Anda di halaman 1dari 14

KISAH NYATA

TENTANG
KESETIAAN
DAN CINTA
Eko Pratomo Suyatno,
siapa yang tidak kenal
lelaki bersahaja ini?
Namanya sering muncul di
koran, televisi, di buku-
buku investasi dan
keuangan. Dialah salah
seorang dibalik
kemajuanindustri
Pak Suyatno reksadana di Indonesia
dan juga seorang
pemimpin dari sebuah
perusahaan investasi
Dalam posisinya seperti sekarang ini,
boleh jadi kita beranggapan bahwa pria
ini pasti super sibuk dengan segudang
jadwal padat. Tapi dalam note ini saya
tidak akan menyoroti kesuksesan beliau
sebagai eksekutif. Karena ada sisi
kesehariannya yang luar biasa!!!! 
Usianya sudah tidak terbilang muda lagi,
60 tahun. Orang bilang sudah senja
bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak
Suyatno masih bersemangat merawat
istrinya yang sedang sakit. Mereka
Dari sinilah awal cobaan itu menerpa,
saat istrinya melahirkan anak yang ke
empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan
tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi
selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga
seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan
terasa tidak bertulang, lidahnyapun
sudah tidak bisa digerakkan lagi. 
Setiap hari sebelum
berangkat kerja Pak
Suyatno sendirian
memandikan,
membersihkan kotoran,
menyuapi dan
mengangkat istrinya ke
tempat tidur. Dia
letakkan istrinya di depan
TV agar istrinya tidak
merasa kesepian. Walau
Untunglah tempat
istrinya sudah tidakberkantor
dapat Pak Suyatno tidak
terlalu
bicarajauh
tapidari kediamannya,
selalu terlihat sehingga siang hari
dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan
senyum.
siang. 
Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya,
mengganti pakaian dan selepas maghrib dia
temani istrinya nonton televisi sambil
menceritakan apa saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi
lewat tatapan matanya, namun begitu bagi
Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan.
Bahkan terkadang diselingi dengan
menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih
kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran
dia merawat istrinya bahkan sambil
membesarkan ke 4 buah hati mereka.
Pada suatu hari…saat seluruh anaknya
berkumpul di rumah menjenguk ibunya–
karena setelah anak-anak mereka menikah
dan tinggal bersama keluarga masing-
masing– Pak Suyatno memutuskan
dirinyalah yang merawat ibu mereka karena
yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua
Dengan kalimat yang
cukup hati-hati, anak
yang sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali
merawat ibu,
semenjak kami kecil
melihat bapak
merawat ibu tidak
ada sedikitpun
keluhan keluar dari
bibir bapak……
bahkan bapak tidak
ijinkan kami menjaga
Sudah keempat kalinya

kami mengijinkan
bapak menikah lagi,
kami rasa ibupun akan
mengijinkannya, kapan
bapak menikmati masa
tua bapak, dengan
berkorban seperti ini,
kami sudah tidak tega
melihat bapak, kami
janji akan merawat ibu
sebaik-baik secara
“Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di
dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak
akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan
adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih
dari cukup,dia telah melahirkan
kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*…
kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini
dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat
dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya
ibumu apakah dia menginginkan keadaanya
seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak
bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti
sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak
Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran
kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..
dengan pilu ditatapnya mata suami yang
sangat dicintainya itu…… 
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang
oleh salah satu stasiun TV swasta untuk
menjadi nara sumber dan merekapun
mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno
kenapa mampu bertahan selama 25 tahun
merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-
apa….disaat itulah meledak tangisnya,
sedangkan tamu yang hadir di studio
kebanyakan kaum perempuanpun tidak
sanggup menahan haru. 
Disitulah Pak Suyatno bercerita :“Jika manusia di
dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam
perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu,
tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping
hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan
sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati
dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia
memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang
saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami
bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya,
apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu
saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…”
” Setiap malam saya bersujud dan menangis
dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah
di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada
Allah saya percaya untuk menyimpan dan
mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA
KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA
KEPADA ALLAH”.

Anda mungkin juga menyukai