Penerjemah:
Ardiansyah Ashri Husein
Pengantar:
Ir. Muhammad Khairat Syatir
Pandangan Penulis Buku
• Prof. Dr. Abdul Hamid Al-Ghazali memberikan
pandangan pribadi melalui “Selayang Pandang”
(hlm. 1)
• Buku ini adalah UPAYA PERTAMA untuk
memahami pilar-pilar kebangkitan kembali suatu
umat yang terdapat dalam sebagian kecil
pemikiran Hasan Al-Banna
• Tujuan: Mempersembahkan GAMBARAN
SISTEMATIS DAN INTEGRAL pilar-pilar
kebangkitan umat menurut pemikiran Imam
Syahid
Cara yang Ditempuh
PROYEK BESAR
KEBANGKITAN BERJALAN
Sejalan dengan
perkembangan,
PENYATUAN PEMAHAMAN,
PERISTILAHAN DAN Mengatasi segala rintangan,
PERSEPSI dan
Kerangka dasar Mencapai realisasi
kebangkitan yang
Unsur dicanangkan
PEMAPARAN, Tujuan dan sarana
DIAGNOSIS DAN Kebijakan-kebijakan
ANALISIS Proses pelaksanaannya
• UCAPAN DAN TULISAN Imam Dakwah dan perangkat-
Syahid dalam
• Risalah-risalah
perangkat realisasinya, dan
• Kajian-kajian Evaluasi dan penilaiannya
• Sikap-sikap, dan
• Aktivitasnya
• REALITA YANG TERJADI
semasa hidup Imam Syahid,
beserta
• Rumus-rumus
• Masalah-masalah, dan
• Situasi dan kondisinya
Pembagian Risalah
• Ada tiga kelompok risalah Imam Syahid
• Gambaran yang jelas dan integral tentang JALAN MENUJU
KEBANGKITAN
– Bainal Amsi wal Yaum
– Al-Mu’tamar al-Khamis
– Al-Mu’tamar as-Sadis
– Nahwan Nur
• Gambaran tentang KERANGKA DASAR jalan tersebut
– Da’watuna
– Ila Ayyi Syaiin Nad’un Naas
– Al-Ikhwan Tahta Royatil Qur’an
– At-Ta’alim
• Gambaran tentang CONTOH-CONTOH NYATA PROYEK BESAR tersebut
– Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun
– Musykilatuna fi Dhauin Nizhamil Islami
Ciri Pemikiran Hasan Al-Banna
1. Pemaparan yang lugas
2. Gaya bahasa yang mudah dan argumentatif
3. Konsentrasi pada pembinaan kader
4. Lebih mengutamakan aspek amal
5. Bertahap dalam langkah
6. Terhindar dari titik khilafiyah
7. Benar-benar meyakini bahwa Islam mencakup
seluruh aspek perbaikan sampai akhir zaman
Sistematika Pembahasan
• Prinsip-prinsip dan
METODOLOGI karakteristik dakwah REKONSTRUKSI
PROYEK • Referensi proyek NEGARA IDEAL
• Mengapa tema ini KEBANGKITAN kebangkitan
ditulis kembali? • Tujuan dakwah
• Prinsip-prinsip
• Metodologi riset • Unsur-unsur dakwah • Pemikiran politik
kebangkitan yang
sistematis
• Bangunan tarbiyah • Perjuangan politik
• Analisis historis dalam dakwah • Program politik
• Analisis terhadap realita • Politik negara
Mukaddima • Prediksi kebangkitan DAKWAH PADA • Dimensi peradaban
kembali PROYEK dalam negara
h • Beberapa pelajaran dari KEBANGKITAN
sejarah
Mengapa tema ini ditulis kembali?
Metodologi riset
MUKADDIMAH
Sistematika
Risalah yang Terkait
1. Ilaa Ayyi Syaiin Nad’un Naas
2. Al-Mu’tamar Al-Khamis
3. Dakwatuna fi Thaurin Jadid
4. Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun
Mukaddimah
Mengapa tema ini ditulis kembali?
1. Memberikan gambaran yang integral tentang
konsep pembaharuan Hasan Al-Banna
2. Menjelaskan aspek-aspek pembaharuan,
pengembangan dan penyempurnaan yang
dibutuhkan dalam sebuah kebangkitan
3. Mempersembahkan bahan-bahan kajian ilmiah
kepada para peneliti dan pengkaji konsep
Hasan Al-Banna
4. Memperdalam pemahaman kaum mukminin
pada pembaharuan dan kebangkitan
Memberikan Gambaran yang Integral tentang
Konsep Pembaharuan Hasan Al-Banna
• Perjalanan waktu sangat mempengaruhi setiap
gerakan dakwah, tak terkecuali dakwah ini
• Ia pun terpengaruh perjalanan waktu dan sepak terjangnya
• Pengaruh yang paling tampak
– Melemah atau bahkan redupnya pemahaman beserta
berbagai dimensinya yang utuh dan integral tentang konsep
pembaharuan dalam pemikiran mayoritas orang yang
mengimani dakwah fikrah ini
– Lalu berubah menjadi pemahaman yang parsial dan tercecer,
tanpa ada penghubung atau penyambung yang
mengintegralkan kembali
– Sehingga menyebabkan munculnya berbagai ijtihad yang
saling berlawanan
Memberikan Gambaran yang Integral tentang
Konsep Pembaharuan Hasan Al-Banna
• Kalau ini tidak diisi upaya yang memadai untuk
mengembalikan persepsi beserta berbagai dimensinya
pada pemikiran pendukung fikrah dapat
menghilangkan prinsip-prinsip yang telah disepakati para
aktivis yang terjun di medan pembaharuan
• Imam Syahid: “Dakwah ini tidak akan serasi kecuali
dengan orang yang telah memahaminya dari segala
sisinya.”
• Pemahaman yang utuh terhadap dakwah dan
persepsi yang integral terhadap setiap dimensinya
dalam pemikiran aktivisnya merupakan SYARAT
MUTLAK bagi keberhasilan proyek pembaharuan
Memberikan Gambaran yang Integral tentang
Konsep Pembaharuan Hasan Al-Banna
Generasi Manhaj yg
pelanjut (َخ لََف ُه ْم definitif
)م ْن َق ْوِم ِه ْم غَْيُرُه ْم
ِ
(اج َم ْح ُدْو ٌد ه نْ ِ
)م
ٌ َ
Para Tujuan yg
penyeru definitif
ُ )اَ َّلد
(اع ْوَن ((َه َدٌفَم ْح ُد ْو ٌد
Sikap Generasi Pelanjut
1. Bekerja sesuai dengan manhaj mereka
2. Mereka memulai dari titik di mana generasi pendahulu berhenti
3. Mereka tidak memutus pencapaian yang telah diraih
4. Tidak menghancurkan komponen-komponen yang telah
dibangun
5. Tidak mendongkel pondasi yang telah diletakkan
6. Tidak pula memporak-perandakan apa-apa yang telah dirakit
7. Terkadang menambahkan perbaikan pada karya pendahulu,
mengokohkan hasil karya mereka, atau mengikuti langkah
mereka
8. Hingga menambahkan satu tingkat pada bangunan mereka,
atau membawa umat satu langkah ke depan menuju tujuan
yang diharapkan
Mempersembahkan Bahan-bahan Kajian Ilmiah kepada
Para Peneliti dan Pengkaji Konsep Hasan Al-Banna
• Ini sangat penting karena
– Dakwah terus berkembang
– Sebagian mereka sulit mencerna gagasan pemikiran Hasan Al-
Banna
• Padahal boleh jadi sebagian mereka bisa memberikan
nasihat berharga yang sangat dibutuhkan oleh proyek
kebangkitan yang besar tersebut
• Maka para perancang kebangkitan harus menyiapkan
materi ilmiah yang disandarkan pada rujukan Islam, dan
mampu menggambarkan proyek kebangkitan kembali umat
yang terkait dengan isu kontemporer seperti
– Kebebasan, HAM, civil society, syura atau demokrasi, format
peraturan politik bagi negara Islam, mencoba menerapkan
sistem musyawarah, isu minoritas, serta masalah-masalah
politik, ekonomi, dan sosial
Memperdalam Pemahaman Kaum Mukminin
pada Pembaharuan dan Kebangkitan
• Unsur terpenting bagi gerakan kebangkitan
– SDM
– SDA
– Masa
– Akidah
• Jika ini sudah dimiliki maka kewajiban paling utama dan
paling penting bagi para aktivis adalah memberikan
gambaran yang utuh tentang proyek kebangkitan yang
ditunggu-tunggu dan peta pergerakan yang menjadi
wahana interaksi SDM, SDA dan masa, selanjutnya
akidah menjadi pemandu hasil interaksi tersebut
• Ingat bahwa para aktivis itu adalah para pemimpin
rombongan dan pemandu umat
Mukaddimah
Tema riset Tujuan riset
Metodologi riset
• Kajian analitis proyek kebangkitan yang
idang garap dan batasan riset Perangkat-perangkat riset
dilontarkan Hasan Al-Banna untuk menggaungkan
kebangkitan umat kembali
METODOLOGI PROYEK
KEBANGKITAN
Sistematika
Risalah yang Terkait
1. Al-Mu’tamar Al-Khamis
2. Ilaa Ayyi Syaiin Nad’un Naas
3. Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun
4. Bainal Amsi wal Yaum
5. Dakwatuna
6. Al-Mu’tamar As-Saadis
7. Ilasy Syabab
8. Nahwan Nuur
9. Musykilatuna fi Dhau’in Nizhamil Islam
10.Dakwatuna fi Thaurin Jadid
PRINSIP-PRINSIP KEBANGKITAN
YANG SISTEMATIS
Cara
berinteraksi
Menyimpulkan dengan
berbagai pelajaran-
pelajaran pelajaran
Menganalisis tersebut
sejarah dan
realita
Merenungkan
tantangan-
tantangan
yang dihadapi
umat
Merenungkan Tantangan-tantangan
yang Dihadapi Umat
• Sadar tantangan eksternal berpikir mendalam mencari solusi dan
obat mujarab terhadap penyakit umat
• Risalah Muktamar Khamis:
– Sebelum Imam Syahid mendirikan IM, terlebih dahulu melakukan
perenungan-perenungan terhadap WAQI’ UMAT
– Lalu menyampaikannya kepada para tokoh
– Sikap tokoh terbagi menjadi:
• Ada yang memberi semangat
• Ada yang menggembosi
• Ada yang tidak berminat
– Para cendekiawannya pun ikut larut dalam kondisi umat
– Penyakit umat yang paling berbahaya: tidak menyadari penyakitnya dan
tidak berusaha mengobatinya
– Imam Syahid bertekad untuk
• Mewakafkan dirinya
• Menjadi aktivis dakwah yang berjuang menegakkan agama Allah
Menganalisis Sejarah dan
Realita
• Sejarah manusia merupakan TERMINAL KEDUA bagi
para peneliti kebangkitan
• Sejarah manusia adalah GUDANG PENGALAMAN
MANUSIA, BAIK YANG BERHASIL MAUPUN YANG
GAGAL
• Dengan mendalami masalah ini diharapkan terhindar
dari kesalahan-kesalahan yang mematikan (fatal)
• Risalah Ilaa Ayyi Syai’in Nad’un Naas:
– Kebangkitan semua bangsa selalu bermula dari kelemahan
sehingga banyak yang beranggapan bahwa mencapai apa yang
dicita-citakan itu suatu kemustahilan
– Sejarah mengajarkan
• Kesabaran, keteguhan, kearifan, dan kehati-hatian dalam bertindak
• Itu semua akan mengantarkannya merangkak dari
ketidakberdayaan menuju puncak keberhasilan dan kejayaan
Menyimpulkan Berbagai Pelajaran
• Imam Syahid membaca sejarah dengan pandangan yang tajam
untuk mendukung keberhasilan proyek yang direncanakannya
• Risalah Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun
– Setiap revolusi atau kebangkitan terikut dengan suatu QANUN
(UU)
– Begitu pula kebangkitan agama yang dipelopori para Nabi
– Terhadap masalah ini, manusia terbagi dua:
1. Orang yang mengkaji sejarah perjalanan berbagai bangsa
dan tahapan-tahapan kebangkitannya yakin sepenuhnya
pernyataan di atas
2. Kelompok yang tidak dianugerahi kesempatan itu
hendaklah mengkajinya agar mengetahui bahwa hal itu
adalah benar
• Analisisi sejarah, ide kebangkitan, dan UU yang bijaksana adalah
unsur-unsur terpenting yang diisyaratkan oleh Imam Syahid
Cara Berinteraksi dengan
Pelajaran-pelajaran Tersebut
• Syarat pertama: FAHAM
– Memahami sunnah-sunnah dan pelajaran-pelajaran dengan
pemahaman yang benar dan integral
– Memahami cara beramal yang sejalan dengan UU Ilahi atau
dengan kata lain, memahami FIQHUS SUNAN
• Risalah Muktamar Khamis
– Jangan melawan kaidah-kaidah yang berlaku di alam ini karena
ia akan mengalahkanmu
– Tundukkanlah ia, manfaatkanlah ia, alihkan arusnya, dan
gunakanlah sebagiannya untuk menaklukkan sebagian yang lain
– Setelah itu tunggulah kemenangan yang tidak lama lagi akan
datang
• Kesimpulan: tantangan-tantangan yang berupa keterbelakangan itu
harus menimbulkan semangat menyambut ide kebangkitan dan
beramal untuk mencapai kejayaan
Metodologi
ANALISIS HISTORIS
• Urgensi analisis historis
• Analisis historis Islam
• Analisis historis kebangkitan berbagai umat
• Analisis historis gerakan pembaruan dan
kebangkitan
Urgensi Analisis Historis
• Pada bagian “Menganalisis Sejarah dan Realita” sudah
dijelaskan pentingnya sejarah dalam kebangkitan umat
• Sejarah manusia adalah GUDANG PENGALAMAN
MANUSIA, BAIK YANG BERHASIL MAUPUN YANG
GAGAL
• Dengan mendalami masalah ini diharapkan terhindar
dari kesalahan-kesalahan yang mematikan (fatal)
• Karena itu, pada bagian selanjutnya akan dibahas:
– Analisis historis Islam
– Analisis historis kebangkitan berbagai umat
– Analisis historis gerakan pembaruan dan kebangkitan
Analisis Historis Islam
6 Gelombang
pergulatan
politik 3 Gelombang
ـي Terurainya ِ
ســاس ّ ٌ( ِ
عـ َيــرـ
صـ َ ٌاـ ِ )
Pergulatan
Eksistensi Sosial
ل (
يـ
فـ اـ َحل َِّ ِ
ع َ ُواـمـل لتَّ
َِ ـي عـ ِ ْاـجـــ ِت َم ِ
اع ّ ٌ( ِصـ َ ٌاـ
ــرـ )
ان ال ّد َْول َِة ا ِإل ْسال َ ِميّ َ ِة ) كِ َي ِ
Kebangkitan
Dakwah
Universal
اــ ِب ِ ّـي ا َِـألمــيْ ِ(ن
) ِرـ َسـال َ ُة لن َّ Kemenangan Barat
ال ِم( ْما ِدـة عل َى ِ َ
بــ ِد ا ِـإلس َ
ال ) ُطْـغيُـان الـ َ
Periode Pertama:
Proklamasi Kelahiran Dakwah Integral
1. Deklarasi lahirnya dakwah yang integral untuk
menetapkan garis pemisah di alam semesta ini
2. Deklarasi sistem baru yang universal dan
memiliki rujukan serta orientasi yang jelas
3. Penjelasan tentang dasar-dasar pemikiran dan
kaidah-kaidah ilmiah bagi reformasi serta
perubahan sosial yang menyeluruh
Periode Kedua:
Berdirinya Negara Islam yang Pertama
SANGAT PENTING
Metodologi
ANALISIS TERHADAP REALITA
• Ini sangat penting paling tidak karena dua hal
– Agar dapat mengetahui faktor-faktor kekuatan dalam segala
bentuknya dan faktor-faktor kelemahan beserta segala
kondisinya
– Agar mengetahui kadar tantangan dan bahaya yang
mengancam umat dari dalam maupun dari luar, mampu
mengamati peluang-peluang dalam setiap kondisi, serta dapat
menentukan titik keberhasilan dan kegagalannya
• Itu semua disebut “FIQHUL WAQI’”
• Analisis yang dibutuhkan ada dua macam
– Analisis kualitatif
– Analisis kuantitatif
Analisis Kualitatif
• Dalam “Da’watuna” disebutkan beberapa
agenda pokok yang akan dihadapi oleh
ekspansi kebangkitan
1. Agenda permasalahan penjajahan
2. Persoalan ekonomi dan monopoli bangsa asing
3. Masalah kondisi sosial
4. Masalah pendidikan dan pengajaran
5. Masalah perundang-undangan
6. Masalah kondisi kejiwaan
Analisis Kuantitatif
• Dalam risalah “Bainal Amsi wal Yaum” dan “Muktamar Sadis” Imam
Syahid menyebutkan data-data tentang kondisi Mesir saat itu
• Contoh data-data yang disebutkan dalam “Muktamar Sadis”
– Di Mesir terdapat 320 perusahaan asing yang bergerak dalam berbagai
bidang kebutuhan hidup. Keuntungan yang dikeruknya pada tahun 1938
mencapai 7.637.482 poundsterling
– Jumlah petani di Mesir mencapai 8 juta jiwa dengan ladang garap
seluas 6 juta acre, yang berarti setiap orang mendapat bagian 3/4 acre
– Jumlah pekerja di Mesir mencapai 5.718.127 orang (hampir 6 juta
orang). Ada penganggur sejumlah 511.119 orang, ini berarti lebih dari
setengah juta dari jumlah penduduk tidak bekerja
– Pada tahun 1934, balai pengobatan pemerintah telah mengobati
sebanyak 7.241.383 pasien. Dari jumlah itu, 1 juta berpenyakit bilharis
(schistosomiasis), lebih dari 0.5 juta orang terserang incalestoma, dan
1.5 juta terserang penyakit mata. Di Mesir, 90% terserang penyakit
mata dan 55.575 orang buta
Metodologi
PREDIKSI KEBANGKITAN
KEMBALI
• Setelah menganalisis sejarah dan realita, maka menjadi
keharusan kita adalah beramal untuk mengubah realita,
menyelamatkan umat dari bencana dan menentukan
terapi yang ampuh bagi penyakit umat
• Dalam risalah “Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun” Imam
Syahid menegaskan akan pentingnya kebangkitan untuk
memikul tugas dan kewajiban dan meninggalkan
bersantai dan berkhayal belaka
• Ada dua hal penting
– Prediksi kebangkitan kembali
– Indikasi kebangkitan
Prediksi Kebangkitan Kembali
• Dalam risalah “Ilaa Ayyi Syaiin Nad’un Naas” Imam Syahid
menegaskan bahwa tugas kita adalah memimpin dunia dan
membimbing seluruh manusia menuju sistem dan ajaran Islam
• Sedangkan di risalah “Ilasy Syabab” ditegaskan bahwa solusi dari
semua kegoncangan yang terjadi di tengah penduduk dunia
adalah Islam, tiada yang lain tampillah Ikhwan dengan bismillah
untuk menyelamatkan dunia dan seluruh manusia menunggu-
nunggu sang penyelamat
• Dalam risalah “Nahwan Nuur” ditegaskan keberhasilan para
pelopor dan besarnya pahala yang diperoleh serta dikenang,
ditulis dengan tinta emas dalam sejarah dan menjadi buah bibir
bagi generasi selanjutnya
• “Tiada jalan menuju keselamatan melainkan dengan meyakini
orientasi seperti ini dan melakukan apa saja yang kita sanggup
dengan tekad yang kuat dan sesegera mungkin.” (Musykilatuna fi
Dhau’in Nizhamil Islami)
Indikasi-indikasi Adanya Kebangkitan
• Perspektif sosial: “Kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin,
dan mimpi hari ini akan menjadi kenyataan esok hari” (Ilaa Ayyi
Syaiin Nad’un Naas)
• Perspektif sejarah: Sejarah dakwah Rasulullah, bangkitnya Abu
Bakar, Daulah Abbasiyah, Su’udiyah, Ayyubiyah, dan Jerman
(Ilaa Ayyi Syaiin Nad’un Naas). Perhatikan pula kebangkitan
Jepang, Cina, dan India
• Perspektif logika: QS 7:164-165 orang yang bekerja karena tiga
hal: menunaikan kewajiban. mendapat pahala di akhirat, dan
mendapatkan manfaat pasti ia akan berhasil
• Perspektif agama: Kisah kebangkitan Bani Israil dengan 5
tahapan: tahap kelemahan dan penindasan (28:3-6), tahap
persiapan memegang kepemimpinan (26:16-21), tahap
pergulatan dan perlawanan (7:127-128), tahap keimanan dan
memberikan tantangan (20:72-73) dan tahap kemenangan dan
keberhasilan (20:80) Metodologi
BEBERAPA PELAJARAN
DARI SEJARAH
Ada dua hal yang penting dalam hal ini
• Kaidah-kaidah kebangkitan
• Cara berinteraksi dengan kaidah-kaidah
kebangkitan
Kaidah-kaidah Kebangkitan
1. Fikrah dasar (“Ilaa Ayyi Syai’in Nad’un Naas”)
2. Kekuatan motivasi (“Da’watuna fi Thaurin Jadid”)
3. Perubahan diri (“Ilaa Ayyi Syai’in Nad’un Naas”)
4. Titik awal kebangkitan (“Ilaa Ayyi Syai’in Nad’un Naas”)
5. Keberhasilan berbagai pemikiran (“Ilasy Syabab”)
6. Penyiapan kader (“Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun?”)
7. Tuntutan-tuntutan kebangkitan yang paling mendasar (“Hal
Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun?”)
8. Standar aktivitas dakwah (“Al-Muktamar Al-Khamis”)
9. Pergulatan manusia (“Hal Nahnu Qaumun ‘Amaliyyun?”)
10. Prediksi dan peluang (“Al-Muktamar Al-Khamis”)
11. Pergiliran dan pergantian peradaban (“Dakwatuna”)
12. Tujuh pilar kebangkitan (“Nahwan Nur”)
Cara Berinteraksi dengan
Kaidah-kaidah Kebangkitan
• Dalam risalah “Muktamar Khamis” ditegaskan unsur-
unsur:
1. Tidak bertabarakan
2. Menaklukkan
3. Menggunakan
4. Mengubah atau mengalihkan
5. Menggunakan sebagian untuk melawan sebagian lainnya
6. Menanti saat datangnya kemenangan
• Penulis menyimpulkan bahwa proyek kebangkitan
ditegakkan pada dua pilar
1. Dakwah (penataan potensi operasional)
2. Daulah (eksistensi politis)
Sistematika
Metodologi
• Prinsip-prinsip dan karakteristik dakwah
• Referensi proyek kebangkitan
• Tujuan dakwah
• Unsur-unsur dakwah
• Bangunan tarbiyah dalam dakwah
Wasathiyah Alamiyah
(Moderat) (Internasional)
‘Amaliyah Tamayyuz
(Aplikatif) (Istimewa)
Istiqlaliyah Syumul
(Independen) (Universal)
‘Aqlaniyah
Ilmiah
(Rasional)
Legalitas Sejarah
• Ada dua hal penting dalam masalah ini:
1. Manhaj dakwah yang pertama
2. Kebangkitan fikrah Islam
• MANHAJ DAKWAH YANG PERTAMA
– Proyek kebangkitan menurut syariat terpancar dari
ajaran dan kaidah Islam serta ditegakkan di atas
pelajaran-pelajaran yang diambil dari sejarah dakwah
pertama
– Jadi, proyek kebangkitan merupakan kelanjutan dari
kebangkitan pertama
Legalitas Sejarah
KEBANGKITAN FIKRAH ISLAM
• Perjalanan sejarah umat
1. Deklarasi lahirnya dakwah yang integral (Dakwah)
2. Tertegaknya dakwah Islam yang pertama (Dakwah)
3. Mulai masuknya kelemahan dalam tubuh negara (Kemunduran)
4. Pergulatan dan pertikaian politik (Pergulatan Politik)
5. Pergulatan dan pertikaian sosial (Pergulatan Sosial)
6. Kemenangan proyek Barat atas proyek Islam (Hegemoni Barat)
7. Munculnya kembali seruang kebangkitan (Kebangkitan Kembali)
• Dakwah menuju proyek kebangkitan kembali ini selalu berusaha meniti
jalan dakwah pertama
• Meskipun tanggung jawab dan beban ini berat oleh masa-masa
kebekuan tapi dakwah baru tetap lahir yang diprakarsai oleh para kader
yang mendukung dan beramal di bawah bendera dakwah
Ekspansi Peradaban
• Ada dua hal penting:
– Pewaris peradaban
– Pembangkit peradaban
• PEWARIS PERADABAN
– Persoalan yang tengah dihadapi umat Islam saat ini bukanlah
persoalan tanah, telah hilang ataukah telah dikembalikan; akan
tetapi persoalan yang paling mendasar adalah masalah
peradaban, eksistensi, dan kepemimpinan
– Aspek ekonomi, sosial atau politik terkadang muncul ke
permukaan sesaat, namun inti pertempuran sesungguhnya
adalah eksistensi peradaban umat
– Imam Syahid menegaskan:
• “Kami adalah pewaris peradaban yang agung”
• “Kami adalah pemilik peradaban, prinsip utama dan akhlak kasih
sayang yang adil.”
Ekspansi Peradaban
PEMBANGKIT PERADABAN
• Imam Syahid menegaskan bahwa kita adalah pembangkit
peradaban dan bangsa Timur adalah tempat turunnya semua
risalah langit
• “Kami adalah pembangkit peradaban.”
• Menghidupkan peradaban adalah kewajiban yang tidak ditawar-
tawar lagi.”
• “Gerak peradaban tidak akan berhenti.”
• Karena itu, kita harus beramal secara serius dengan
– berpandu pada UU kita (Al-Qur’an)
– Petunjuk pelaksana amal kita (As-Sunnah)
– Contoh aplikatif yang benar yang diperankan pendahulu kita yang shalih
untuk membangkitkan kembali peradaban Islam dan meneruskan karya-
karya peradaban tersebut
Dakwah
REFERENSI PROYEK
KEBANGKITAN
• Masyhur di masa lalu pernyataan, “Jumhur (mayoritas)
umat telah sepakat bahwa ….”
• Tapi kemudian terjadi berbagai perselisihan
• Karena itu, Imam Syahid mengajukan proyek terpadu
kepada Al-Azhar Asy-Syarif tentang tema-tema hukum
terpenting yang terkait dengan berbagai kelompok umat
• Inilah upaya yang beliau lakukan untuk membuat
landasan yang baik untuk memulai proyek kebangkitan
Islam dari lingkaran masa lalu menuju cakrawala masa
depan yang diidam-idamkan
Al-Banna dalam
“Nazharat fil Qur’anil Karim”
ٌ ِم ْن َه.1
ٌّ اج إِ ْعتِقَا ِد
ى
– 8 Prinsip: 1, 4, 10, 11, 13, 14, 15, dan 20
ُ ُ منهاج أ.2
ص ْولِى
– 4 Prinsip: 2, 3, 6 dan 7
منهاج فِ ْق ِهى.3
– 5 Prinsip: 5, 8, 9, 12, dan 17
8 Prinsip:
1, 4, 10, 11, 13, 14, 15, dan 20
Sistem I’tiqadi
1. Syumuliyyatul Islam (1)
2. Mengaku mengetahui yang ghaib (4)
3. Memahami ayat-ayat sifat (10)
4. Bid’ah (11)
5. Kewalian, karamah, dan akidah yang
benar (13)
6. Bid’ah di kuburan (14)
7. Tawasul dan doa (15)
8. Bahaya takfir (20)
Prinsip 1: Syumuliyatul Islam
• Islam adalah sistem yang syamil (menyeluruh),
mencakup seluruh aspek kehidupan. Maka ia
adalah negara dan tanah air atau pemerintahan
dan umat, moral dan kekuatan atau kasih
sayang dan keadilan, wawasan dan undang-
undang atau ilmu pengetahuan dan hukum,
materi dan kekayaan alam atau penghasilan dan
kekayaan, serta jihad dan dakwah atau pasukan
dan pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah
akidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak
kurang tidak lebih
Prinsip 4:
Klaim Mengetahui yang Ghaib
• Azimah, jampi (ruqyah), wada’ (sejenis
keong yang dikalungkan di leher anak
sebagai azimah), ramal (meramal nasib
dengan membuat garis di pasir),
perdukunan, mengaku tahu akan hal-hal
ghaib, dan semisalnya adalah
kemungkaran yang wajib diberantas.
Kecuali mantera yang berasal dari ayat-
ayat al-Qur’an atau ada riwayat dari
Rasulullah SAW
Prinsip 10:
Memahami Ayat-ayat Sifat
• Ma’rifah kepada Allah Tabaraka wata’ala,
mengesakanNya dan memahasucikanNya adalah
setinggi-tinggi tingkatan akidah Islam. Sedangkan ayat-
ayat dan hadits-hadits shahih tentang sifat-sifat Allah
adalah termasuk mutasyabihat. Kita wajib mengimaninya
sebagaimana adanya, tanpa menta’wilkan dan tanpa
pengingkaran (ta’thil), serta tidak perlu memperuncing
perbedaan pendapat di antara para ulama tentang hal
tersebut. Kita mencukupkan diri seperti apa yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya:
“Dan orang-orang yang dalam ilmunya berkata, ‘Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semua itu
dari sisi Tuhan kami’.” (Ali Imran: 7)
back
Prinsip 11: Bid’ah
• Segala bentuk bid’ah dalam agama yang
tidak mempunyai dasar pijakan tetapi
dianggap bagus oleh hawa nafsu
manusia, baik berupa penambahan
maupun pengurangan, adalah kesesatan
yang wajib diperangi dan diberantas
dengan menggunakan cara yang sebaik-
baiknya, yang tidak menimbulkan
kejelekan yang lebih parah
back
Prinsip 13: Kewalian, Karomah,
dan Aqidah yang Benar
• Mencintai orang-orang shalih, menghormati mereka, dan
memuji mereka karena amal-amal baik yang tampak
adalah bagian dari taqarrub diri kepada Allah SWT.
Sedangkan para wali adalah orang-orang yang disebut
dalam firman Allah SWT: “Yaitu orang-orang yang
beriman dan mereka itu bertaqwa” (Yunus: 63). Karamah
pada mereka itu benar adanya bila memenuhi syarat-
syarat syar’inya, dan mesti diyakini bahwa mereka tidak
memiliki madharat maupun manfaat bagi dirinya sendiri,
baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal
dunia, apalagi bagi orang lain
Prinsip 14: Bid’ah di Kuburan
• Ziarah kubur—kubur siapa saja—adalah sunah yang
disyariatkan dengan cara-cara yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Akan tetapi, meminta pertolongan
kepada penghuni kubur—siapapun mereka—berdoa
kepadanya, memohon pemenuhan hajat (dari dekat
maupun jauh), bernadzar untuknya, membangun
kuburan, menghiasinya, memberinya penerangan, dan
mengusapnya (untuk mengambil berkah), juga
bersumpah dengan selain Allah, dan segala sesuatu
yang serupa denannya adalah bid’ah besar yang wajib
diperangi. Dilarang keras mencari ta’wil (pembenaran)
terhadap amalan-amalan tersebut, demi menutup pintu
fitnah yang lebih parah lagi
Prinsip 15: Tawasul dan Doa
4 Prinsip:
2, 3, 6 dan 7
Sistem Ushuli
1. Sumber rujukan hukum (2)
2. Dalil-dalil hukum yang tidak diakui
(3)
3. Pendapat para ulama (6)
4. Ijtihad dan taklid (7)
Prinsip 2: Referensi
• Al-Qur’anul Karim dan Sunah Rasul yang suci
adalah rujukan setiap muslim dalam mengenal
dan memahami hukum-hukum Islam. Al-Qur’an
mesti dipahami sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa Arab, tanpa takalluf (sikap memaksakan
diri dalam memaknai suatu ayat hingga
melampaui arti sewajarnya) dan ta’assuf (secara
serampangan). Sedangkan as-Sunnah yang
suci mesti dipahami melalui para ahli hadits
yang terpercaya
back
Prinsip 3: Dalil-dalil Hukum
yang Tidak Diakui
• Keimanan yang murni, ibadah yang benar, dan
mujahadah adalah cahaya dan kelezatan yang
Allah curahkan pada hati hamba-hambaNya
yang Dia kehendaki. Sementara ilham, lintasan
fikiran, kasyaf (ketersingkapan hal sebagian
yang ghaib) dan mimpi, itu samua bukan
termasuk sumber hukum syariat Islam. Maka itu
semua itu tidak perlu diperhatikan kecuali bila
tidak bertentangan dengan hukum-hukum
agama dan teks-teksnya
back
Prinsip 6: Pendapat Para Ulama
• Setiap orang dapat ditolak ucapannya, kecuali al-
Ma’shum (Rasulullah SAW). Segala hal yang
datang dari para salafush-shalih yang sesuai
dengan al-Qur’an dan as-Sunnah kita terima
sepenuh hati. Bila tidak maka al-Qur’an dan as-
Sunnah lebih utama untuk diikuti. Namun
demikian, kita tidak boleh mencaci maki dan
menjelek-jelekkan pribadi mereka dalam
masalah-masalah yang masih diperselisihkan.
Serahkan saja kepada niat mereka masing-
masing, sebab mereka telah mendapatkan apa
yang telah mereka kerjakan back
Prinsip 7: Ijtihad dan Taqlid
• Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan telaah
terhadap dalil-dalil hukum furu’, hendaklah mengikuti
salah seorang imam. Namun lebih baik lagi kalau sikap
mengikuti tersebut diiringi dengan upaya semampunya
dalam memahami dalil-dalil yang dipergunakan oleh
imamnya, dan hendaklah ia mau menerima setiap
masukan yang disertai dalil, bila ia percaya pada
keshalihan dan kapasitas orang yang memberi masukan
tersebut. Bila ia termasuk ahli ilmu, maka hendaklah
selalu berusaha menyempurnakan kekurangannya
dalam keilmuan sehingga dapat mencapai derajat
mujtahid
منهاج فقهى
5 Prinsip:
5, 8, 9, 12, dan 17
Sistem Fiqhi
1. Pelaksanaan pendapat imam (5)
2. Larangan berpecah-belah dalam agama
(8)
3. Larangan mendalami hal-hal yang tidak
untuk dilaksanakan (9)
4. Bi’ah yang tidak memiliki landasan dalam
agama (12)
5. Perbandingan berbagai amal (17)
Prinsip 5: Pelaksanaan
Pendapat Imam
• Pendapat imam dan wakilnya tentang hal-hal yang tidak
ada teks hukumnya, hal-hal yang mengandung beragam
interpretasi, dan hal-hal yang membawa kemaslahatan
umum (mashlahatul mursalah), mesti diamalkan
sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah
syariat. Pendapat tersebut mungkin akan berubah
sejalan dengan situasi, kondisi, adat dan tradisi. Pada
dasarnya ibadah adalah kepatuhan total, tanpa
mempertimbangkan makna-maknanya. Sedangkan adat-
istiadat mesti mempertimbangkan rahasia-rahasia,
hikmah, maksud dan tujuannya
Prinsip 8: Larangan Berpecah-Belah
dalam Agama
• Perbedaan paham dalam masalah-masalah furu’
hendaklah tidak menjadi faktor pemecah belah dalam
agama, tidak menyebabkan permusuhan, dan tidak juga
kebencian. Setiap mujtahid akan mendapatkan pahala
masing-masing. Tidak ada larangan melakukan studi
ilmiah yang obyektif dalam persoalan-persoalan
khilafiyah, dalam suasana saling mencintai karena Allah
dan tolong-menolong untuk mencapai kebenaran yang
hakiki. Studi tersebut tidak boleh menyeret pada debat
yang tercela dan fanatik buta
Prinsip 9: Larangan Mendalami Hal-
hal yang Tidak untuk Diamalkan
• Memperdalam pembahasan tentang masalah-masalah
uang amal tidak dibangun di atasnya adalah sikap takalluf
(memaksakan diri) yang dilarang oleh Islam. Misalnya,
memperluas pembahasan tentang hukum bagi masalah-
masalah yang tidak benar-benar terjadi,
memperbincangkan makna ayat-ayat al-Qur’anul Karim
yang belum dijangkau oleh ilmu pengetahuan, perdebatan
dalam membandingkan keutamaan sahabat ra, atau
memperbincangkan perselisihan yang terjadi di antara
mereka, padahal masing-masing memiliki keutamaan
sebagai sahabat Nabi SAW, dan pahala dari niat mereka.
Dengan ta’wil (menafsiri baik amal para sahabat), kita akan
selamat dari laknat
back
Prinsip 12: Bid’ah yang Tidak
Memiliki Sandaran dalam Agama
• Bid’ah idhofiyah, bid’ah tarkiyah, dan
bid’ah ilzam terhadap ibadah-ibadah yang
muthlaqah adalah masalah-masalah
khilafiyah dalam bab fiqh. Masing-masing
orang mempunyai pendapat dalam
masalah tersebut. Namun tidaklah
mengapa jika dilakukan penelitian untuk
sampai pada hakikatnya dengan dalil dan
argumentasi
back
Prinsip 17: Perbandingan Berbagai Amal
3 Prinsip:
16, 18 dan 19
Sistem Umum
Dakwah Perjuangan
dan Tarbiyah Konstitusional JIhad
Penjelasan
Memerdekakan
Menyiapkan Perbaikan
Sebagai Pemerintahan
Negeri
Manusia
Hujjah
Tujuan
dan
Sasaran
Kebijakan-kebijakan Dakwah
• Kebijakan adalah
– Prinsip-prinsip yang mengendalikan segala aktivitas dan
kaidah-kaidah yang terkait dengannya
– Yang berfungsi untuk menerjemahkan titik awal dan arahan-
arahan menjadi langkah-langkah kongkret yang dapat
mengarahkan jalan pergerakan menuju sasaran yang
ditetapkan
• Motif kebijakan
– Imam Syahid memilih sebuah kebijakan setelah melakukan
analisis obyektif terhadap realita yang ada
– Karenanya, kebijakan-kebijakannya selalu sejalan dengan
proyek kebangkitan yang diutarakannya kepada umat
• Kebijakan-kebijakan Umum Dakwah
Kebijakan-kebijakan Umum Dakwah
Dakwah
BANGUNAN TARBIYAH DALAM DAKWAH
Sarana Lingkungan
Manhaj dan
PROSES Masyarakat
Muwashafat
Manajemen
REKONSTRUKSI NEGARA
IDEAL
Sistematika
Mukaddimah
• Prinsip-prinsip rekonstruksi
• Syiar-syiar terapan
Prinsip-prinsip rekonstruksi
1. Rabbaniyah
2. Peningkatan kualitas jiwa
3. Penegasan terhadap keyakinan adanya jaza’
4. Deklarasi ukhuwwah antar-sesama manusia
5. Mengangkat harkat kaum pria dan wanita secara
bersama-sama, memproklamasikan solidaritas dan
emansipasi serta menetapkan tugas masing-masing
secara terperinci
6. Jaminan kepada masyarakat dengan menetapkan
adanya hak hidup, pemilikan, lapangan kerja,
kesehatan, kebebasan, pengajaran, dan keamanan
bagi setiap individu, serta menentukan sumber-sumber
penghasilan
Prinsip-prinsip rekonstruksi
7. Pengendalian dua macam naluri: naluri untuk memelihara
jiwa dan memelihara keturunan, serta mengatur berbagai
tuntutan yang terkait dengan kebutuhan pangan dan hasrat
seksual
8. Tegas dalam memerangi berbagai tindak kriminal yang berat
9. Peneguhan wihdatul ummah dan mengikis habis semua
bentuk perpecahan dan faktor penyebabnya
10. Mewajibkan kepada umat untuk berjihad demi tegaknya
prinsip-prinsip kebenaran yang digariskan oleh sistem ini
11. Menjadikan daulah sebagai wahana bagi perwujudan dan
pemeliharaan fikrah, bertanggung jawab merealisasikan
target-targetnya di tengah masyarakat, dan
mentransformasikannya kepada semua umat manusia
(“Bainal Amsi wal Yaum”)
Syiar-syiar terapan
1. Shalat, dzikir, taubat dan istighfar
2. Puasa, iffah, serta menjauhkan diri dari kemewahan
3. Zakat, sedekah, dan infaq di jalan kebajikan
4. Haji, siyahah, rihlah, menyingkap dan memikirkan
tanda-tanda kekuasaan Allah
5. Mencari penghasilan, bekerja, dan diharamkannya
meminta-minta
6. Jihad, perang, menyiapkan para tentara, dan merawat
keluarga serta kepentingan mereka setelah mereka
gugur
7. Amal ma’ruf dan memberikan nasihat
8. Nahi munkar dan memboikot daerah dan para pelaku
kemungkaran
Syiar-syiar terapan
9. Pembekalan diri dengan ilmu pengetahuan bagi setiap
muslim dan muslimah dalam berbagai bidang
kehidupan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
10. Melakukan muamalah yang baik dan menjaga
kesempurnaan perilaku dengan akhlak yang utama
11. Bersungguh-sungguh dalam memelihara kesehatan
tubuh dan segenap indra
12. Solidaritas sosial antara pemimpin dan rakyat, dengan
adanya perhatian dan perlindungan (dari pemimpin),
serta adanya ketaatan (dari rakyat) secara bersamaan
(“Bainal Amsi wal Yaum”)
Risalah yang Terkait
Rekonstruksi
PEMIKIRAN POLITIK
• Definisi Politik dan Daulah
• Titik Tolak
• Konsep-konsep
Definisi Politik
• Politik memiliki banyak definisi:
– Keahlian memerintah dan menjalankan negara
– Kekuatan dan kemampuan untuk meraih tujuan
– Keahlian untuk mewujudkan sikap mengalah yang timbal
balik dan mewujudkan konsensus
• Imam Ibnul Qayyim dalam As-Siyasah Al-
Hakimah
– Politik adalah semua aktivitas yang mendekatkan manusia
kepada kemaslahatan dan menjauhkan mereka dari
kerusakan, meskipun tidak pernah ditegaskan oleh seorang
rasul dan tidak pernah disinggung oleh wahyu yang
diturunkan, karena semua jalan yang bisa menghantarkan
kepada keadilan, maka jalan itu adalah bagian dari agama ini
Definisi Daulah
• Daulah adalah
– pihak yang memiliki wewenang untuk
menggunakan kekuatan atau kekuasaan,
• Sedang kekuasaan adalah
– kekuatan yang sah atau
– lembaga politik yang memiliki kewenangan
secara mutlak untuk menata kehidupan
umum di sebuah wilayah melalui departemen-
departemen yang telah ditetapkan
Titik Tolak
• Integralitas Islam mewajibkan adanya perjuangan politik
• Negara mencerminkan fikrah
• Seorang muslim tidak boleh menyia-nyiakan tanfidz
(pemerintahan)
• Umat harus menuntut hak-hak keislamannya kepada
pemerintah
• Pemantapan, penyebaran dakwah, dan perjuangan
konstitusional adalah sarana yang paling aman bagi
masyarakat
• Pemerintahan adalah bagian dari rukun Islam
• Proporsional dan rasional dalam sistematika interaksi
dengan berbagai masalah pemerintahan
Konsep-konsep
• Al-’Urubah (Arabisme)
• Nasionalisme
• Kebangsaan
• Internasionalisme
Al-’Urubah (Arabisme)
• Konsep Arabisme
– “Sesungguhnya IM memaknai istilah Arabisme sebagaimana
makna yang diberikan oleh Rasul SAW dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dari Muadz bin Jabal,
“Ketahuilah, sesungguhnya Arab itu bahasa.” (“Muktamar
Khamis”)
• Kedudukan Bangsa Arab
– Setiap orang yang berbahasa Arab maka dia adalah orang Arab
– Jika bangsa Arab lemah, maka akan melemah pula Islam
– Bangsa Arab adalah umat Islam pertama
– Kebanggaan terhadap Arabisme tidak bertitik tolah pada sikap
fanatisme, kesombongan, dan permusuhan terhadap yang lain
Nasionalisme
• Konsep nasionalisme kita
– Nasionalisme kerinduan
– Nasionalisme kebebasan dan kehormatan
– Nasionalisme kemasyarakatan
• Landasan nasionalisme kita
– Perbedaan nasionalisme Islam dengan lainnya adalah bahwa
asas nasionalisme Islam itu adalah akidah Islamiyah
• Batas-batas nasionalisme kita
– Ditentukan dengan akidah dan bukannya dengan batas-batas
geografis
• Tujuan nasionalisme kita
– Nasionalisme kita mengemban misi yang harus disebarkan ke
seluruh dunia
Kebangsaan
• Konsep kebangsaan kita
– Kebangsaan kejayaan
– Kebangsaan umat
– Bukan kebangsaan jahiliyah
• Dasar-dasar kebangsaan kita
– Rasa bangga terhadap loyalitas kebangsaan dan kesejarahan
serta sikap keteladanan generasi baru kepada generasi
pendahulu
– Prioritas antusiasisme kebangsaan dan hak untuk menerima
kebaikan dan kebajikan
– Memerangi kebanggaan terhadap ras, suku dan tradisi jahiliyah
– Keberpijakan kebangsaan kita pada loyaloitas mutlak kepada
Allah, RasulNya dan orang-orang beriman
Internasionalisme
• Dakwah kepada persaudaraan insaniah dan
persatuan internasional
• Melempar unsur-unsur rasial dan kesukuan
• Seruan kepada terwujudnya tata dunia baru
yang berpijak pada prinsip-prinsip keadilan
• Menghormati hukum internasional dengan
syarat penerapannya bisa secara adil dan tidak
diskriminatif
• Keyakinan terhadap kematangan peradaban
dan mengambil yang baik dan bermanfaat dari
yang lain
Rekonstruksi
PERJUANGAN POLITIK
• Target-target Politik bagi Dakwah
• Strategi-strategi Perjuangan Politik
• Tahapan-tahapan Perjuangan Politik
• Sikap-sikap Politik bagi Dakwah
Target-target Politik bagi Dakwah
• Pemerintahan
• Per-UU-an
• Hukum
• Kepartaian
• Minoritas dan warga asing
• Peran aktif wanita dalam perjuangan politik
• Demokrasi
• Persatuan
• HAM
Kepartaian: Ijtihad Maktab Irsyad
• Melihat
– perubahan gejala dan kondisi yang melingkupi serta
– dominannya sistem pemerintahan gotong royong (tidak adanya
pihak yang beroposisi) yang mungkin akan
• menyebabkan hilangnya kemerdekaan dan hak-hak rakyat serta
• memicu tegaknya sistem otoriter,
• Maka Maktab Irsyad memandang perlunya upaya untuk
meneguhkan sistem multipartai sebagai jaminan tidak
adanya otoritas tunggal RISALAH AT-
TA’ADDUDIYYAH
• Hal itu bila kematangan politik telah tumbuh secara logis,
yakni setelah bangsa ini menempuh perjalanan yang
cukup lama pasca kemerdekaan
Peran aktif wanita dalam
perjuangan politik
Ijtihad Maktab Irsyad (Selebaran Inilah Dakwah
Kami):
• Memberikan hak kepada wanita dalam
perjuangan politik dan menyiapkannya untuk
berperan aktif dalam aktivitas-aktivitas umum
adalah suatu kewajiban selama tetap
memperhatikan aturan-aturan syariat yang telah
disepakati
• Rangkuman fatwa Maktab Irsyad:
Rangkuman fatwa Maktab Irsyad
• “Secara umum, wanita bukanlah jenis kelamin di bawah
laki-laki.
• Dan kami telah mengemukakan dalil-dalil yang
menunjukkan kebenaran pendapat kami bahwa wanita
dalam tinjauan fiqh—sebagaimana laki-laki—berhak
untuk berperan serta dalam pemilihan-pemilihan para
wakil rakyat, baik di tingkat daerah maupun pusat.
• Ia berhak menempati posisi sebagai anggota dewan,
sebagaimana ia juga berhak memangku jabatan-jabatan
kepemimpinan—selain kepemimpinan tertinggi—dan
perangkat-perangkat di bawahnya.
• Sedangkan yang terkait khusus dengan jabatan di
peradilan, maka sesungguhnya pintu ijtihad masih
terbuka lebar.” Rekonstruksi
PROGRAM POLITIK
• Konsep Program
• Program Perbaikan Sosial
• Program Perbagikan Ekonomi
• Program Perbaikan Politik
Konsep Program
• Program yang aplikatif adalah
– cermin yang memantulkan identitas budaya
yang dihasung oleh suatu Jamaah,
– titik tolak referensial yang menjadi
sandarannya,
– transformasi esensial bagi misi dan peran
yang diembannya, dan
– aplikasi realistis bagi sistem yang
menentukan arah perjalanannya
Program Perbaikan Sosial
1. Mewujudkan Rabbaniyah dan sikap keagamaan di tengah
masyarakat
2. Menjaga etika-etika umum dan menjunjung tinggi lembaga-
lembaga sistem sosial
3. Melindungi keluarga (istri, remaja dan balita)
4. Memerangi tindak kejahatan dan kerusakan
5. Menghidupkan sistem hisbah (amar ma’ruf nahi munkar)
6. Menegakkan keadilan sosial dan memperluas peluang kerja
dan mencari penghasilan
7. Membenahi pendidikan dan pengajaran
8. Memperhatikan kesehatan umum
9. Mengarahkan media informasi dan seni
10. Menata wisata dan hiburan
Program Perbagikan Ekonomi
1. Menjadikan harta yang potensial sebagai tulang
punggung kehidupan dan kewajiban bersungguh-
sungguh untuk mendapatkannya
2. Kewajiban bekerja dan mencari penghasilan bagi setiap
orang yang mampu
3. Menyingkap sumber-sumber kekayaan alam dan
kewajiban untuk mendayagunakannya
4. Pelarangan sumber-sumber penghasilan yang kotor
5. Mendekatkan berbagai kelompok sosial untuk
menghilangkan kemewahan yang melimpah ruah
dengan kemiskinan yang mencekik
Program Perbagikan Ekonomi
6. Penghargaan terhadap harta dan
penghormatan terhadap hak milik
7. Penataan transaksi-transaksi harta benda dan
peningkatan ketelitian dalam urusan uang
8. Jaminan sosial
9. Penegasan tanggung jawab negara dalam
melindungi sistem ini
10.Pelarangan menyalahgunakan wewenang
Program Perbaikan Politik
• Pilar-pilar yang menopang sistem politik
• Kekuasaan-kekuasaan asasi dalam
negara
• Manajemen lembaga-lembaga negara
• Pertahanan dan keamanan
• Politik eksternal
Rekonstruksi
POLITIK NEGARA
• Eksistensi Negara dalam Islam
• Politik Internal (Sistem Ketatanegaraan)
• Politik Eksternal (Hubungan Luar Negeri)
Eksistensi Negara dalam Islam
• Ada empat hal yang penting dalam hal ini:
1. Eksistensi negara
2. Urgensi negara (mengadopsi fikrah)
3. Bentuk negara
4. Karakteristik, kewajiban dan hak-hak
negara
Eksistensi negara
• Dalam risalah “Musykilatuna fi Dhauin Nizhamil Islami:
Nizhamul Hukmi” dijelaskan tentang eksistensi sebuah
negara.
• Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu berada di sebuah
negeri yang tidak ada kepemimpinan di dalamnya, maka
tinggalkanlah negeri itu.”
• Imam Ghazali berkata, “Ketahuilah bahwa syariat itu
pondasi, sedang raja adalah penjaganya. Sesuatu yang
tidak ada pondasinya pasti akan runtuh, dan sesuatu
yang tidak ada penjaganya pasti akan hilang.”
• Demikian pula dakwah ini, tidak mungkin tegak kecuali di
bawah sebuah naungan perlindungan yang menjaganya,
menyebarkannya dan mengokohkannya.
Urgensi Negara
• Dalam risalah “Al-Ikhwan Al-Muslimun
Tahta Rayati Muhammad Rasulullah SAW
wa fii Sabili Hadihi”:
– Adalah sangat mengherankan, bila sebuah
paham seperti komunisme memiliki negara
yang memprogandakannya… demikian juga
fasisme dan Nazi… Sebaliknya kita tidak
menemukan suatu pemerintahan Islami yang
menegakkan kewajiban dakwah kepada
Islam…
Bentuk Negara
• Dalam risalah “Al-Ikhwan Al-Muslimun Tahta
Rayati Muhammad Rasulullah SAW wa fii Sabili
Hadihi”:
– Sistem Islam dalam hal ini tidak terlalu
menitikberatkan pada bentuk dan nama, selama
negara itu bisa merealisasikan kaidah-kaidah asasi
yang menjadi pilar utama tegaknya pemerintahan
yang bijak, dan selama ia berkomitmen untuk
menerapkannya sehingga menjaga keseimbangan
kaidah-kaidah asasi ini, yang masing-masing bagian
tidak mendominasi bagian yang lain…
Karakteristik, kewajiban dan
hak-hak negara
• Karakteristik negara
1. Kesadaran akan tanggung jawab
2. Kasih sayang terhadap rakyat
3. Bertindak adil kepada umat Islam
4. Bersikap iffah dari harta milik umum
5. Ekonomis dalam pemanfaatannya
• Kewajiban negara
1. Menjaga keamanan
2. Melaksanakan UU
3. Menyebarkan pendidikan
4. Menyiapkan kekuatan
5. Memelihara kesehatan
6. Memelihara kepentingan umum
7. Mengembangkan SDA dan menjaga harta kekayaan
8. Mengokohkan akhlak dan menyebarkan dakwah
• Hak-hak negara
1. Loyalitas dan ketaatan
2. Dukungan dengan jiwa dan harta
Rekonstruksi
DIMENSI PERADABAN
DALAM NEGARA
• Konsep Peradaban
• Mengembalikan Eksistensi Internasional
kepada Umat Islam
• Merealisasikan Kepemimpinan Dunia dan
Benturan Peradaban
Konsep Peradaban
• Makna bahasa
• Makna syar’i
• Makna istilah
• Taladan manusiawi (substansi peradaban)
• Dimensi-dimensi politik bagi peradaban
Makna bahasa (Lisanul Arab)
• Hadhara
– Syahida: hadir atau menyaksikan “al-
hadharah” = asy-syahadah (kehadiran atau
kesaksian)
• Dilalah al-Qur’an juga menguatkan makna ini:
– )2:180( ت ُ ض َر أَ َح َد ُك ُم ْال َم ْو
َ إِ َذا َح
– )4:8( ض َر ْالقِ ْس َمةَ أُولُو ْالقُرْ بَى َ َوإِ َذا َح
– )2:185( ُص ْمه ُ َش ْه َر فَ ْلي َ ْفَ َمن
َّ ش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال
– Semua dilalah ini menunjukkan arti
syahadah atau hudhur
Makna syar’i
• Ada empat makna “asy-syahadah”:
1. Tauhid dan pengakuan akan
penghambaan diri kepada Allah
2. Perkataan yang hak dan perilaku yang
adil
3. Pengorbanan, penebusan dan
persembahan jiwa di jalan Allah
4. Tugas yang diemban oleh umat ini
(2:143)
Makna syar’i
• Generasi pertama umat ini telah memahami bahwa
kesaksian terhadap umat manusia berarti
– Sebuah konsekuensi bahwa umat ini harus menjadi kekuatan
dunia yang berdaulat
– Yang memperjuangkan tegaknya keadilan dan menerapkannya
– Melindungi hak orang lain dalam menentukan pilihan dan
menyalurkan aspirasi mereka
demi tegaknya masyarakat baru yang berjuang untuk
membebaskan manusia dari penghambaan diri kepada
sesama manusia menuju penghambaaan diri hanya
kepada Allah, dari keculasan agama-agama menuju
keadilan Islam, dan dari sempitnya dunia menuju
luasnya dunia dan akhirat
Makna istilah
• Sesuai keempat makna syar’i di atas maka
PERADABAN adalah kehadiran dan
kesaksian dengan segenap makna yang
dicakupnya
• Makna-makna ini akan menghasilkan MODEL
MANUSIA yang
– Meyakini dengan kuat nilai-nilai tauhid dan ketuhanan
dalam batinnya, dan
– Melakukan aksi dengan tetap mengaitkan diri dengan
keesaan Tuhan yang menciptakan alam ini,
meletakkan hukum-hukumnya dan mendominasi
dalam mengendalikannya
Taladan Manusiawi (Substansi
Peradaban)
• Substansi Peradaban Islam: kehadiran dan kesaksian, dan
berdasarkan pengertian ini, peradaban Islam berarti
kehadiran Islam di alam ini
• Peradaban dalam arti umum adalah kehadiran secara
mutlak: kehadiran dari suatu pengalaman manusiawi
– yang terkoordinasi secara alami
– sehingga mampu membentuk teladan manusiawi bagi kehidupan
dengan segenap dimensi dan aspeknya,
– berusaha mempersembahkannya kepada bangsa-bangsa lain agar
mereka mencontoh dan berjalan mengikuti alurnya
– atas dasarnya keyakinan bahwa hal itu adalah teladan manusiawi
yang patut untuk diikuti
• Jadi bukan sekedar pembangunan yang menunjukkan
pernah ada tapi sampai hadir dan menjadi teladan manusia
Dimensi-dimensi Politik bagi
Peradaban
• Peradaban itu kadang buruk, destruktif, atau
tidak sesuai dengan kehidupan umat manusia
• Itu semua disebut peradaban asal memenuhi
dimensi-dimensi berikut:
1. Adanya rangkaian ideologi yang membatasi
karakter hubungan dengan alam ghaib dan konsep
tentang Tuhan, baik secara positif maupun negatif
2. Adanya rekonstruksi pemikiran dan perilaku
masyarakat yang membentuk serangkaian nilai-nilai
yang dominan dan etika-etika umum serta adat
istiadat
Dimensi-dimensi politik bagi
peradaban
3. Adanya model meterial yang mencakup penemuan-
penemuan baru, lembaga-lembaga, hukum dan
peraturan, pembangunan, seni dan pengetahuan,
serta semua dimensi material dalam kehidupan
4. Penentuan model hubungan dengan alam, potensi
dan kekayaannya sertai berbagai sarana
materialnya. Begitu juga model kaidah-kaidah dan
nilai-nilai dalam hubungan dengan semua sarana ini
5. Penentuan model hubungan dengan komunitas
manusia yang lain serta asas-asas, kaidah-kaidah,
strategi-strategi, dan target-target dalam
berhubungan dengan komunitas manusia tersebut
dan bagaimana meyakinkan mereka terhadap
teladan ini
Mengembalikan Eksistensi
Internasional kepada Umat Islam
• Syarat-syarat penegakan kembali
• Konsep kekhalifahan
• Konsep barat tentang internasionalisme
dan sistem tata dunia baru
• Asas-asas keadilan yang kami inginkan
sebagai landasan tata dunia baru
Syarat-syarat penegakan kembali
• Membebaskan negeri-negeri
• Menghidupkan kembali kejayaannya
• Mendekatkan budayanya dan menyatukan
kalimatnya
• Sehingga semua itu bisa menghantarkan
kepada penegakan khilafah yang hilang
dan persatuan yang didamba-dambakan
serta kepemimpinan dunia dengan
menyebarkan dakwah Islam di seluruh
penjuru dunia
Konsep kekhalifahan
• Khilafah adalah lambang kesatuan Islam
• Khilafah adalah bentuk formal dari ikatan
antara bangsa-bangsa muslim
• Khilafah adalah identitas Islam yang wajib
dipikirkan
• Khilafah adalah tumpuan bagi banyak
hukum Islam
Tuntutan-tuntutan Khilafah
• Kerjasama kebudayaan
• Kerjasama sosial
• Kerjasama ekonomi
• Pembentukan kesepakatan-kesepakatan dan
perjanjian-perjanjian
• Penyelenggaraan seminar-seminar dan
muktamar-muktamar
• Pembentukan muktamar parlemen Islam
• Pembentukan lembaga perserikatan bangsa-
bangsa Islam
• Pemilihan imam
Seputar Tata Dunia Baru
• Pengertian fikrah internasionalisme
sebagai penutup mata rantai proyek
peradaban
• Sembilan asas bagi konsep
internasionalisme dan tata dunia baru
9 asas bagi konsep internasionalisme
dan tata dunia baru
1. Karakteristik paling khas bagi dakwah adalah
internasionalisme (alamiyah)
2. Perealisasian persaudaraan universal
3. Peran aktif dalam perdamaian dunia dan pembangunan
persaudaraan universal
4. Penghormatan terhadap hukum internasional dalam damai
dan perang
5. Perhatian terhadap perlindungan hak-hak internasional
(perjanjian istimewa internasional)
6. Memelihara perjanjian dan menunaikan kewajiban
7. Berbuat baik dan bijak kepada sesama warga negara meski
berbeda ideologi mereka
8. Pengharaman fanatisme rasial dan kesukuan
9. Berpijak pada politik kerja sama dan konsiliasi yang tulus
Konsep barat tentang internasionalisme
dan sistem tata dunia baru
• Para pemimpin politik barat selalu menggembar-
gemborkan pernyataan tentang tata dunia baru:
Hitler, Churcil, Roosevelt
• Mereka sebenarnya melakukan politik pemaksaan,
penekanan, dan otoriterisme
• Politik ini telah gagal dalam memimpin dan
menundukkan hati nurani dan bangsa-bangsa
• Politik penipuan, rayuan dan kemunafikan, jika
suatu saat berhasil memenangkan suasana, akan
tetapi tidak berselang lama, ia akan berubah
menjadi topan yang sangat dahsyat dan ganas
Asas-asas keadilan yang kami inginkan
sebagai landasan tata dunia baru
• Jika demikian, maka harus ada sistem
politik baru, yakni
– politik kerjasama dan konsiliasi yang benar-
benar bersih,
– yang berlandaskan pada solidaritas, saling
menghormati, tukar-menukar kepentingan
(baik yang terkait dengan hal-hal yang
material maupun peradaban antar keluarga
besar kemanusiaan di Barat dan di Timur).
Merealisasikan Kepemimpinan
Dunia dan Benturan Peradaban
• Perealisasian kepemimpinan dunia
• Persiapan menyongsong benturan
peradaban
Perealisasian kepemimpinan dunia
• Kepemimpinan dunia adalah tingkat dan mata rantai
terakhir dalam proyek kita
– “Pada saat yang sama Islam juga menganggap kaum muslimin adalah
kaum yang aman dengan risalah Allah di bumi. Di dunia mereka
menempati posisi Al-Ustadziyah (pemimpin) khususnya yang terkait
dengan penunaian amanat.” (Risalah Musykilatuna…)
• Menghidupkan kembali peradaban kita dan menjaga
identitasnya
– Umat ini dikepung oleh bahaya dari segala penjuru:
• Di tengah berbagai bangsa yang saling berdesakan dan berebut eksistensi:
kemenangan selalu berpihak pada yang kuat dan lebih cepat bergerak
• Di tengah kekeliruan masa lalu dan menelan kepahitannya
• Di tengah yang tidak dapat digambarkan selain kata “KEKACAUAN”
– Kita harus menyelamatkan umat dari kondisi seperti ini, mengembalikan
kejayaan dan menghidupkan kembali peradaban dan ajaran agama
Persiapan menyongsong
benturan peradaban
• Sunnah tadaffu’ (2:251, 22:40, 13:17, 2:17)
• Persiapan untuk memasuki pertempuran dan
konflik
– Tidak patut bersantai-santai dan berkhayal belaka
– Harus menyiapkan dirinya untuk memikul beban
perjuangan berat di perjalanan yang panjang, untuk
menghadapi pertempuran antara hak dan batil
• Hasil benturan:
– KEMENANGAN BERADA DI PIHAK KEBENARAN
– Allah Mahakuasa terhadap urusanNya, akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui
Sistematika
Rekonstruksi