Anda di halaman 1dari 13

Menganalisa Aspek Sosiologis, Aspek

Filosofis dan Aspek Yuridis pada Perda


dan UU
Nama Kelompok :
Rara Ardia N (18010000213)
Febrina Anggraeni (18010000235)
Alip Ayuyun (18010000233)
Emiliana Niken I (18010000230)
Tedy Pradana A (18010000121)
Muhammad Reno Rivaldo M (18010000119)
Aspek Sosiologis, Aspek Filosofis dan Aspek Yuridis pada
Perda

PERATURAN DAERAH KOTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN


SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2018 LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2018

TENTANG
TENTANG
PENATAAN DAN
PENATAAN DAN
PEMBERDAYAAN PEDAGANG
PEMBERDAYAAN PEDAGANG
KAKI LIMA DENGAN RAHMAT
KAKI LIMA DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA ESA
TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LEBAK
WALIKOTA SEMARANG,
Aspek
Sosiologis
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
memenuhi kebutuhanmasyarakat dalam berbagai aspek.
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
negara.
Perda Nomor 3 Tahun 2018
Menimbang :
a. bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak dengan tetap
memperhatikan estetika, kebersihan, kesehatan dan fungsi sarana dan prasarana kawasan perkotaan serta
kelancaran lalu lintas melalui upaya penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima;
b. bahwa pedagang kaki lima merupakan salah satu bidang usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak
dalam usaha perdagangan sektor informal, perlu dilakukan pemberdayaan untuk meningkatkan dan
mengembangkan usahanya;
c. bahwa Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan
Pedagang Kaki Lima dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan
masyarakat sehingga perlu diganti dengan peraturan daerah yang baru; .
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
Perda Nomor 10 Tahun 2018
• Menimbang :
a. bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pelaku usaha perdagangan
sektor informal yang merupakan perwujudan hak masyarakat dalam
berusaha, sehingga perlu diberi kesempatan untuk berusaha guna
memenuhi kebutuhan hidupnya;
b. bahwa keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang merupakan usaha
perdagangan sektor informal, akan mempengaruhi kondisi lingkungan di
sekitarnya;
c. bahwa keberadaan Pedagang Kaki Lima perlu dikelola, ditata dan
diberdayakan sedemikian rupa agar keberadaannya memberikan nilai
tambah atau manfaat bagi pertumbuhan perekonomian dan masyarakat
tanpa mengabaikan tercipta lingkungan yang baik dan sehat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
Aspek
Yuridis
merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan
hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah,
atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa
keadilan masyarakat. 
Perda Nomor 3 Tahun 2018

Menimbang :
a. bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan kesejahteraan dan
penghidupan yang layak dengan tetap memperhatikan estetika, kebersihan,
kesehatan dan fungsi sarana dan prasarana kawasan perkotaan serta
kelancaran lalu lintas melalui upaya penataan dan pemberdayaan pedagang
kaki lima;
b. bahwa pedagang kaki lima merupakan salah satu bidang usaha ekonomi
kerakyatan yang bergerak dalam usaha perdagangan sektor informal, perlu
dilakukan pemberdayaan untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya;
c. bahwa Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 tahun 2000 tentang
Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima dipandang sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu
diganti dengan peraturan daerah yang baru;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
Perda Nomor 10 Tahun 2018

• Menimbang :
a. bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pelaku usaha perdagangan
sektor informal yang merupakan perwujudan hak masyarakat dalam
berusaha, sehingga perlu diberi kesempatan untuk berusaha guna
memenuhi kebutuhan hidupnya;
b. bahwa keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang merupakan usaha
perdagangan sektor informal, akan mempengaruhi kondisi lingkungan
di sekitarnya;
c. bahwa keberadaan Pedagang Kaki Lima perlu dikelola, ditata dan
diberdayakan sedemikian rupa agar keberadaannya memberikan nilai
tambah atau manfaat bagi pertumbuhan perekonomian dan masyarakat
tanpa mengabaikan tercipta lingkungan yang baik dan sehat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
UU Nomor 23 Tahun
2004

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam


Rumah Tangga
Aspek Filosofis
• Menimbang :
a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas
dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah
tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan
terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus
dihapus;
Maksud dalam point A dan B menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk untuk melindungi segala bentuk kekerasan terutama dalam
rumah tangga.
Aspek Sosiologi
• Menimbang :
a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa amandan bebas dari segala
bentuk kekerasan sesuai denganfalsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalamrumah tangga,
merupakan pelanggaran hak asasi manusiadan kejahatan terhadap martabat
kemanusiaan serta bentukdiskriminasi yang harus dihapus;
c. bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah
perempuan, harus mendapat perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar
terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau
perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan;
d. bahwa dalam kenyataannya kasus kekerasan dalam rumah tangga banyak
terjadi, sedangkan sistem hukum diIndonesia belum menjamin perlindungan
terhadap korbankekerasan dalam rumah tangga;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Penghapusan
Kekerasan dalamRumah Tangga;
Aspek Yuridis
• Menimbang :
a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa amandan bebas dari segala
bentuk kekerasan sesuai denganfalsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalamrumah tangga,
merupakan pelanggaran hak asasi manusiadan kejahatan terhadap martabat
kemanusiaan serta bentukdiskriminasi yang harus dihapus;
c. bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah
perempuan, harus mendapat perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar
terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau
perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan;
d. bahwa dalam kenyataannya kasus kekerasan dalam rumah tangga banyak terjadi,
sedangkan sistem hukum diIndonesia belum menjamin perlindungan terhadap
korban kekerasan dalam rumah tangga;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga;
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai