Anda di halaman 1dari 35

Pemeriksaan Gerakan Bola Mata, Binokuler,

Strabismus, Buta Warna dan Amsler

Kurnia Utaminingsih
20204010047
Pemeriksaan Gerakan Bola Mata

Tujuan pemeriksaan  untuk memeriksa kekuatan otot-otot


penggerak bola mata. Adanya kelemahan, paresis atau kelumpuhan
yang dapat menyebabkan hambatan pada otot mata dapat
ditemukan dengan pemeriksaan ini.
Dalam setiap mata terdapat 6 otot penggerak bola mata, yang terdiri dari 4
musculi recti dan 2 musculi oblique, yaitu :
1. m. Rektus Inferior (RI) : dipersarafi N. III  fungsi menggerakan bola mata
depresi
2. M. Rektus Lateral (RL) : dipersarafi N. VI  fungsi abduksi bola mata
3. M. Rektus Medius (RM) : dipersarafi N. Medius  fungsi aduksi bola mata
4. M. Rektus Superior (RS) : dipersarafi N. III  fungsi elevasi dan intorsi bola
mata

5. m. Oblikus Inferior (IO) : dipersarafi N. III  menggerakan mata keatas,


abduksi dan ekstorsi
6. m. Oblikus Superior (SO) : dipersarafi N.IV  fungsi depresi, abduksi dan
instorsi
Langkah-Langkah Pemeriksaaan :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
3. Berikan instruksi kepada pasien dengan jelas dan sopan
4. Mintalah pasien duduk dihadapan petugas pada jarak jangkauan tangan ( 30- 50 cm )
5. Mintalah pasien untuk memandang lurus kedepan
6. Arahkan penlight kea rah mata pemeriksa dari arah tengah.
7. Minta pasien untuk mengikuti arah gerakan penlight.
8. Pemeriksa melakukan pemeriksaan gerakan bola mata dengan menggerakkan
penlight ke 8 arah. (total 9 posisi dengan posisi primer (tengah)
9. Nilai adanya hambatan pada tiap gerakan bola mata.
10. Informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat
11. Cuci tangan
Analisa Hasil Pemeriksaan
Apabila terdapat hambatan pergerakan bola mata, maka dapat dinilai dengan
grading 1- (hambatan ringan) s.d. 4- (hambatan total)

Pergerakan bola
mata normal
Gangguan Pergerakan Bola Mata

1. Diplopia
Tidak sejajarnya aksis visual kedua bola mata akan menyebabkan bayangan jatuh
di kedua retina pada daerah nonkoresponden  menimbulkan diplopia
binokular, artinya kalau satu mata ditutup, maka diplopia hilang
2. Kebingungan pandangan (visual confusion)
Pada ketidaksejajaran kedua aksis visual dapat menyebabkan kedua makula
secara serentak melihat obyek atau area yang berbeda  menyebabkan
kebingungan visual. Pasien akan mengeluh bahwa bayangan obyek yang diminati
diganggu oleh latar belakang yang tidak diinginkan.
3. Penglihatan Kabur
Tidak sejajarnya sumbu visual juga dapat menyebabkan kabur. Disebabkan bayangan obyek ditangkap
di kedua retina pada daerah nonkoresponden tetapi jaraknya sangat dekat.
4. Vertigo
Pasien yang mengalami ketidakseimbangan verstibular akan mengeluh ketidakseimbangan atau
unsteadiness (bergoyang) dan terutama adalah vertigo. Vertigo adalah sensasi ilusi gerak pada dirinya
sendiri atau sekitarnya.
5. Osilopsia
Osilopsia adalah gerakan ilusi bolak-balik alam sekitarnya yang bisa horizontal, vertikal, torsional, atau
gabungan. Osilopsia bisa disebabkan oleh fiksasi yang tidak stabil. Apabila osilopsia timbul atau
bertambah berat saat menggerakkan kepala, maka osilopsia ini disebabkan oleh gangguan vestibuler.
6. Tilt (persepsi miring)
Persepsi tilt (miring atau menceng) adalah perasaan bahwa tubuh atau lingkungan mengalami rotasi.
Keluhan ini biasanya karena gangguan organ otolit, baik oleh gangguan sentral maupun perifer.
Pemeriksaan Binokuler

• Pada penglihatan binokuler yang normal, bayangan dari objek


yang menjadi perhatian jatuh pada kedua fovea mata. Implus akan
berjalan sepanjang optic pathway menuju cortex occipitalis dan
diterima sebagai bayangan tunggal
• Mata akan searah bila dapat mempertahankan fusi kedua mata
• Fusi  kemampuan otak untuk membuat satu bayangan gambar
yang berasal dari kedua mata
• Fusi  akan hilang bila penglihatan satu mata tidak ada
Syarat terjadi penglihatan binokuler normal :
1. Tajam penglihatan kedua mata sesudah dikoreksi tidak jauh berbeda
2. Otot-otot ekstra okuli kedua bola mata (masing-masing 6 otot)
dapat berkerja sama dengan baik
3. SSP baik  sanggup menfusi/ mensintesa 2 bayangan dari kedua
retina menjadi satu bayangan tunggal
Patogenesis
• Bila terdapat satu/ lebih otot mata yang tidak dapat mengimbangi
gerak otot-otot lainnya maka akan terjadi gangguan keseimbangan
gerak kedua mata. Sumbu penglihatan akan menyilang, mata menjadi
strabismus dan penglihatan menjadi ganda (diplopia)

Gangguan faal otot penggerak bola mata


• Mata digerakkan oleh otot motoric  gerak seimbang  bayangan
benda dipusatkan bayangan jatuh tepat di fovea sebtralis 
penglihatan binokuler
• Apabila terdapat gangguan pada otot yang tidak seimbang 
gangguan pergerakan bola mata  strabismus
Pemeriksaan Stabismus

Strabismus = juling = jereng  merupakan keadaan dimana


salah satu mata tidak sejajar dengan mata lain sehingga pada
satu waktu hanya satu mata yang melihat objek yang di
pandang (Vaughan) / sumbu penglihatan kedua mata tidak
menuju objek yang sama sehingga tidak terbentuk penglihatan
binokuler yang normal
Gangguan keseimbangan gerak bola mata bisa disebabkan oleh :
1. Tonus satu atau lebih otot mata  otot tersebut akan
menarik bola mata dari kedududkannya bola otot tersebut
untuk konvergensi  juling konvergen (esotropia)
2. Kebalikan dari yang pertama, apabila satu atau lebih dari
otot penggerak bola mata menjadi lemah, bila terjadi pada
otot konvergensi  juling divergen (ekstropia)
• Deviasi ke arah nasal maka
dikatakan sebagai esotropia (ET)
atau esoforia bila laten.
• Deviasi ke temporal disebut juga
sebagai exotropia (XT) atau exoforia
bila laten.
• Hipertropia (HT) terjadi bila mata
yang satu lebih tinggi daripada
satunya lagi. Apabila mata kanan
hipertropia, maka berarti sama saja
dengan mata kiri hipotropia dan
sebaliknya
Bentuk Stabismus
1. Heterofia = Foria
Pada keadaan normal bola mata sejajar
2. Heterotropia = tropia = strabismus
Kedudukan bola mata tidak normal, ketidakseimbangan kedua mata atau deviasi
3. Stabismus komitan
• Apabila deviasi yang terjadi selalu memiliki besar yang sama kemanapun arah lirikan (gaze)
mata
• kedua mata bergerak bersamaan secara baik dan tidak ada restriksi atau paresis yang cukup
berarti. Strabismus jenis ini umumnya kongenital atau muncul pada masa kanak-kanak
4. Stabismus inkomitan
• Sudut deviasi bertambah nyata bila mata digerakkan kearah otot lumpuh
• terjadi pada restriksi atau paresis otot ekstraokular.
Etiologi Strabismus
1. Faktor Sensoris
Gangguan media refrakta sinar yang masuk ke fovea sentralis tidak
seimbang sehingga mekanisme fusi sukar dipertahankan (misalkan
leukoma kornea dan katarak kongenital). Gangguan retina (seperti
sikatriks dan ablasi) serta gangguan penglihatan tunggal binokular
juga bisa menyebabkan strabismus.
2. Faktor Motoris dan Faktor Sentral
• Faktor motoris  kelainan pertumbuhan otot, trauma lahir, infeksi,
tumor, gangguan vascular, dan gangguan akibat kelainan bentuk
orbita.
• Faktor sentral hiperaktivitas atau hipoaktivitas persarafan, serta
ketidakmampuan konsentrasi.
Pemeriksaan strabismus :
1. Anamnesis
• Mata Lelah
• Penglihatan berkurang pada satu mata
• Sering menutup sebelah mata
• Gangguan kosmetik
• Lama onset  penting untuk prognosis
• perkembangan penyakitnya, apakah progresif, intermiten,
menetap
• Riwayat keluarga  mencari ada tidaknya faktor keturunan
• Riwayat kelahiran  partus lama, akan mengindikasikan
riwayat bayi kekurangan oksigen, dan ini bisa menyebabkan
kerusakan pada otak, dengan salah satu manifestasinya anak
susah berkonsentrasi.
2. Inspeksi
Amati perilaku visual pasien, gerakan mata, fiksasi, arah, dan
sikap kepala.
3. Visus
Visus dan refraksinya diperiksa secara subyektif dan obyektif.
Pada pemeriksaan visus secara subyektif, jika visus tidak
pernah mencapai 6/6 misalnya paling baik 6/7,5 diperiksa ada
tidaknya kelainan lain.
4. Uji Hirschberg
Pasien diminta melihat ke arah sumber cahaya yang diletakkan
di depan pasien. Pemeriksa menilai lokasi pantulan cahaya
pada masing-masing mata.
Penanganan Strabismus
• Tujuan : mendapatkan penglihatan binokuler tunggal dan
kosmetik
• Prinsip : memperbaiki visus kedua mata, memperbaiki posisi
kedua mata hingga mencapai kedudukan normal/ ortofia
Pemeriksaan Buta Warna
• Buta warna adalah suatu kelaian yang disebabkan ketidakmampuan
sel sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna
tertentu akibat faktor genetik.
• Tes yang paling umum digunakan untuk tes buta warna adalah
Ishihara.
• Tes dengan menggunakan Ishihara adalah tes yang cepat dan akurat
untuk mendeteksi buta warna.
Teknik Pemeriksaan

1. Minta pasien duduk di kursi periksa dan jelaskan kepada


pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
2. Minta pasien mengenali dan menyebutkan gambar atau
angka yang terdapat di dalam buku ishihara dalam waktu
masing-masing 10 detik pada setiap halaman.
3. Pemeriksa menilai kemampuan pasien mengenali gambar
atau angka dalam buku Ishihara.
4. Mata diperiksa satu persatu.
• Buku Ishihara adalah buku dengan titik-titik berwarna yang kecerahannya dan bayangannya
membentuk angka, huruf, atau lainnya. Kartu ini digunakan untuk menguji daya pisah warna mata
penderita yang diuji untuk menilai adanya buta warna.

• Pada penyakit tertentu dapat terjadi gangguan penglihatan warna seperti buta merah dan hijau
pada atrofi saraf optik, neuropati optik toksik, dengan pengecualian neuropati iskemia, glaukoma
dengan atrofi optik yang memberikan gangguan penglihatan biru kuning
Faktor yang mempengaruhi buta warna
1. Faktor keturunan
2. Penuan
3. Terjadi kerusakan pada saraf optik
4. Terkena paparan zat kimia
5. Penyakit katarak
6. Terkena penyakit seperti diabetes, glaucoma dan multiple
sclerosis
Jenis – jenis dari buta warna
Buta warna ada 2 jenis yaitu buta warna total dan buta warna parsial.
Buta warna total adalah buta warna yang tidak bisa melihat sama sekali warna sehingga
hanya bisa melihat warna hitam - putih atau monokrom.
Buta warna parsial adalah buta warna dengan sebagian warna saja yaitu :

1. Tritanopia: Tidak bisa membedakan antara warna biru dan kuning. Warna biru dianggap
sebagai warna hijau, sedangkan warna kuning terlihat seperti abu – abu terang,
2. Tritanomali: Anda melihat warna biru menjadi agak hijau, dan pink terlihat merah dan
kuning (tidak peka warna merah)
3. Deuteranopia: warna merah dianggap sebagai kuning kecoklatan, dan hijau sebagai krem
(tidak memiliki sel kerucut warna hijau)
4. Deuteranomali: warna ungu dan biru susah dibedakan dan warna kuning dan hijau
menjadi merah (tidak peka warna hijau)
5. Protanomali: warna merah, kuning, dan jingga terlihat sebagai warna hijau,
6. Protanopia: warna hijau dan jingga terlihat sebagai warna kuning dan merah menjadi
hitam (tidak memiliki sel kerucut warna merah)
Pemeriksaan Amsler
• Pemeriksaan amsler gird adalah pemeriksaan macula secara fungsional
• Amsler Grid adalah suatu metode yang digunakan dokter mata untuk
mendeteksi masalah penglihatan akibat kerusakan pada makula (bagian
tengah retina ) atau saraf optik.
• Kerusakan dapat disebabkan oleh degenerasi makula atau penyakit mata
lainnya

Alat dan Bahan


1. Testing grid
2. Kertas amslergrid notepad
3. Pulpen
Cara Melakukan Tes Grid Amsler
• Pegang Amsler Grid sekitar 35 hingga 40 cm dari matamu.
• Tes setiap mata secara terpisah: Gunakan tanganmu untuk menutup
satu mata saat menguji mata lainnya.
• Jaga fokus mata pada titik di tengah grid dan jawab pertanyaan-
pertanyaan ini:
• Apakah ada garis yang terlihat bergelombang, kabur atau terdistorsi?
• Apakah semua kotak di kotak terlihat kotak dan ukurannya sama?
• Apakah ada “lubang” (area hilang) atau area gelap di grid?
• Bisakah kamu melihat semua sudut dan sisi grid (sambil tetap
mengawasi titik pusat)?
• Beralihlah ke mata yang lain dan ulangi.
Analisa Hasil Pemeriksaan
• Pasien yang mengalami abnormalitas akan melaporkan garis yang hilang atau
distorsi pada amsler grid notepad.
• Normal : melihat garis dengan jelas dan lurus
Kelainan
• AMD (age macular degeneration)
• CSR (central serous retinopathy)
• Macular hole
• Udem macula
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/document/341785737/Pemeriksaan-Strabismus
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/08/MANUAL-SKILLSLA
B-SEMESTER-5-MATA-2018.pdf
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/14958/1/390d0b67afed32873a87bf7ef0cc
5801.pdf
Buku Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 2007
Buku Ajar Bagian Ilmu Kesehatan Mata, Panduan Klinik dan Skill Program
Profesi Dokter. Universitas Muslim Indonesia, 2017
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai