Chap 4 Pelaksanaan Konstruksi Lapis Permukaan Perkerasan
Chap 4 Pelaksanaan Konstruksi Lapis Permukaan Perkerasan
PERSIAPAN PERMUKAAN
PERSIAPAN MATERIAL
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Bagian 1
PERSIAPAN PERMUKAAN
1. Pemeriksaan Penghamparan di atas
lapis fondasi agregat
PENGERTIAN
Lapis resap pengikat (prime coats) adalah lapisan ikat
yang diletakkan di atas lapis pondasi agregat,
sedangkan lapis perekat (tack coats) diletakkan di
atas lapis beraspal atau lapis beton semen.
Pemasangan lapis resap pengikat atau lapis perekat
dilaksanakan setelah permukaaan lama dibersihkan
dengan compressor udara atau sikat mekanis
sehingga mosaik atau tekstur perkerasan lama terlihat
jelas. Tidak diijinkan adanya kotoran atau gumpalan
lempung.
Prime Coat
CATATAN PENTING !
Untuk menguji keseragaman dan kuantitas pekerjaan lapis resap pengikat dan lapis
perekat dapat dilakukan dengan cara meletakkan karton persegi empat yang telah
diketahui beratnya. Karton diletakkan di atas permukaan dan kemudian dilewati oleh
asphalt distributor. Berat karton dengan aspal (kondisi kering) dikurangi berat karton
semula merupakan berat lapis resap pengikat atau lapis perekat per m 2 (jika luas
karton 1 m2).
Kuantitas pemakaian juga dapat diukur dengan melihat volume aspal dalam tangki
aspal distributor yang telah terpakai dan luas perkerasan yang telah disemprot.
Material for Prime & Tack Coat
Cutback Asphalts
A cutback asphalt is simply a combination of asphalt cement and
petroleum solvent. Like emulsions, cutbacks are used because they
reduce asphalt viscosity for lower temperature uses (tack coats, fog
seals, slurry seals, stabilization material). Similar to emulsified asphalts,
after a cutback asphalt is applied the petroleum solvent evaporates
leaving behind asphalt cement residue on the surface to which it was
applied. A cutback asphalt is said to "cure" as the petroleum solvent
evaporates away. The use of cutback asphalts is decreasing because
of (Roberts et al., 1996):
Environmental regulations. Cutback asphalts contain volatile chemicals
that evaporate into the atmosphere. Emulsified asphalts evaporate
water into the atmosphere.
Loss of high energy products. The petroleum solvents used require
higher amounts of energy to manufacture and are expensive compared
to the water and emulsifying agents used in emulsified asphalts. In
many places, cutback asphalt use is restricted to patching materials for
use in cold weather.
Material for Prime & Tack Coat
Emulsified Asphalts
Emulsified asphalt is simply a suspension of small asphalt cement globules in
water, which is assisted by an emulsifying agent (such as soap). The emulsifying
agent assists by imparting an electrical charge to the surface of the asphalt
cement globules so that they do not coalesce (Roberts et al., 1996). Emulsions
are used because they effectively reduce asphalt viscosity for lower temperature
uses (tack coats, fog seals, slurry seals, bituminous surface treatments (BST),
stabilization material). Emulsions are typically either anionic (asphalt droplets are
negatively charged) or cationic (asphalt particles are positively charged).
Generally, emulsions appear as a thick brown liquid when initially applied (see
Figure 3.40). When the asphalt cement starts to adhere to the surrounding
material (aggregate, existing surface, subgrade, etc.) the color changes from
brown to black (see Figure 3.41) and the emulsion is said to have "broken" (see
Figure 3.42). As water begins to evaporate, the emulsion begins to behave more
and more like pure asphalt cement. Once all the water has evaporated, the
emulsion is said to have "set". The time required to break and set depends upon
the type of emulsion, the application rate, the temperature of the surface onto
which it is applied and environmental conditions (TRB, 2000). Under most
circumstances, an emulsion will set in about 1 to 2 hours (TRB, 2000). ASTM D
3628 contains guidance on selection and use of emulsified asphalt.
Bagian 2
PERSIAPAN MATERIAL
Unit Pencampur Aspal
Bagian pertama dari AMP adalah bin dingin (cold bin), yaitu
tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang,
agregat halus dan pasir.
Bin dingin harus terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak
penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan
gradasi tertentu.
Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain,
untuk menjaga keaslian gradasi dari masing-masing bin
sesuai dengan rencana gradasi pada formula campuran
kerja (FCK/JMF ).
Jenis bin dingin yang umum dikenal adalah : (1) ban
berjalan menerus, (2) getar, dan (3) aliran. Jenis pertama
(continuous) cocok untuk agregat halus, sedangkan yang
lainnya cocok untuk agregat kasar.
Skematik Bin Dingin (1)
Skematik Bin Dingin (2)
•Pintu pengeluaran agregat pada bin dingin (cold feed gate) dipasang di bagian
bawah dari bin dingin, lubang pintu ini dilengkapi dengan skala yang angkanya
menunjukkan besarnya lubang bukaan yang dapat diatur sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kebutuhan.
•Besarnya bukaan pintu pada setiap bin dingin yang telah berisi agregat dan
siap untuk digunakan dalam pencampuran, harus dikalibrasi terlebih dahulu
pada setiap kondisi dan jenis agregat yang akan digunakan.
2. Pengering (Dryer)
Dari bin dingin agregat dibawa melalui elevator dingin dinaikkan ke
dalam pengering (dryer) untuk dipanaskan dan dikeringkan pada
temperatur yang diminta.
Pengering mempunyai fungsi: (1) menghilangkan kandungan air pada
agregat; dan (2) memanaskan agregat sampai temperatur yang
disyaratkan.
Komponen yang terdapat pada sistim pengering adalah:
1. Silinder berputar (pengering) yang umumnya berdiameter 91 cm
sampai 305 cm dan panjang 610 cm sampai 1219 cm.
2. Ketel pembakar (burner) yang berisi gas atau minyak bakar untuk
menyalakan pemanas.
3. Kipas (fan) sebagai bagian dari system pengumpul debu dan
mempunyai fungsi utama untuk memberikan udara atau oksigen
dalam sistim pemanas.
Skematik Alat Dryer
3. Pengumpul debu (dust collector)
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Kegiatan Penghamparan Campuran Beraspal
3) Pemasok (feeder)
Bagian ini memegang peranan yang penting dalam
menghasilkan campuran beraspal panas yang seragam. Bagian-
bagian utamanya adalah bak penampung (hopper), sayap-sayap
(hopper wings), penyalur (conveyor), pintu masukan hopper
(hopper gates), dan ulir pembagi (augers).
Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap (hopper
wings) yang dapat dilipat dan digerakkan. Sayap tersebut dilipat,
pada saat muatan campuran aspal hampir habis atau untuk
membuang sisa campuran beraspal yang sudah dingin.
Pelipatan sayap-sayap pada hopper untuk menghabiskan
campuran beraspal harus dilakukan sejarang mungkin, untuk
menghindari terjadinya segregasi.
Alat Penghampar – Bagian 1
Beberapa Catatan Penting dalam Operasional
Pavement Finisher (4)
Jumlah campuran beraspal di dalam hopper diusahakan selalu
memenuhi conveyor dengan tinggi menutupi pintu masukan
penampung (hopper gate).
Jumlah yang kurang dapat menyebabkan keseragaman tekstur
permukaan menjadi buruk, karena adanya segregasi. Untuk itu
kontinuitas kedatangan campuran aspal panas harus
diperhatikan. Kontinuitas tersebut bergantung dari kelancaran
produksi atau pengiriman campuran beraspal dan kecepatan
penghamparan.
Hopper harus dibersihkan secara rutin dari campuran aspal yang
tersisa dan telah dingin. Bahan-bahan yang telah dingin harus
dibuang di luar jalur lalu-lintas.
Beberapa Catatan Penting dalam Operasional
Pavement Finisher (5)
Di bagian bawah dari hopper terdapat conveyor dengan rantai
penarik yang bergerak secara menerus mengalirkan campuran
aspal dari hopper ke ulir pembagi (auger). Rantai penarik pada
conveyor harus masih dalam kondisi baik dan tidak aus sehingga
kontinuitas dan keseragaman aliran material terjaga.
Ulir pembagi (auger) harus dapat membagi dengan arah gerak
yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara
merata di depan screed (sepatu) dan dapat disambung. Panjang
auger dapat diperpanjang/diperpendek menyesuaikan dengan
panjang screed dan lebar penghamparan, sehingga campuran
terbagi dan teraduk secara merata. Jumlah campuran beraspal
tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak sehingga
memenuhi auger. Perubahan kuantitas campuran beraspal juga
akan mempengaruhi efektivitas kerja unit sepatu (screed). Untuk
itu kecepatan dari conveyor harus diatur sedemikian rupa
sehingga material di auger seperti yang disarankan.
Alat Penghampar – Bagian 2
Jumlah Campuran Material pada Auger
Unit Sepatu (Screed Unit)
Gaya tahanan campuran ditentukan oleh sudut yang dibentuk oleh pelat
screed dengan bidang horisontal (sudut gesek). Jika terjadi perubahan
salah satu gaya maka akan terjadi perubahan sudut pelat screed untuk
mengimbanginya, sampai tercapai kondisi keseimbangan (equilibrium).
Perubahan sudut tersebut dimungkinkan karena, pinsip screed yang
menggambang/menggantung.
Perubahan keseimbangan (equilibrium) dapat terjadi karena beberapa
faktor, seperti misalnya jika terjadi perubahan kecepatan atau
perubahan kuantitas campuran beraspal yang masuk ke pelat screed,
dan perubahan temperatur campuran beraspal.
Keseimbangan akan tercapai kembali kira-kira setelah alat penghampar
bergerak sejauh 5 kali panjang lengan penarik (tow). Sementara itu
sudut yang dibentuk antara pelat screed dengan bidang horisontal
sangat menentukan ketebalan dan tekstur campuran beraspal yang
akan dihasilkan.
Catatan Penting !(1)
Pengaruh perubahan sudut pelat sepatu (screed) dengan bidang horisontal (angle of
attack) pada tekstur dan ketebalan dari hamparan campuran aspal panas
3. Ketebalan penghamparan,