 Jika Tebal Padat > 20 cm, 2 x Sand Cone Test
 Pengujian 20 cm bagian atas & 15 cm bagian bawah 44
PEMILIHAN PERALATAN
PEKERJAAN CTB DAN CTSB
 Peralatan:
 Self Propelled Rotary Mixer dengan lebar pencampuran ≥ 1,8 m
& kedalaman ≥ 30 cm
 Vibratory Padfoot Roller, Berat Statis ≥ 19 ton, dengan tonjolan
≥ 12,5 cm

45
DIVISI 6 :
PERKERASAN ASPAL

46
PERBEDAAN REVISI 3 (KIRI) DAN REVISI 2 (KANAN)
  DIVISI 6 – PERKERASAN ASPAL  
  6.1. LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT  
6.1.(1a) Lapis Resap Pengikat – Aspal Cair Liter 6.1.(1a) Lapis Resap Pengikat – Aspal cair Liter

6.1.(1b) Lapis Resap Pengikat – Aspal Emulsi Liter 6.1.(1b) Lapis Resap Pengikat – Aspal emulsi Liter
6.1.(2a) Lapis Perekat – Aspal Cair Liter 6.1.(2a) Lapis Perekat – Aspal cair Liter
6.1.(2b) Lapis Perekat – Aspal Emulsi Liter 6.1.(2b) Lapis Perekat – Aspal emulsi Liter
6.1.(2c) Lapis Perekat – Aspal Emulsi Modifikasi Liter 6.1.(2c) Lapis perekat – Apal Emulsi Modifikasi Liter
     
  6.2. LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) DAN LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA)  
6.2.(1) Agregat Penutup BURTU Meter 6.2.(1) Agregat Penutup BURTU Meter Persegi
Persegi

6.2.(2) Agregat Penutup BURDA Meter 6.2.(2) Agregat Penutup BURDA Meter Persegi
Persegi

           
6.2.(3a) Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan Liter 6.2.(3a) Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan Liter
6.2.(3b) Bahan Aspal Modifikasi untuk Pekerjaan Liter 6.2.(3b) Bahan Aspal Modifikasi untuk Pekerjaan Liter
pelaburan pelaburan

6.2.(4a) Aspal Cair untuk Precoated Liter 6.2.(4a) Aspal Cair untuk Precoated Liter
6.2.(4b) Aspal Emulsi untuk Precoated Liter 6.2.(4b) Aspal Emulsi untuk Precoated Liter
6.2.(4c) Aspal Emulsi Modifikasi untuj Precoated Liter 6.2.(4c) Aspal Emulsi Modifikasi untuj Precoated Liter
6.2.(4d) Bahan Anti Pengelupasan Kg 6.2.(4d) Bahan Anti Pengelupasan Kg

47
PERBEDAAN REVISI 3 (KIRI) DAN REVISI 2 (KANAN)
  6.3. CAMPURAN BERASPAL PANAS  
6.3.(1) Latasir Kelas A (SS-A) Ton 6.3.(1) Latasir Kelas A (SS-A) Ton
6.3.(2) Latasir Kelas B (SS-B) Ton 6.3.(2) Latasir Kelas B (SS-B) Ton
6.3.(3a) Lataston Lapis Aus (HRS-WC) (gradasi senjang/semi senjang) Ton 6.3.(3a) Lataston Lapis Aus (HRS-WC) (gradasi senjang/semi senjang) Ton
6.3.(3b) Lataston Lapis Aus Perata (HRS-WC(L)) (gradasi senjang/semi Ton 6.3.(3b) Lataston Lapis Aus Perata (HRS-WC(L)) (gradasi senjang/semi Ton
senjang) senjang)
6.3.(4a) Lataston lapis Pondasi (HRS-Base) (gradasi senjang/semi Ton 6.3.(4a) Lataston lapis Pondasi (HRS-Base) (gradasi senjang/semi Ton
senjang) senjang)
6.3.(4b) Lataston lapis Pondasi Perata (HRS-Base(L)) (gradasi Ton 6.3.(4b) Lataston lapis Pondasi Perata (HRS-Base(L)) (gradasi Ton
senjang/semi senjang) senjang/semi senjang)
6.3.(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC) Ton 6.3.(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.(5b) Laston Lapis Aus Modifikasi (AC-WC Mod) Ton 6.3.(5b) Laston Lapis Aus Modifikasi (AC-WC Mod) (gradasi Ton
halus/kasar)
6.3.(5c) Laston Lapis Aus Perata (AC-WC(L)) Ton 6.3.(5c) Laston Lapis Aus Perata (AC-WC(L)) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.(5d) Laston Lapis Aus Modifikasi Perata (AC- WC(L)Mod) Ton 6.3.(5d) Laston Lapis Aus Modifikasi Perata (AC- WC(L)Mod) (gradasi Ton
halus/kasar)
6.3.(6a) Laston Lapis Antara (AC_BC) Ton 6.3.(6a) Laston Lapis Antara (AC_BC)(gradasi halus/kasar) Ton
6.3.(6b) Laston Lapis Antara Modifikasi (AC_BC Mod) ( Ton 6.3.(6b) Laston Lapis Antara Modifikasi (AC_BC Mod) (gradasi Ton
halus/kasar)
6.3.(6c) Laston Lapis Antara Perata (AC_BC) (L) Ton 6.3.(6c) Laston Lapis Antara Perata (AC_BC(L)) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.(6d) Laston Lapis Antara Modifikasi Perata (AC_BC(L)Mod) leveling Ton 6.3.(6d) Laston Lapis Antara Modifikasi Perata (AC_BC(L)Mod) Ton
(gradasi halus/kasar)
6.3.(7a) Laston Lapis pondasi (AC-Base) Ton 6.3.(7a) Laston Lapis pondasi (AC-Base) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.(7b) Laston Lapis pondasi Modifikasi (AC-Base Mod) Ton 6.3.(7b) Laston Lapis pondasi Modifikasi (AC-Base Mod) (gradasi Ton
halus/kasar)
6.3.(7c) Laston Lapis pondasi Perata(AC-Base(L)) Ton 6.3.(7c) Laston Lapis pondasi Perata(AC-Base(L)) (gradasi Ton
halus/kasar)
6.3.(7d) Laston Lapis pondasi Modifikasi Perata (AC- Base(L)Mod) Ton 6.3.(7d) Laston Lapis pondasi Modifikasi Perata (AC- Base(L)Mod) Ton
(gradasi halus/kasar)
6.3.(8) Bahan anti pengelupasan Ton 6.3.(8a) Aspal Keras Ton
      6.3.(8b) Aspal Modifikasi Ton
      6.3.(9) Bahan Anti Pengelupasan Kg
      6.3.(10a) Bahan Pengisi (filler) Tambahan Kapur Kg
      6.3.(10b) Bahan Pengisi (filler) Tambahan Semen Kg
      6.3.(10c) Asbuton (bitumen dan mineral) sebagai bahan pengisi (filler) Ton
Tambahan

48
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (1)

6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT & LAPIS PEREKAT


 LAPIS RESAP PENGIKAT (PRIME COAT)

BUKAN SEBAGAI PEREKAT TETAPI PELINDUNG, JADI


HANYA PADA GRANULAR BASE SAJA
 ASPAL EMULSI : MS atau SS

 ASPAL CAIR : AC + Kerosene (80 pph, MC-30,

viskositas kinematis pada 60°C : 30 - 60 mm2/s)


 MATA PEMBAYARAN : ASPAL CAIR & ASPAL

EMULSI

49
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (2)
 LAPIS PEREKAT (TACK COAT)
SEBAGAI PEREKAT, PADA SEMUA JENIS LAPISAN YANG
ADA PENGIKATNYA
 ASPAL EMULSI : RS (Rapid Setting) & RS Mod

 ASPAL CAIR : AC + Kerosene [30 pph, DIPANASKAN]

 BAHAN ASPAL EMULSI MODIFIKASI MERUJUK PADA

AASHTO M316-99 (2000) TABLE 1 CRS-2L : styrene


butadiene rubber latex atau polycholoprene latex
 BAHAN POLYMER min.2,5%

 RESIDU :

 MC : 0,15 (min. Spec) x 77% = 0,116,


SETARA
 RS : 0,2 (min. Spec) x 61%= 0,122
(sebelum 1:1) 50
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (3)

6.2 BURTU & BURDA


KUNCI KEBERHASILAN :
 PEMBERSIHAN
 AGREGAT BURTU &
LAPIS 1 BURDA
 UKURAN HAMPIR

SERAGAM (GRADASI)
 BERSIH

 TAHAN AUS

 BENTUK

 KELEKATAN

TERHADAP ASPAL
 DIGUNAKANNYA ASPAL
DISTRIBUTOR, BUKAN 51
ALAT PEMBERSIH YG MEMADAI

 KOMPRESOR

 POWER BROOM, SANGAT DIANJUR-


KAN UNTUK PEMBERSIHAN AWAL
SETELAH MILLING, KEMUDIAN
DILANJUTKAN DNG KOMPRESOR 52
ALAT PENYEMPROT ASPAL

 HAND SPRAYER

 ASPAL DISTRIBUTOR
53
 KERB SEHARUSNYA DITUTUP
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (4)

3. CAMPURAN BERASPAL PANAS


TEBAL NOMINAL MINIMUM CAMPURAN BERASPAL
 AC-WC = 4 cm
 AC-BC = 6 cm

 AC-Base = 7,5 cm
GRADASI LASTON (AC)
 1 GRADASI DNG
AMPLOP YG LEBIH
LEBAR
GRADASI LATASTON
(HRS)
 SENJANG & SEMI SENJANG
AGREGAT HALUS PECAH MESIN 54
Tipe II Aspal yang
Tipe I Dimodifikasi
Metoda
No. Jenis Pengujian Aspal A(1)
B
Pengujian
Pen.60-70 Asbuton yg Elastomer
diproses Sintetis
1 Penetrasi pada 25C (0,1 SNI 06-2456-1991 60-70 Min.50 Min.40
mm)
2 Viskositas Dinamis 60C SNI 06-6441-2000 160 - 240 240 - 360 320 - 480
(Pa.s)
3 Viskositas Kinematis 135C (cSt) SNI 06-6441-2000 ≥ 300 385 – 2000 < 3000
4 Titik Lembek (C) SNI 2434:2011 > 48 > 53 > 54
5 Daktilitas pada 25C, SNI 2432:2011 > 100 > 100 > 100
(cm)
6 Titik Nyala (C) SNI 2433:2011 > 232 > 232 > 232
7 Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-03 > 99 > 90(1)
> 99
8 Berat SNI 2441:2011 > 1,0 > 1,0 > 1,0
JenisStabilitas Penyimpanan: ASTM D 5976 part
9 - < 2,2 < 2,2
Perbedaan Titik Lembek (C) 6.1
10 Partikel yg lebih halus dari 150 micron (%) Min. 95(1) -
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT(SNI-03-6835-2002) :
11 Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 < 0,8 < 0,8 < 0,8
12 Viskositas Dinamis 60C (Pa.s) SNI 03-6441-2000 < 800 < 1200 < 1600
13 Penetrasi pada 25C (%) SNI 06-2456-1991 > 54 > 54 ≥ 54
14 Daktilitas pada 25C (cm) SNI 2432:2011 > 100 > 50 ≥ 25
55
15 Keelastisan setelah Pengembalian (%) AASHTO T 301-98 - - > 60
Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai

Kekekalan bentuk agregat natrium sulfat Maks.12


SNI 3407:2008 %
terhadap larutan magnesium sulfat Maks.18
%
100 putaran Maks.
Campuran AC Modifikasi 6%
Abrasi dengan 500 putaran Maks.
mesin Los SNI 2417:2008 30%
Angeles Semua jenis campuran
100 putaran Maks.
aspal bergradasi lainnya 8%
500 putaran Maks.
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 40%
Min. 95 %
Butir Pecah pada Agregat Kasar SNI 7619:2012 95/90 *)
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong Perbandingan 1 : Maks. 10 %
5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 2 %
Catatan :
1) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau56
lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 60%
Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI 03-6877-2002 Min. 45
Gumpalan Lempung dan Butir-butir SNI 03-4141-1996 Maks 1%
Mudah Pecah dalam Agregat
Agregat Lolos Ayakan No.200 SNI ASTM C117: 2012 Maks. 10%
AGREGAT KASAR = TERTAHAN No.4 (4,75 mm) SESUAI DENGAN
AASHTO, BUKAN No.8 (2,36 mm)
UNTUK MEMPEROLEH AGREGAT HALUS YG MEMENUHI SYARAT:
1. BAHAN BAKU DICUCI TERLEBIH DAHULU SECARA MEKANIS
2. DIGUNAKAN SCALPING SCREEN :
 PRODUK PRIMARY TIDAK BOLEH DIGUNAKAN LANGSUNG
 VIBRO SCALPING SCREEN
 YANG TERTAHAN MASUK SECONDARY
 YANG LOLOS UNTUK LAPIS PONDASI AGREGAT 57
ILUSTRASI PASIR HALUS u/HRS &
BATU PECAH MESIN HALUS (0 – 5)
 WARNA PASIR
DAPAT
PUTIH, ABU-
ABU,
COKLAT, DSB
 PASIR INI
DAPAT
DIPEROLEH DI
BUKIT ATAU
PESISIR
 TIDAK BOLEH
MENGANDUNG
LEMPUNG
(JIKA PERLU
58
HARUS DNG
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (5)
 FILLER ADDED
 CaCO3, KAPUR PADAM, PC, MINERAL ASBUTON.
 MINERAL ASBUTON : LOLOS #100 ≥ 95%
 KADAR FILLER ADDED 1 – 2% (mandatory)
 ANTI STRIPPING AGENT
 DIGUNAKAN JIKA STABILITAS MARSHALL SISA
SEBELUM DIBERI ANTI STRIPPING AGENT ≥ 75%
 DITAMBAHKAN DI TIMBANGAN ASPAL SESAAT
SEBELUM WET MIX DI PUGMILL
 0,2 – 0,4% TERHADAP BERAT ASPAL
 JIKA MARSHALL STABILITAS SISA ≥ 90%, ANTI
STRIPPING AGENT TIDAK DIPERLUKAN
 TDK BOLEH UTK ASPAL MOD BERMUATAN
59
POSITIF
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (6)
No. Jenis Pengujian Standar Nilai
1 Titik Nyala (Claveland Open Cup), °C SNI 2433:2011 min.180
2 Viskositas, pada 25ºC (Saybolt Furol), detik SNI 03-6721-2002 >200
3 Berat Jenis, pada 25ºC, SNI 2441:2011 0,92 – 1,06
4 Bilangan asam (acid value), SNI 04-7182-2006 < 10
mL KOH/g
5 Total bilangan amine (amine value), mL HCl/g ASTM D2073-07 150 - 350

No. Jenis Pengujian Standar Nilai


1 Uji pengelupasan dengan air mendidih (boiling ASTM D3625 min.803)
water test), %1) (2005)
2 Stabilitas penyimpanan campuran aspal dan SNI 2434:2011 maks.2,22)
bahan anti pengelupasan, ºC
3 Stabilitas pemanasan (Heat stability). Pengon- ASTM D3625-96 min.70
disian 72 jam, % permukaan terselimuti Modification
60
aspal
Gradasi Agregat Campuran Aspal
% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran
Ukuran Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
Gradasi Senjang3 Gradasi Semi Senjang2
Ayakan
Kelas A Kelas B WC Base WC Base WC BC Base
(mm)
37,5 100
25 100 90 - 100
19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 76 - 90
12,5 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 75 - 90 60 - 78
9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 77 - 90 66 - 82 52 - 71
4,75 53 - 69 46 - 64 35 - 54
2,36 75 - 100 50 – 723 35 - 553 50 – 62 32 - 44 33 - 53 30 - 49 23 - 41
1,18 21 - 40 18 - 38 13 - 30
0,600 35 - 60 15 - 35 20 – 45 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22
0,300 15 – 35 5 - 35 9 - 22 7 - 20 6 - 15
0,150 6 - 15 5 -13 4 - 10
0,075 10 - 15 8 – 13 6 - 10 2-9 6 – 10 4-8 4-9 4-8 3- 7

61
Sifat-sifat Campuran Lataston
Lataston
Sifat-sifat Campuran Lapis Aus Lapis Pondasi
Senjang Semi Senjang Semi
Senjang Senjang
Kadar aspal efektif (%) Min 5,9 5,5 5,5
5,9

Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7


Jumlah tumbukan per bidang 75
Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 4,0
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA)(%) Min. 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800
Pelelehan (mm) Min 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) sete- Min. 90
lah perendaman selama 24 jam,
60 ºC (3)
Rongga dalam campuran (%) pa- Min. 3
da kepadatan membal (refusal)(4)
62
Sifat-sifat Campuran Laston (AC)
Sifat-sifat Campuran Laston
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi

112 (1)
Jumlah tumbukan per bidang 75

Rasio partikel lolos ayakan 0,075mm Min. 1,0


dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4
Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 3,0
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800 (1)

Pelelehan (mm) Min. 2 3


6 (1)
Maks 4
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
perendaman selama 24 jam, 60 ºC(3) Min. 90
63
Rongga dalam campuran (%) pada
Sifat-sifat Campuran Laston Dimodifkasi
Sifat-sifat Campuran Laston Dimodifikasi (6)

Jumlah tumbukan per bidang 75


Rasio partikel lolos Min.
ayakan 0,075mm 112 (1)

1,0
dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4
Rongga dalam campuran (%) (2)
Min. 3,0
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250(1)
Pelelehan (mm) Min. 2 3
6 (1)
Maks. 4
90
Stabilitas
perendaman Marshall
selamaSisa
24(%)
jam,setelah
60 ºC (3) Min.
2
Rongga
Kepadatandalam campuran
membal (%)
(refusal) (4) pada Min.
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm(5) Min. 2500
64
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (7)
KETENTUAN CAMPURAN BERASPAL
 RONGGA DLM CAMPURAN : 3 – 5% untuk semua AC

 RONGGA DALAM CAMPURAN PADA KEPADATAN

MEMBAL : 2% untuk semua AC


 STABILITAS MARSHALL AC-Base = 1800 kg

(apakah
> kuat dari AC-WC & AB-BC ?) & PELELEHAN =
4,5
mm (apakah > lentur dari AC-WC & AC-BC ?)
 ALT. PENGUJIAN KEPEKAAN CAMPURAN TERHADAP
AIR : NILAI INDIRECT TENSILE STRENGTH (ITSR)
DNG RONGGA DALAM CAMPURAN 7±0,5%, ≥ 80%
ASPHALT MIXING PLANT
 BAHAN BAKAR HARUSLAH MINYAK TANAH, SOLAR

ATAU GAS 65
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (8)
PENGUKURAN
 SEMUA DIUKUR DALAM TON

 ASPAL KERAS

 KADAR ASPAL DIPEROLEH DARI HASIL EKSTRAKSI

 Cb = KDR ASP AKTUAL/ KDR ASP JMF ≤1


 ANTI STRIPPING AGENT : DIBAYAR TERPISAH

 DIPEROLEH DARI PENCATATAN KUANTITAS TANKI

SEBELUM & SETELAH PRODUKSI


 PENGUJIAN STABILITAS MARSHALL SISA PER 200

TON PRODUKSI
 LEBAR

 LEBAR DIAMBIL DARI CROSS SECTION PER 25m

ATAU LEBIH RAPAT SEBAGAIMANA DIPERINTAH-


KAN DIREKSI PEKERJAAN 66
DIV 6. PERKERASAN ASPAL (9)
 LAPIS BUKAN PERATA
 TEBAL AKTUAL ADALAH TEBAL RATA-RATA

SUATU
SEGMEN PRODUK PER HARI
 CORE DIAMBIL 2 TITIK PENGUJIAN PER CROSS

SECTION PER LAJUR DNG JARAK ≤ 100m


 TEBAL AKTUAL (sudah rata-rata) HARUS ≥ TEBAL

DALAM GAMBAR (untuk keperluan desain tebal


perkerasan)
 TEBAL TITIK ATAU INDIVIDU TIDAK BOLEH <

TEBAL DALAM GAMBAR SETELAH TOLERANSI


DIPERHITUNGKAN
 LAPIS PERATA :
 VOLUME DIPEROLEH DENGAN PROSEDUR

PENGUKURAN STANDAR ILMU UKUR TANAH 67


DIV 6. PERKERASAN ASPAL (10)

 CAMPURAN ASPAL :
 jumlah tonase bersih dari campuran yang telah

dihampar dan diterima


 dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi yang

diterima dan tebal yang diterima dengan kepadatan


campuran yang diperoleh dari pengujian benda uji
inti (core).
 Tonase bersih adalah selisih dari berat campuran

aspal dengan bahan anti pengelupasan (anti


stripping agent)

68
COLD BIN

 TIDAK ADA SKALA  PINTU TERLALU LONGGAR


 TIDAK ADA PENGUNCI  ADA PENGUNCI TAPI GOYAH
 SKALA TERLALU KASAR 69
LANJUTAN COLD BIN

 TIDAK ADA SEKAT PADA  CONVEYOR PANJANG


BAGIAN ATAS COLD  JARAK COLD BIN RAPAT,
BIN DAPAT DIRENGGANGKAN ?
70
 MATERIAL TUMPANG
KALIBRASI COLD BIN
 DURASI HARUS CUKUP AGAR KESALAHAN
DAPAT DIPERKECIL
 KOREKSI KADAR AIR DIHARUSKAN
 PLOTTING HARUS PADA 1 LEMBAR
KERTAS
UNTUK SEMUA GRAFIK
 TITIK 0 (NOL) SEBAGAI TITIK BANTU
 GRAFIK BERUPA GARIS LENGKUNG
 X : OUTPUT & Y : OPENING GATE MAKA
BENTUK
KURVA CEMBUNG 71
DUST COLLECTOR

 SEKUNDER : WET CYCLONE  SEKUNDER : TABUNG FILTER


TIDAK BEKERJA  TIDAK ADA POLUSI
 POLUSI 72
OVER HEATING

 ASPHALT STORAGE 200°C  HOTBIN 260°C


 SIFAT-SIFAT KIMIA ASPAL  DAPAT DISEBABKAN OLEH
BERUBAH, MENJADI GETAS BERVARIASINYA KADAR AIR
73
DALAM STOCKPILE AGREGAT
DIVISI 8 :

PENGEMBALIAN KONDISI
PERKERASAN BERBUTIR

74
DIV 8. PENGEMBALIAN KONDISI
DAN PEKERJAAN MINOR (1)
PENGEMBALIAN KONDISI & PEKERJAAN MINOR
1. PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA
 PATCHING > 40cm x 40cm & TOTAL <10m3/km
 SEALING 10 – 30% per 100m & TOTAL ≤40m2
 SPOT LEVELLING TOTAL < 10m3/km
 GALIAN, PRIME/TACK COAT & PEMADATAN KEMBALI SUB-
GRADE TIDAK DIBAYAR TERPISAH
 KERUSAKAN YG MELUAS AKIBAT KETERLAMBATAN
KONTRAKTOR MENJADI BEBAN KONTRAKTOR
2. PENGEMBALIAN KONDISI BAHU LAMA PADA
PERKERASAN BERPENUTUP ASPAL
 RE-KONSTRUKSI BAHU JALAN ≤ 50m/km
 TEBANG POHON Ø < 15cm DIUKUR 1m DIATAS TANAH
BESERTA AKAR-AKARNYA

75
DIV 8. PENGEMBALIAN KONDISI
DAN PEKERJAAN MINOR (2)
3. PENGEMBALIAN KONDISI SELOKAN, SALURAN AIR,
TIMBUNAN, GALIAN & PENGHIJAUAN
 MENCAKUP DRAINASE, LERENG & PENGHIJAUAN
 DIBAYAR MENURUT MASING-MASING PAY ITEM, KECUALI :
STABILISASI LERENG DNG TANAMAN & PENANAMAN
POHON/SEMAK BARU
4. PERLENGKAPAN JALAN & PENGATUR LALU LINTAS
(pekerjaan minor yang sebenarnya)
 Pengecatan tidak boleh dilaksanakan pada suatu permukaan yg
baru diaspal kurang dari 1 bulan setelah pelaksanaan lapis
permukaan, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan
 Tebal basah min.0,38 milimeter untuk “cat bukan termoplastik”
dan tebal min. 1,50 mm untuk “cat termoplastik”

76
Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

8.1. PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA


8.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Pekerjaan Minor Meter Kubik
8.1.(2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B untuk Pekerjaan Minor Meter Kubik
8.1.(3) Agregat untuk Perkerasan Tanpa Penutup Aspal untuk Pekerjaan Minor. Meter Kubik (vol. gembur)

8.1.(4) Waterbound Macadam untuk Pekerjaan Minor Meter Kubik


8.1.(5) Campuran Aspal Panas untuk Pekerjaan Minor Meter Kubik
8.1.(6) Lasbutag atau Latasbusir untuk Pekerjaan Minor Meter Kubik
8.1.(7) Penetrasi Macadam untuk Pekerjaan Minor Meter Kubik
8.1.(8) Campuran Aspal Dingin untuk Pekerjaan Minor Meter Kubik
8.1.(9) Residu Bitumen untuk Pekerjaan Minor Liter

8.2. PENGEMBALIAN KONDISI BAHU JALAN LAMA PADA PERKERASAN


BERPENUTUP ASPAL
8.2.1 Galian untuk Bahu Jalan dan Pekerjaan Minor Lainnya Meter Kubik

77
Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

8.4. PERLENGKAPAN JALAN DAN PENGATUR LALU LINTAS (1)

8.4.(1) Marka Jalan Termoplastik Meter Persegi


8.4.(2) Marka Jalan Bukan Termoplastik Meter Persegi
8.4.(3).(a) Rambu Jalan Tunggal dengan Permukaan Pemantul Buah
Engineering Grade
8.4.(3).(b) Rambu Jalan Ganda dengan Permukaan Pemantul Buah
Engineering Grade
8.4.(4).(a) Rambu Jalan Tunggal dengan Permukaan Pemantul Buah
High Intensity Grade
8.4.(4).(b) Rambu Jalan Ganda dengan Permukaan Pemantul Buah
High Intensity Grade
8.4.(5) Patok Pengarah Buah
8.4.(6).(a) Patok Kilometer Buah
8.4.(6).(b) Patok Hektometer Buah
8.4.(7) Rel Pengaman Meter Panjang
8.4.(8) Paku Jalan Buah
8.4.(9) Mata Kucing Buah

78
Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

8.4. PERLENGKAPAN JALAN DAN PENGATUR LALU LINTAS (2)


8.4.(10).(a) Kerb Pracetak Jenis 1 (Peninggi/Mountable) Meter Panjang
8.4.(10).(b) Kerb Pracetak Jenis 2 (Penghalang/Barrier) Meter Panjang
8.4.(10).(c) Kerb Pracetak Jenis 3 (Kerb Berparit/Gutter) Meter Panjang
8.4.(10).(d) Kerb Pracetak Jenis 4 (Penghalang Berparit / Meter Panjang
Barrier Gutter) t = 20 cm
8.4.(10).(e) Kerb Pracetak Jenis 5 (Penghalang Berparit / Meter Panjang
Barrier Gutter) t = 30 cm
8.4.(10).(f) Kerb Pracetak Jenis 6 (Kerb dengan Bukaan) buah
8.4.(10).(g) Kerb Pracetak Jenis 7a (Kerb pada Pelandaian Trotoar) buah
8.4.(10).(h) Kerb Pracetak Jenis 7b (Kerb pada Pelandaian Trotoar) buah
8.4.(10).(i) Kerb Pracetak Jenis 7c (Kerb pada Pelandaian Trotoar) buah
8.4.(11) Kerb Yang Digunakan Kembali Meter Panjang
8.4.(12) Perkerasan Blok Beton pada Trotoar dan Median Meter Persegi
8.4.(13) Beton Pemisah Jalur (concrete barrier) Meter Panjang
8.4.(14) Unit Lampu Penerangan jalan lengan Tunggal, Tipe LED Buah
8.4.(15) Unit Lampu Penerangan jalan lengan Ganda, Tipe LED Buah
8.4.(16) Unit Lampu Penerangan jalan lengan Tunggal, Tipe Merkuri 250 watt Buah
8.4.(17) Unit Lampu Penerangan jalan lengan Ganda, Tipe Merkuri 250 watt Buah
8.4.(18) Unit Lampu Penerangan jalan lengan Tunggal, Tipe Merkuri 400 watt Buah
8.4.(19) Unit Lampu Penerangan jalan lengan Ganda, Tipe Merkuri 400watt Buah
8.4.(20) Pagar Pemisah Pedestrian Carbon Steel Meter Panjang
8.4.(21) Pagar Pemisah Pedestrian gakvanised Meter Panjang
8.4.(22) Pagar Pemisah Pedestrian Carbon Steel Meter Panjang
8.4.(23) Pagar Pemisah Pedestrian Galvanisasi Meter Panjang

79
TERIMA KASIH

80

Anda mungkin juga menyukai