Anda di halaman 1dari 56

1

KEGAWATDARURATA
N PSIKIATRI
2

Definisi Kegawatdaruratan Psikiatri

• Kondisi ditandai  Gangguan pada pikiran, perasaan, dan perilaku


• Memerlukan perhatian dan intervensi terapeutik segera
• Termasuk kondisi yang berhubungan dengan gaduh gelisah (agitasi, agresif,
perilaku kekerasan) dan percobaan bunuh diri.
• Agitasi
• Agresif
• Kekerasan (violence)
• Percobaan Bunuh Diri
5 HAL SEBELUM PENANGANAN GAWAT
4

DARURAT PSIKIATRI

• KEAMANAN PASIEN dan PETUGAS


• MASALAH MEDIK ATAU PSIKIATRIK
• PSIKOSIS
• SUICIDAL ATAU HOMICIDAL
• KEMAMPUAN MERAWAT DIRI SENDIRI
Pemeriksaan dan Tim Kegawatdaruratan
5

Pemeriksaan Tim kegawatdaruratan


 Tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, dll)
 PF dan neurologik – tanda vital utama
 Tenaga keamanan (satpam, hansip, pamong praja,
 Pemeriksaan status mental keamanan desa, dll) yang telah dilatih untuk
 Pemeriksaan penunjang bila diperlukan dan melakukan manajemen gaduh gelisah
tersedia, terutama pada pasien yang berusia di atas  Tokoh masyarakat (Lurah/Kepala Desa, RT, RW,
40 tahun (skrining toksikologi, EKG, rontgen, tokoh agama, tokoh wanita) yang telah dilatih
laboratorium) untuk melakukan manajemen gaduh gelisah
6

Alat dan Obat

Alat
1. Alat fiksasi fisik untuk tangan dan kaki

2. Jaket fiksasi
3. Alat injeksi – spuit 3 cc
OBAT
4. Obat oral  Haloperidol, klorpromazin, diazepam
5. Obat injeksi  Haloperidol injeksi, diazepam injeksi, klorpromazine injeksi,
sulfas atropine
7

Penatalaksanaan
Pasien dengan Gaduh
Gelisah
8

Tanda dan Gejala

• Aktivitas motorik berlebihan, tidak • Iritabilitas yang dapat meningkat


sesuai dan tidak bertujuan intensitasnya Perilaku yang
• Menyerang mengancam
• Kontrol impuls yang buruk
• Ketidakmampuan untuk menilai situasi
dengan baik
• Postur tegang dan condong ke depan
• Isi pembicaraan berlebihan dan bersifat
• Merusak lingkungan menghina
• Mata melotot • Tekanan suara keras dan menuntut
• Ketakutan/anxietas yang berat • Marah-marah
• Dendam
• Merasa tidak aman
9

Wawancara

• Bila membawa senjata tajam  Yakinkan pasien dalam keadaan aman dan secara perlahan diminta
untuk meletakkan senjatanya
• Identifikasi kemungkinan penyebab
 Kondisi organik (demam, kejang/epilepsi, trauma kepala, keganasan, kesadaran yang
menurun, kepikunan progresif pada orang tua), dan penggunaan zat psikoaktif dan
alcohol)
 Kondisi mental, ada atau tidaknya gangguan jiwa (gangguan psikotik, gangguan suasana
perasaan (mood), gangguan ansietas, gangguan kepribadian)
• Kaji riwayat penyakit dan riwayat pengobatan medis dan psikiatrik sebelumnya
10

Pemeriksaan

Fisik Penunjang
a. Darah perifer lengkap
a. Riwayat penyakit medic : pemeriksaan fisik b. urinalisa lengkap
terutama kesadaran dan tanda vital serta c. Elektrolit
pemeriksaan neurologis
d. gula darah
b. Riwayat penggunaan obat, zat psikoaktif,
e. fungsi hati
dan alkohol
f. fungsi ginjal
c. Riwayat penyakit psikiatrik : pemeriksaan
status mental dan riwayat psikososial g. radiologi, dan
h. EKG (jika tersedia, terutama pada pasien
berusia di atas 40 tahun).
11

Diagnosis Banding

a. Gangguan mental organik  Delirium, demensia, gangguan perilaku


organic
b. Gangguan akibat penyalahgunaan zat psikoaktif dan alkohol
c. Gangguan psikotik  Psikotik akut dan skizofrenia, termasuk kondisi yang
terjadi akibat efek samping obat misalnya akatisia.
d. Gangguan depresi dan gangguan mania.
e. Gangguan anxietas  Gangguan panik, gangguan kesurupan.
f. Gangguan kepribadian  Gangguan kepribadian histrionik/histerikal,
gangguan kepribadian ambang.
Tatalaksana
12

Note:
• Haloperidol tab 2 x 2,5 mg (untuk pertama
kali) atau haloperidol tab 2 x 5 mg atau
disesuaikan dosis efektif sebelumnya
• Diazepam tab 2-5 mg / lorazepam 1-2 mg
• Haloperidol IM 2,5-10 mg (dapat diulang /
30 min)
• Diazepam IV/IM 10 mg (bisa diulang / 30
min)  Dosis maks 20mg
13

Restraint

• Lakukan informed consent secara lisan dan tuliskan di dalam status pasien.
• Jelaskan tindakan yang akan dilakukan, bukan sebagai hukuman tapi untuk mengamankan pasien, orang
lain dan lingkungan dari perilaku pasien yang tidak terkontrol.
• Siapkan ruang isolasi/alat pengikat (restraint) yang aman
• Lakukan kontrak/kesepakatan untuk mengontrol perilakunya.
• Pilih alat pengikat yang aman dan nyaman.
• Pengikatan dilakukan oleh min 4 orang; 1 memegang kepala pasien, 2 orang memegang ekstremitas atas
dan 1 memegang ekstremitas bawah.
• Pengikatan dilakukan di tempat tidur dengan posisi terlentang, kedua kaki lurus, satu lengan di samping
badan, satu lengan ke arah kepala.
• Ikatan sebaiknya tidak terlalu kencang, juga tidak longgar  Mencegah cedera.
• Beri bantal di daerah kepala.
14

Restraint
 Lakukan observasi setiap 30 menit. Hal-hal yang perlu diobservasi:
• tanda-tanda vital
• tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan proses pengikatan
• nutrisi dan hidrasi
• sirkulasi dan rentang gerak ekstremitas (kuat lemahnya ikatan)
• higiene
• status fisik dan psikologis
• kesiapan klien untuk dilepaskan dari pengikatan
Restraint
• Lakukan perawatan pada daerah pengikatan, pantau kondisi kulit yang diikat
(warna, temperatur, sensasi), lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat
secara bergantian setiap dua jam, lakukan perubahan posisi pengikatan.
• Libatkan dan latih pasien untuk mengontrol perilaku.
• Kurangi pengekangan secara bertahap
• Jika pasien sudah mulai dapat mengontrol perilakunya, maka pasien dapat
dicoba untuk berinteraksi tanpa pengikatan. Terlebih dahulu membuat
kesepakatan yaitu jika kembali perilakunya tidak terkontrol  Akan
diisolasi/dilakukan pengikatan kembali.
16

Penatalaksanaan
Pasien dengan Risiko
dan Tindakan Bunuh
Diri
17

Definisi

 Segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan


dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh
seseorang yang tahu akan akibatnya.
TANDA DAN GEJALA

Pasien mungkin datang dengan: • Kehilangan nafsu makan, BB • Sedih


menurun
1. Ancaman untuk melukai/bunuh • Tidak ada harapan
diri • Keluhan kesehatan fisik
• Tidak tertolong
2. Mencari jalan untuk bunuh diri  Tanda Perasaan
obat-obatan, senjata
• Putus asa
3. Bicara/menulis sesuatu tentang
• Marah
kematian, sekarat, atau bunuh diri
• Rasa bersalah
Tanda Fisik
• Tidak berarti
• Tidak memedulikan penampilan
diri • Kesepian

• Kehilangan hasrat seksual


• Gangguan tidur
TANDA DAN GEJALA

Tanda Pikiran Tanda Perilaku • Melukai diri


• Menarik diri • Mengembalikan semua barang-barang,
• “Saya tidak membutuhkan apa-apa lagi”
mengubah surat wasiat, menitipkan hal-
• Tidak tertarik dengan hal-hal yang dulu hal yang dicintai
• “Saya tidak bisa berbuat apapun yang
disukai
baik”
• Penyalahgunaan alkohol/zat
• “Saya berharap saya mati”
• Perilaku tidak menentu
• “Segalanya akan lebih baik tanpa saya” • Perubahan perilaku drastic
• “Semua masalah saya akan berakhir • Impulsif
secepatnya”
• “Tidak ada yang dapat menolong saya”
Jenis Perilaku Bunuh Diri

1. Ancaman bunuh diri

2. Isyarat/gelagat

3. Percobaan bunuh diri


21

Wawancara

1. Lakukan wawancara untuk mengkaji kemungkinan penyebab


a. Penyakit fisik  Epilepsi, tumor, penyakit Alzheimer, multiple sklerosis, trauma,
keganasan terutama di kepala dan leher, penyakit autoimun, penyakit ginjal,
sindroma nyeri kronik dan HIV/AIDS
b. Riwayat Gangguan Jiwa dan Komorbiditas Gangguan Jiwa
Pikiran dan perilaku bunuh diri seringkali ditemukan pada seseorang dengan
gangguan jiwa  Gangguan depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan stres
pasca trauma, ansietas, gangguan penyalahgunaan zat, dan gangguan kepribadian
seperti gangguan kepribadian antisosial dan gangguan kepribadian ambang
2. Lakukan wawancara kaji faktor risiko dan faktor protektif
Faktor Resiko Bunuh Diri

• Adanya ide, rencana, dan akses ke alat-alat saat ini


• Riw. Percobaan bunuh diri/melukai diri sendiri
• Riw. Keluarga dengan bunuh diri
• Penyalahgunaan alkohol/zat psikoaktif
• Riw. Gangguan jiwa saat ini/sebelumnya
• Kehilangan (fisik, keuangan, personal)
• Masalah yang berkepanjangan
• Umur (usia lanjut dan dewasa muda), jenis kelamin (laki-laki), tidak menikah, hidup sendiri
• Masalah komorbiditas kesehatan
• Riw. Diperlakukan salah dan kekerasan  fisik, seksual, emosional
FAKTOR PROTEKTIF

 Dukungan sosial yang positif


 Spiritualitas
 Tanggungjawab pada keluarga, aset ekonomi
 Memiliki anak/hamil
 Kepuasan hidup
 Memiliki kemampuan membedakan mana yang nyata dan tidak
 Memiliki hobi, aktivitas rekreasional
 Hubungan terapeutik yang positif
STRATEGI
24

Pemeriksaan Fisik MANAGEMENT

Lakukan PF cari kemungkinan tanda-tanda:


1. Diagnosis dan gangguan
a. Sayatan pada pergelangan tangan. psikiatrik
b. Luka tusuk di dada atau abdomen
2. Penilaian risiko bunuh diri
c. Luka tembak
d. Jejas bekas gantung diri 3. Penanganan khusus untuk
e. Luka memar akibat jatuh atau membentur benda
menurunkan kecenderungan
keras usaha bunuh diri
f. Bau muntah racun serangga
g. Tanda-tanda Intoksikasi obat-obatan tertentu
Kemungkinan Diagnosis Utama

a. Gangguan mental organik akibat penyakit infeksi, trauma, keganasan, vaskular,


metabolic endokrin, kongenital herediter, degeneratif autoimun
b. Gangguan akibat penyalahgunaan zat dan alkohol
c. Gangguan psikotik
d. Gangguan mood baik gangguan depresi maupun gangguan afektif bipolar
e. Gangguan neurotik seperti gangguan stres pasca trauma, gangguan panik
f. Gangguan kepribadian seperti gangguan kepribadian antisosial dan gangguan
kepribadian ambang
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Bunuh
Diri
Manajemen Mencegah Percobaan Bunuh Diri Berikutnya

• Awasi, jangan biarkan pasien sendiri


• Simpan benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
• Bila pasien minum obat psikiatri  Pastikan diminum
• Buat kontrak dengan pasien
• Tegakkan hubungan saling percaya dengan pasien
• Jangan menghakimi perilaku pasien
• Tingkatkan harga diri pasien  Beri kesempatan cerita aspek positif
• Kerahkan dukungan keluarga/orang terdekat
• Ajak pasien mengenali potensi penyelesaian masalah yang selama ini efektif
• Memperkenalkan cara penyelesaian masalah lain yang lebih baik
Tindak Lanjut/Rujukan

• Pasien tidak memiliki keluarga/keluarga tidak mampu merawat di rumah  Hospitalisasi.

• Perlu diinformasikan apa saja yang akan dilakukan di tempat rujukan  Kemungkinan pemberian
obat, psikoterapi, perawatan lanjutan

• Pasien/keluarga menolak  Informed consent dan diinformasikan tindakan yang dilakukan di


rumah
29

Penatalaksanaan
Pasien dengan
Delirium
Acute Confusional State (ACS)
30

Tanda dan Gejala

• Perubahan kesadaran, fluktuatif dalam 1 hari (biasanya memberat pada malam hari)
• Gangguan pemusatan, pertahanan dan pengalihan perhatian
• Gangguan orientasi waktu, ruang dan bila berat disertai gangguan orientasi orang
• Halusinasi, biasanya visual (lihat) atau olfaktorik (penciuman)
• Hiperaktivitas atau hipoaktivitas motorik
• Gangguan siklus tidur
• Inkoherensi
• Onset akut
• Adanya penyakit fisik
31

Faktor-Faktor

Risiko / Predisposisi Pencetus / Presipitasi


• Usia lanjut • Efek samping obat (antikolinergik)
• Demensia • Intoksikasi atau gejala putus penggunaan Napza
• Polifarmasi • Infeksi
• Gangguan penglihatan/pendengaran • Trauma kepala
• Dehidrasi • Gangguan metabolik: dehidrasi, gangguan elektrolit,
malnutrisi, ensefalopati hepatikum/uremikum
• Gangguan ginjal kronik
• Gangguan vaskular: stroke, gagal jantung,
• Gangguan neurologis
hipovolemia, aritmia
• Gangguan fungsional/disabilitas fisik • Gangguan endokrin
Penilaian 32

1. Pasien mengalami perubahan mendadak: Fungsi fisik (↓mobilitas, perubahan nafsu makan, sulit tidur, gelisah), kognitif
(bingung, sulit konsentrasi, respons lambat), persepsi (halusinasi visual/auditorik), perilaku sosial (tidak kooperatif), cek faktor
risiko predisposisi
2. Pemeriksaan
• Fisik (status generalis, status neurologis)
• Penunjang (darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit, kimia darah, urinalisis, EKG, dan foto toraks)
3. Untuk membantu menegakkan diagnosis delirium Instrumen CAM (Confusion Assessment Method), yaitu:
a. Adanya awitan akut dan perjalanan penyakit berfluktuasi DAN
b. Inatensi DISERTAI
c. Disorganisasi proses pikir ATAU
d. Perubahan tingkat kesadaran
4. Sifat delirium yang fluktuatif Pemeriksaan dilakukan serial/beberapa kali dengan info dari berbagai sumber (keluarga,
perawat, dll).
33

Tatalaksana
1. Atasi kondisi medis yang diduga mencetuskan delirium
2. Bila pasien gelisah hingga membahayakan diri/orang lain atau mengganggu jalannya
pengobatan Berikan obat antipsikotik dosis rendah per oral (Haloperidol 0,5 mg
tiap 4-6 jam dapat ditingkatkan maks 10 mg per hari). Untuk lansia dosis maks 3 mg
per hari.
3. Tidak memungkinkan pemberian per oral Injeksi Haloperidol 2,5 mg IM, dapat
diulang setelah 30 menit. Dosis maks dewasa 10 mg per hari. Dosis maks lansia 5
mg per hari. Hindari pemberian benzodiazepin (kecuali pada delirium yang
disebabkan oleh penggunaan alkohol).
4. Setelah gaduh gelisah teratasi dan pasien stabil, segera rujuk ke RS Umum dengan
ICU (jika diperlukan) untuk penanganan lebih lanjut.
34

Penatalaksanaan
Pasien dengan
Demensia
35

Tanda dan gejala

 Agitasi fisik non agresif: ↑aktivitas motorik yang tidak bertujuan,


cemas/khawatir ditinggal, mondar mandir.
 Agresivitas verbal: marah-marah tanpa sebab yang jelas, berteriak,
mengancam.
 Agresivitas fisik, perilaku kekerasan (violence): menyerang orang
lain, merusak barang.
 Halusinasi atau ilusi: terutama visual.
 Waham – paranoid (curiga, cemburu), misidentifikasi, diabaikan.
36

Wawancara

 Tanya keluarga/pelaku rawat apakah pernah berobat untuk demensia (kepikunan)/adakah tanda dan gejala demensia
yang menyebabkan pasien mengalami kesulitan menjalankan fungsinya sehari-hari.
 Perhatikan perilaku pasien, adakah tanda-tanda berikut:
a. Tampak bingung/disorientasi
b. Banyak menjawab “tidak ingat/tidak tahu”
c. Meminta keluarga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya
d. Kesulitan menemukan kata, menggunakan kata yang tidak tepat/tidak dipahami
e. Kesulitan mengikuti pembicaraan
 Lakukan pemeriksaan status mental & kognitif serta status fungsional
 Lakukan anamnesis singkat pada pasien dan/atau keluarga dengan fokus pada kemungkinan penyebab agitasi pada
demensia (delirium, nyeri, penggunaan zat/obat, masalah psikososial, sindrom neuropsikiatrik, atau akibat langsung
demensia)
37

Tatalaksana

Rujuk ke psikiater geriatri atau


rawat inap bila:
a. Gangguan perilaku berat
sehingga membahayakan
pasien dan pelaku rawat
b. Tidak ada pelaku rawat
yang bisa mengawasi dan
melaporkan kemajuan
pasien
c. Ada efek samping obat
d. Respons tidak adekuat
dengan dua atau lebih obat
38

Penatalaksanaan Pasien
dengan Penyalahgunaan
Napza
Kegawatdarutan penggunaan Napza

• Gangguan fisik, psikologik dan perilaku disebabkan kondisi intoksikasi dan putus penggunaan narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lainnya (Napza). Intoksikasi  Kumpulan gejala disebabkan penggunaan Napza dalam dosis cukup tinggi;

• Gejala Putus Zat (Withdrawal)  Kumpulan gejala yang terjadi setelah menghentikan/mengurangi penggunaan Napza,
sesudah penggunaan berulang kali, biasanya berlangsung lama dan atau dalam jumlah yang banyak
• Zat Adiktif yang sering dikonsumsi untuk Abuse/Ketergantungan

 Opiat  morfin, heroin/putaw

 Amfetamin  shabu, ekstasi, inex

 Cannabis  ganja, hashis, marijuana

 Alkohol
TAHAP PEMAKAIAN TANDA DAN GEJALA

1. Eksperimental  taraf coba-coba saja. Pasien mungkin datang dengan:


2. Situasional/Rekreasional/Sosial  pada  Keluhan perilaku gaduh gelisah
saat tertentu saja (pesta, hari libur, dll)
 Tanda dan gejala gangguan fisik
3. Adiksi  pemakaian rutin setiap hari,
dosis terkendali  Percobaan bunuh diri

4. Kompulsi  pemakaian setiap hari,  Penurunan kesadaran


frekuensi makin sering, dosis makin tinggi
Penilaian
1. Anamnesis  tanda dan gejala, waktu timbul gejala, perilaku yang menyertai, intensitas dan
frekuensi gejala, gejala yang mengarah pada gg organik (demam, kejang, trauma), penggunaan
Napza (jenis, lama penggunaan, toleransi dosis, gejala putus zat, pengobatan sebelumnya)

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan status mental

4. Pemeriksaan penunjang  darah lengkap, urin, LFT, Ur/Cr


OPIOID

INTOKSIKASI LEPAS ZAT

 Analgesia  Lakrimasi

 Mengantuk  Pilek

 Mual, muntah  Insomnia

 Miosis  Badan sakit, ngilu

 Fungsi napas terganggu  Diare


Intoksikasi Opioid Putus Zat Opioid

 Nalokson 0,2 – 0,4 mg (1cc) atau 0,01 mg/kgBB


Terapi simptomatik
IV/IM/SC  belum berhasil  diulang setelah 3-10
menit sampai 2-3 kali dan pasien dipantau selama 24  Nyeri  tramadol, ibuprofen, dll
jam
 Gelisah  diazepam 3x5 mg PO atau
 Tidak ada nalokson  terapi simptomatik
haloperidol 2x2-5 mg PO
 Mengatasi penyulit sesuai dengan kondisi klinis
 Insomnia  lorazepam, nitrazepam
 Kondisi fisik membutuhkan perawatan intensif 
rujuk
Amfetamin

Intoksikasi INTOKSIKASI
 Mood meningkat  Insomnia/hipersomnia • Suhu naik  kompres
• Tempatkan pada
air hangat
 Energi meningkat  Depresi suasana tenang
• Cegah kejang 
 Iritable  Mimpi buruk diazepam 10-30 mg PO
• Tidur  diazepam
diulang 15-20 menit
Letih lesu 3x5 mg
 Insomnia  • Gejala psikotik 
haloperidol 3x2,5-5 mg
 Demam  Keinginan konsumsi
• Takikardi 
PUTUS ZAT
stimulansia yang kuat propranolol 10-20 mg

Lepas Zat
Kanabis
Intoksikasi Lepas Zat INTOKSIKASI PUTUS ZAT
• Euforia • Flu-like syndrome • Ciptakan suasana tenang • Ciptakan suasana tenang
• Ajak bicara tentang apa • Ajak bicara tentang apa
• Cemas • Gelisah, anxietas
yang dialami yang dialami
• Napsu makan • Depresi, bingung • Jelaskan kondisi ini • Jelaskan kondisi ini
sementara  4-8 jam akan
meningkat sementara  4-8 jam
• Sensitif, fotofobia menghilang
akan menghilang
• Gelisah • Diazepam 10-30 mg PO
• Diare, tremor • Diazepam 10-30 mg PO
diulang setiap jam bila
perlu diulang setiap jam bila
• Halusinasi perlu
• Insomnia
• Gejala psikotik menonjol
• Jarang terjadi  haloperidol 1-2 mg PO • Gejala psikotik menonjol
 haloperidol 1-2 mg PO
Alkohol
Intoksikasi Lepas Zat INTOKSIKASI • PUTUS ZAT
• Fungsi kognitif Gelisah  gol.
• Kejang nyata • Hipoglikemia  Benzodiazepin (diazepam 5
dan motorik
kacau Dextrose 40% 50 ml mg IM/IV)
• Delirium
• Gelisah  antipsikotik • Kejang  gol.
• Percaya diri • Halusinasi
haloperidol 5 ml IM Benzodiazepin (diazepam 5
berlebihan
• Tremor mg IV perlahan)
dapat diulang tiap 30
• Gangguan mood • Thiamine 100 mg + 4 mg
• Takikardi menit (maks 30
• Ambang sakit mg/hari) MgSO4 dalam 1 L 5%
meningkat • Hipotensi ortostatik Dextrose/normal saline
• Inj. Thiamine 100 mg IV selama 1-2 jam
• Hipotermi • Lemas
 profilaksis Wernicke • Delirium tremens  rujuk
• Kesadaran encephalopathy
menurun • Kesadaran menurun 
rujuk
48

Penatalaksanaan Pasien dengan Psikotik


49

Tanda dan Gejala

• Agitasi psikomotor yang progresif – meningkatnya aktivitas motorik yang tidak bertujuan secara
progresif, mondar mandir, disertai dengan rasa kecemasan.
• Agresivitas verbal – marah-marah tanpa sebab yang jelas, mengancam.
• Agresivitas fisik, perilaku kekerasan (violence) – memukul/menyerang orang lain,
merusak/melempar barang.
• Halusinasi, terutama halusinasi dengar. Pasien dapat tampak berbicara kepada “seseorang” yang
tidak dilihat keberadaannya oleh orang lain. Risiko perilaku kekerasan semakin mengancam jika
halusinasi dengar berupa command hallucination  Mengendalikan/memerintahkan pasien untuk
melakukan perilaku kekerasan tersebut.
• Waham, terutama waham kejar yang kuat, disertai sikap bermusuhan (paranoid), waham kendali,
waham pengaruh, dan waham kebesaran.
50

Penilaian
Wawancara
• Lakukan prinsip wawancara kegawatdaruratan psikiatri.
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
• Wawancara pada pasien dengan waham kejar dan paranoid yang
kuat: tetap hargai dan sopan dalam wawancara, tetap jaga dalam  Lakukan pemeriksaan fisik dan
suasana yang formal. Kalimat singkat mudah dipahami, kendalikan
penunjang sesuai pemeriksaan
situasi, bersikap tenang namun tegas. Yakinkan bahwa ia berada di
kegawatdaruratan psikiatrik pada
tempat yang aman, tenaga kesehatan akan melindungi pasien dari
pasien gaduh gelisah
kemungkinan melukai diri sendiri maupun dari orang lain.
• Jaga keamanan diri pewawancara
• Singkirkan kemungkinan penyebab organik dan penyalahgunaan
napza
51

Diagnosis Banding

• Gangguan mental organik (delirium, dementia, dan


epilepsi) dengan psikotik
• Gangguan penyalahgunaan napza dengan gejala
psikotik
• Gangguan psikotik akut dan sementara
• Gangguan depresi dengan gejala psikotik
• Gangguan bipolar mania dengan gejala psikotik
• Skizofrenia dan skizoafektif
52

Tatalaksana
53

Sindrom Neuroplastik
Maligna
54

Tanda dan Gejala

• Demam • Penurunan kesadaran


• Kekakuan otot yang parah • Takikardi,
• Diaforesis • Tekanan darah labil
• Disfagia • Keringat berlebihan
• Tremor
• Inkontinensia
Evaluasi dan penatalaksanaan

• Hentikan pemberian antipsikotik segera


• Monitor tanda-tanda vital
• Lakukan pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, kimia darah)
• Turunkan suhu dengan kompres ice bath / cooling bath
• Hidrasi cepat intravena dapat mencegah terjadinya renjatan
 Farmakoterapi : Amantadine 200-400 mg/hari dalam dosis terbagi
 Bromocriptine 2,5 mg, 2-3x/hari
 Levodopa 50-100 mg/hari iv
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai