Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan

Apendisitis
Nama Kelompok:
1. Jazzem Binawe Abdul
2. Ayu Choriqa
3. Erni Fitriani
4. Lailatus Sa’adah
5. Nia Pratiwi
DEFINISI

Menurut Hurst 2015 appendisitis adalah inflamasi


akut pada apendiks yang bukan merupakan organ
esensial dalam proses pencernaan.
Menurut Nurarif 2015 appendisitis adalah
peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (appendiks), infeksi ini biasanya
memerlukan pembedahan segera untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
ETIOLOGI

Penyebab apendiks menurut Hurst 2015 adalah obstruksi, inflamasi, dan infeksi,
obstruksi dapat terjadi akibat massa feces, tumor, striktur, cacing, virus.
Sedangkan menurut Le Mone dkk 2015 adalah obstruksi lumen proksimal apendiks
yang mengalami inflamasi, biasanya disebabkan oleh fecalit atau massa feces
yang keras. Penyebab obstruksi lain mencakup kalkulus atau batu, benda asing,
inflamasi, tumor, parasit (mis, cacing jarum atau cacing karawit) atau edema
jaringan limfoid
KLASIFIKASI

Menurut Nurarif 2015 klasifikasi appendiks yaitu:


1. Appendisitis akut
Merupakan appendiks yang disebabkan oleh bakteri dan faktor pencetusnya yaitu sumbatan lumen apendiks,
hiperplasia jaringan limfe, fikalit (tinja/batu), tumor appendiks, cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan
dan juga erosi mukosa appendiks karena parasit E histolytica.
2. Appendisitis rekurens
Yaitu apabila ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomy. Kelainan ini
terjadi bila serangan appendisitis akut sembuh spontan. Namun appendisitis tidak pernah kembali ke bentuk aslinya
karena terjadi fibrosis dan jaringan parut
3. Appendisitis kronik
Yaitu appendiks yang memiliki semua gejala riwayat myeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik
appendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding appendiks, sumbatan parsial atau lumen
appendiks, adanya jaringan parut, dan ulkus lama dimukosa infiltrasi sel inflamasi kronik) dan keluhan menghilang
setelah apendiktomy.
PATOFISIOLOGI

Menurut kowalak 2011 ulserasi mukosa memicu inflamasi yang secara


tempore akan menyumbat appendiks. Obstruksi tersebut menghalangi
aliran keluar mukus. Tekanan dalam appendiks yang kini mengalami
distensi akan meningkat dan appendiks tersebut berkontraksi. Bakteri
mulai memperbanyak diri sementara proses inflamasi serta tekanan
terus meningkat dan mengganggu aliran darah ke dalam appendiks
sehingga timbul nyeri abdomen yang hebat.
Dalam 24-36 jam terjadi nekrosis jaringan dan gangren, menyebabkan
perforasi jika terapi tidak dimulai, perforasi menyebabkan peritonitis
baktenial.
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Le Mone dkk 2015 manifestasi appendiks antara lain:


 Karakteristik utama yaitu nyeri abdomen yang kontinyu dengan karakteristik:
a. Selama 4 jam berikutnya nyeri akan semakin hebat dan terlokalisir pada abdomen kuadran bawah
b. Nyeri memburuk saat bergerak, berjalan, dan batuk, ekstensi dan rotasi pinggul kanan
c. Saat dilakukan palpasi nyeri tekan yang terlokalisir dan memantul di temukan dititik Mc Burney
d. Nyeri tekan memantul (rebound tenderness) di tunjukan oleh hilangnya nyeri saat dilakukan palpasi
langsung pada titik Mc Burney dan akan terasa nyeri ketika tekanan dilepaskan
 Beberapa penderita mengalami nyeri yang merambat sampai nyeri rektal. Dan punggung bawah.
 Nyeri tekan pantul
 Nyeri meningkat saat batuk, dan pergerakan mendadak
 Kekakuan abdomen akibat perforasi appendiks dengan peritonitis
 Mual dan muntah akibat nyeri atau proses inflamasi disaluran GI
 Peningkatan sel darah putih dan demam akibat bakteri yang yang terperangkap di dalam appendiks yang
mengalami inflamasi
 Kehilangan nafsu makan akibat nyeri, mual, muntah
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjng appendisitis menurut Nurarif 2015:


1. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
Akan tampak pembengkakan rongga perut dimana terlihat dinding perut distensi
 Palpasi
Terasa nyeri bil bagian perut kanan bawah ditekan dan terasa lebih nyeri bila tekanan dilepas (Blumberg Sign)
 Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/ tungkai diangkat tinggi, maka rasa nyeri semakin
meningkat (Psoas Sign)
 Pemeriksaan dubur terasa nyeri
2. Pemeriksaan labolatorium
Kenaikan sel darah putih (leukosit) hingga 10.000-
18.000/mm3, jika peningkatan lebih dari angka
tersebut maka kemungkinan apendiks telah perforasi
(pecah)
3. Pemeriksaan radiologi
Foto polos perut memperlihatkan fekalit yang
mengalami kalsifikasi
Ultrasonografi
Ct-Scan terlihat komplikasi perforasi abses perut
PENATALAKSANAAN

1. Pra operasi
 Puasa dipertahankan selama 8 jam sebelum operasi dilakukan (NPO)
 Posisi fowler untuk mengurangi nyeri
 Berikan infus cairan untuk mencegah dehidrasi
 Jangan sesekali memberikan kompres hangat, karena suhu hangat akan meningkatkan aliran darah ke
appendiks dan meningkatkan inflamasi
2. Pasca operasi
 Pantau tanda-tanda vital, asupan, dan keluaran cairan
 Berikan analgetik sesuai resep
 Dorong pasien untuk nafas dalam dan mobilisasi untuk mencegah komplikasi paru
 Catat bising usus, kemampuan flatus, dan buang air besar untuk selanjutnya mendapatkan asupan per oral
 Awasi adanya komplikasi pasca bedah misalnya nyeri dan demam yang mengindikasikan abses, sehingga
dilakukan dengan memeriksa kasa pembalut dengan sering untuk menilai drainase luka
KOMPLIKASI

Menurut Le Mone dkk 2015 komplikasi appendisitis meliputi:


 Perforasi ditandai oleh nyeri yang semakin meningkat dan demam tinggi
 Pecahnya dinding appendiks yang terinflamasi menyebabkan abses yang terlokalisasi
 Peritonitis terjadi bila abses telah menyebar ke rongga perut yang terinfeksi atau ruptur apendiks yang
menyebabkan kebocoran pus kerongga abdomen
 Infeksi luka operasi (Kowalak,2015)
 Obstruksi intestinal
 Hernia insisional
 Kematian
(Kowalak,2015)
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Anamnesa
 Identitas diri
Kebanyakan pada laki-laki, usia 20-30 tahunan, pekerjaan, alamat, no RM, diagnosa
 Keluhan utama
Didapatkan nyeri sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan sampai punggung, nyeri bisa terus menerus atau hilang timbul, keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual, muntah atau panas demam
 Riwayat kesehatan sekarang
Diuraikan bagaimana keluhan utama timbul, dan apa yang dilakukan saat keluhan itu timbul, pada pasien dengan pasca operasi
appendisitis didapatkan nyeri saat dibuat gerak
 Riwayat kesehtan dahulu
Dikaji masalah kesehatan dahulu yang berhubungan dengan masalah saat ini seperti pernah dilakukan pembedahan sebelumnya atau
memiliki gangguan sistem pencernaan seperti gastritis, appendisitis, dll
 Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji penyakit keturunan yang berhubungan dengan masalah pasien saat ini seperti appendisitis, kanker, tumor, dll. Kaji pula adanya
penyakit menular
2. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
Pasien tampak lemah karena nyeri
 Tanda-tanda vital
Tekanan darah dalam batas normal, Nadi memungkinkan takikardi, Suhu memungkinkan meningkat akibat
hipertermi, Pernafasan dalam batas normal
 Pengkajian pola gordon
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Pola aktivitas dan latihan
d. Pola istirahat tidur
e. Pola persepsi kognitif
f. Pola kenyamanan (Nyeri)
3. Pemeriksaan fisik B1-B6
a. B1 (Breathing)
 Inspeksi
Pada pasien tidak terdapat batuk produktif, sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan pernapasan
cuping hidung tidak ada pula retraksi intercosta dan ketidaksimetrisan bentuk dada
 Palpasi
Pada pasien taktil fremitus teraba pada bagian kanan kiri paru
 Auskultasi
Pada pasien tidak terdengar suara tambahan pernapasan seperti whezing, ronchi, goorgling, cracles
 Perkusi
Pada pasien terdengar vesikuler yang menunjukan tidak ada gangguan paru-paru
b. B2 (Blood)
 Inspeksi
Pada pasien kulit tidak pucat, CRT <2 detik, kedua beah dada simetris
 Palpasi
Pada pasien ictus cordis dapat teraba pada ruang intercostal kiri kelima agak ke medial 2cm dari linea mid
klafikula kiri, nadi radial teraba cepat/ takikardia (kemungkinan) saat nyeri timbul
 Perkusi
Pada pasien batas kiri jantung yaitu ICS 2 kiri di linea parasternal kiri (atas) dan ICS 5 kiri agak kemedial linea
midklavikula kiri (bawah). Sedangkan batas kanan jantung yaitu ICS 3-4 kanan di linea parasternal kanan (bawah)
dan ICS 2 kanan di linea parasternal kanan (atas)
 Auskultasi
Pada pasien terdengar suara bunyi jantung I dan II (lup dup) pada ICS 3 kiri, tidak terdengar bising jantung
(murmur)
3. B3 (Brain)
 Inspeksi
Pada pasien terlihat kesadaran penuh (compos metris), ekspresi wajah sesuai, gaya bicara jelas, aktivitas
motorik terganggu akibat luka operasi, status mental baik, pasien terdapat refleks menelan, refleks patella,
refleks respon pupil terhadap cahaya
4. B4 (Bladder)
 Inspeksi
Tidak ada distensi kandung kemih, urin dalam batas normal (warna, jumlah)
 Palpasi
Tidak teraba massa, tidak teraba adanya regangan (tegangan/distensi) kandung kemih, tidak ada nyeri tekan
 Perkusi
Terdengar suara timpani, bila volume urin penuh suaranya redup/dullness
 Auskultasi
Tidak terdengar beuits pada arteri renalis (diatas pusar 2-3 jari lalu geser kearah kiri 2/3 jari)
5. B5 (Bowel)
 Inspeksi
Pada pasien terdapat mual muntah sebelum operasi akibat peningkatan mucus lumen GI dan sekresi lambung,
mual muntah setelah operasi akibat peristaltik yang belum berfungsi kembali secara sempurna, pada pasien post
op akan mengalami penurunan nafsu makan. Terdapat luka jahitan apendiktomy pada kuadran kanan bawah
berupa insisi melintang dengan jahitan operasi, keadaan luka (kaji tanda-tanda infeksi)
 Palpasi
Terdapat nyeri pantul saat sebelum operasi dimana nyeri semakin sakit saat tekanan bagian titik Mc Burney di
lepaskan, nyeri semakin meningkat saat ekstensi/ fleksi tungkai kanan, jongkok (kaji P-Q-R-S-T). Terdapat nyeri
akut saat setelah operasi akibat insisi apendiktomy (P-Q-R-S-T) disebelah kuadran kanan bawah perut
 Perkusi
Terdengar redup pada daerah hepar (normal)
 Auskultasi
Suara bising usus saat sebelum operasi tidak ada gangguan, suara peristaltik setelah operasi terdengar belum
baik, <12x/ menit akibat anastesi
6. B6 (Bone)
 Inspeksi
Kelemahan, tirah baring, keterbatasan gerak akibat nyeri, mudah lelah
DIAGNOSA

 Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh inflamasi)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan akibat mual
muntah
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat mual muntah
4. Hipertermi berhubungan dengan infeksi dan inflamasi
5. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
 Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appendictomy)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan yang adekuat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik pasca operasi
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan persepsi sensori: nyeri akut
5. Resiko infeksi berhubungan dengan infasi kuman pada luka operasi

Anda mungkin juga menyukai