Anda di halaman 1dari 25

Nama kelompok :

KELOMPOK I
1. Ade Sintia
2. Cici Paramida
3. Dita ayu lestari
4. Dina Permatasari
5. Dini permatasari
6. Intan Safira
7. Nadia Safitri
8. Resti Azizah s
9. Wiyne emilia pransisca
10. Shindy pronika
11. Rahmadania
12. Yustina dalimunte
13. M Ananda yaniko
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
1. HARGA DIRI RENDAH
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.

2. HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL


Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan,perubahan).

Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang
sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang
yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).
ETIOLOGI HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

1. Privacy yang kurang diperhatikan


misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan / pemasangan yang tidak sopan
( pengukuran pubis, pemasangan kateter ).

2. Harapan akan struktur


Misalnya bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat / sakit /
penyakit.

3. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai


misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagi tindakan tanpa
persetujuan.
Harga diri rendah situasional biasanya terjadi karena adanya kritik dari diri sendiri
dan orang lain, yang menimbulkan penurunan produktifitas berkepanjangan, dan
dapat menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain serta dapat
menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah
terhadap orang lain, dan selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri.
Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan mengisolasi diri dari orang
lain dan akan muncul perilaku menarik diri .
MANIFESTASI KLINIS HDR SITUASIONAL
DATA SUBYEKTIF
1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
2. Mengungkapkan/ menjelek-jelekkan diri
3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya,
ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan)
4. Menolak penilaian positof tentang diri sendiri
DATA OBYEKTIF
1. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan
hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
2. Kesulitan dalam membuat keputusan
3. Mengevaluasi diri seperti tidak mampu untuk mengatasi
permasalahan/ situasi
Menurut Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda
dan gejala harga diri rendah situasional yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri.

b. Perasaan tidak mampu.

c. Pandangan hidup yang pesimis.

d. Penurunan produktivitas.

e. Penolakan terhadap kemampuan diri.


TANDA DAN GEJALA YANG DAPAT DI KAJI :
1. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya
malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis
seperti kanker.

2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya jika klien kerumah sakit maka klien akan menyalahkan
dan mengejek diri sendiri.

3. Merendahkan martabat.
Mis: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.

4. Percaya diri kurang.


Klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin klien memilih alternatif tindakan.

5. Gangguan hubungan sosial.


Mis: menarik diri, klien tidak mau bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.
6. Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dengan harapan yang suram mungkin klien
ingin mengakhiri kehidupan.

7. Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.

8. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.

9. Keluhan fisik

10. Penolakan terhadap kemampuan personal


MEKANISME KOPING
• Mekanisme koping merupakan upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan
stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri ( Stuart,
2006 ).

• Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Mekanisme koping pada Pertahanan jangka pendek :
1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
(misalnya menonton konser musik, menonton televisi secara obsesif ).

2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara


( misalnya ikut serta dalam kegiatan sosial, agama, politik, kelompok, gerakan,
atau geng ).

3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang


tidak menentu
(misal : olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas).

4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di


luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya: penyalahgunaan obat).
Mekanisme koping pada Pertahanan jangka panjang :

1. Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.

2. Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.

3. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, “ disosiasi, isolasi,


proyeksi, pengalihan ( displacement ), Splitting, berbalik marah terhadap diri
sendiri, dan amuk.
FASE-FASE KEHILANGAN
1. DENIAL ( PENOLAKAN)
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap
kehilangan/individu tidak percaya. Menolak atau tidak menerima
kehilangan yang terjadi. Pernyataan yang sering diucapkan adalah “ itu
tidak mungkin”, “saya tidak percaya” seseorang yang mengalami
kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya, tetap merasa
bahwa orang tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami halusinasi,
melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa
digunakan atau mendengar suaranya.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan :
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan

2. Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang mengalami
kehilangan

3. Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan

4. Beri dukungan kepada klien secara non verbal


seperti : memegang tangan, menepuk bahu atau merangkul klien

5. Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan alasan untuk mengatasi.

6. Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang sakit, pengobatan dan
kematian tanpa membantah klien

7. Memperhatikan kebutuhan dasar klien


2. Anger (Marah)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada
orang yang berada di lingkungannya. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini
antara lain, muka merah, nadi cepat, susah tidur, tangan mengepal seperti ingin
memukul, dan perasaan agresif.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan :

1. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan


kemarahannya secara verbal tanpa melawan kemarahannya.

2. Jelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan klien sebenarnya tidak ditujukan


kepada mereka.

3. Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien.

4. Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya.

5. Bantu klien menguatkan sistem pendukung dari orang lain.

6. Ajarkan teknik asertif.


3. Bargaining (Tawar-menawar)

Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangannya, maka
orang tersebut akan maju ke tahap tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan,
individu ingin menunda kehilangan dengan berkata “seandainya saya hati-hati” atau
“kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa”.

Tindakan keperawatan :

• Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.


• Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata.
• Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan.
4. Depresi

Individu yang berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan merupakan


keadaan nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau
berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis.

Tindakan keperawatan :
1. Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri.
2. Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
3. Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk meningkatkan harga
diri klien.
4. Beri kesempatan klien untuk menangis dan mengungkapkan perasaan.
5. Acceptance (Penerimaan)

Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya : “ya, akhirnya
saya harus dioperasi “, “apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh”,
tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih normal.
Secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru, dan pikiran yang
selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Jadi individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, dapat
mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas.

Tindakan keperawatan :
1. Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara teratur.
2. Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang.
3. Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti penyebab
kematian.
KOMPLIKASI
1. Isolasi sosial
2. Perilaku kekerasan
3. Halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan
Waham
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Adapun isi dari
pengkajian tsb adalah :
1. Identitas klien
2. Alasan masuk
3. Faktor predisposisi (faktor yang meliputi harga diri meliputi penolakan, kegagalan) dan
faktor pencetus ( berasal dari sumber internal dan eksternal, seperti trauma, performa
peran, identitas pribadi)
4. Pemeriksaan fisik
5. Psikososial ; konsep diri, gambaran diri, identitas diri, fungsi peran, ideal diri, harga diri,
hubungan sosial, spiritual, dan status mental.
6. Tingkat kesadaran
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Batasan karakteristik :
⁃ Tidak berdaya, perilaku bimbang, perilaku tidak asertif, tanpa tujuan, ungkapan negatif
tentang diri, tantangan situasi terhadap harga diri, meremehkan kemampuan menghadapi
situasi
• Faktor yang berhubungan :
⁃ Gangguan citra tubuh, gangguan peran sosial, perilaku tidak konsisten dengan nilai,
penurunan kontrol terhadap lingkungan, ketidakadekuatan pemahaman, pola
ketidakberdayaan, harapan diri tidak realistik
• Populasi beresiko :
⁃ Transisi perkembangan, riwayat pelepasan, riwayat penyiksaan, riwayat kehilangan,
riwayat pengabaian, riwayat penolakan, pola kegagalan.
• Kondisi terkait :
- Gangguan fungsi
- Penyakit fisik
(NANDA 2018-2020)

Misal :
- Gangguan konsep diri b.d harga diri rendah situasional
- Koping individu tidak efektif b.d harga diri rendah situasional
Pohon diagnosis

Keputusasaan
Dampak (efek)
Ketidakberdayaan

Harga diri rendah Masalah utama


situasional

Ketidakefektifan Gangguan citra Gangguan identitas Penyebab


koping tubuh personal (Causa)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa : harga diri rendah situasional


Tujuan :
- Jangka panjang : harga diri klien meningkat dalam menghadapi masalah berat yang bersifat tiba-
tiba datang diri klien
- Jangka pendek :
- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Klien dapat menilai kemampuan yang dapt digunakan
- Klien dapt menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
- Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
- Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatih
Intervensi :
- Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
- Membantu klien menilai kemampuan yang digunakan, seperti : mendiskusikan kemampuan yang
masih dapat digunakan saat ini, perlihatkan respon yg kondusif & menjadi pendengar yg aktif.
- Membantu klien memilih /menetapkan kegiatan sesuai kemampuan
- Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai dengan kemampuan
- Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai