OBAT
apt. Sholihatil Hidayati, M.Farm
Aktivitas Obat
• Aktivitas senyawa bioaktif interaksi molekul
obat dengan bagian molekul dari obyek
biologis yaitu reseptor spesifiktimbul
aktivitas spesifik
• Syarat : senyawa bioaktif harus memiliki
struktur sterik dan distribusi muatan yang
spesifik
Fasa farmasetik
• fasa I dimana sediaan mengalami
desinegrasi kemudian senyawa aktif
mengalami dispersi molekul dan melarut.
• Fasa ini menentukan ketersediaan farmasetik
yaitu ketersediaan senyawa aktif untuk dapat
diabsorpsi oleh sistem biologis
Fasa farmakokinetik
• fasa II dan fasa III.
• Fasa II adalah proses absorbsi molekul obat yang
menghasilkan ketersediaan biologis obat, yaitu
senyawa aktif dalam cairan darah (pH=7,4) yang
akan didistribusikan kejaringan atau organ tubuh.
• Fasa III adalah fasa yang melibatkan proses
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat yang
menentukan kadar senyawa aktif pada
kompartemen tempat reseptor berada.
Fasa I, II, dan III menentukan kadar obat aktif
yang dapat mencapai jaringan target.
Fasa Farmakodinamik
• fasa IV dan fasa V.
• Fasa IV adalah tahap interaksi molekul senyawa aktif
dengan tempat aksi spesifik atau reseptor pada
jaringan target, yang dipengaruhi oleh ikatan kimia
yang terlibat, seperti ikatan kovalen, ion, van der
Waal's, hidrogen, hidrofob, ion-dipol, keserasian
bentuk dan ukuran molekul obat dengan reseptor.
• Fasa V adalah induksi rangsangan, dengan melalui
proses biokimia, menyebabkan terjadinya respon
biologis.
• Rancangan obat dapat dilakukan pada fasa I sampai
IV
Rancangan obat
• mengembangkan molekul obat dengan sifat kimia
fisika yang lebih baik, yang berhubungan dengan
efek biologis yang diinginkan, termasuk aspek
farmasetis, melalui proses modifikasi molekul.
=> Pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik
tidak melibatkan modifikasi molekul, namun
dianggap sebagai aspek rancangan obat karena
merupakan determinan yang cukup penting untuk
efikasi senyawa aktif
Aktivitas pada Fasa
Farmakokinetik
• Untuk memberikan efek biologis, obat dalam
bentuk aktifnya harus berinteraksi dengan
reseptor atau tempat aksi atau sel target,
dengan kadar yang cukup tinggi.
• Sebelum mencapai reseptor, obat terlebih
dulu harus melalui proses farmakokinetik
Faktor – faktor penentu dalam proses
farmakokinetik
1) Sistem kompartemen dalam cairan tubuh, seperti : cairan
intrasel, cairan ekstrasel (plasma darah, cairan interstitiel,
cairan serebrospinal) dan berbagai fasa lipofil dalam
tubuh.
2) Protein plasma, protein jaringan dan berbagai senyawa
biologis yang mungkin dapat mengikat obat.
3) Distribusi obat dalam berbagai sistem kompartemen
biologis, terutama hubungan waktu dan kadar obat dalam
berbagai sistem tersebut, yang sangat menentukan
kinetika obat.
4) Dosis dan sediaan obat, transpor antar kompartemen
seperti proses absorbsi, bioaktivasi, biodegradasi dan
eksresi, yang menentukan lama obat dalam tubuh
Bila proses–proses absorpsi, distribusi dan
eliminasi obat dalam sistem multikompartemen
biologis berdasarkan pada difusi pasif dan bila
kapasitas kompartemen tergantung pada nilai
koefisien partisi obat maka kadar obat dalam
berbagai kompartemen akan meningkat sesuai
dengan dosis yang digunakan
Bila proses distribusi dan eliminasi tergantung
pada interaksi obat dengan tempat aktif, seperti
pembawa pada transpor aktif atau enzim, atau
bila kapasitas kompartemen ditentukan oleh
jumlah tempat pengikatan (binding sites, seperti
ikatan obat dengan protein plasma, maka akan
terjadi fenomena kejenuhan
Aktivitas oleh Induksi dari Efek
• Aktivitas biologis suatu obat diperoleh setelah
senyawa berinteraksi dengan molekul spesifik
dalam objek biologis.
• Interaksi tersebut ditunjang dengan spesifitas
sifat fisika kimia senyawa yang tinggi, terutama
sifat sterik dan distribusi muatan.
• Biopolimer yang berfungsi mengatur proses –
proses biokimia dalam tubuh seperti enzim dan
asam nukleat, merupakan calon tempat aksi obat
Kekuatan respons biologis obat
tergantung pada
1) Jumlah tempat reseptor yang diduduki.
2) Rata-rata lama pendudukan, yang tergantung
pada kecepatan disosiasi kompleks obat-
reseptor.
3) Kemampuan atau kapasitas molekul obat
untuk menginduksi perubahan bentuk
konfirmasi biopolimer, yang dibutuhkan
sebagai pemicu rangsangan timbulnya
respon biologis.
Afinitas dan Aktivitas Instrinsik
• Setiap struktur molekul obat harus
mengandung bagian yang secara bebas dapat
menunjang afinitas interaksi obat – reseptor
dan mempunyai efisiensi untuk menimbulkan
respons biologis sebagai akibat pembentukan
kompleks obat reseptor.
• Jadi respons biologis merupakan fungsi dari
jumlah kompleks obat – reseptor
Menurut Ariens:
Untuk timbul efek hrs mempunyai:
• AFINITAS : ukuran kemampuan obat untuk
dapat berinteraksi dengan reseptor
(kekuatan ikatan obat-reseptor)
• AKTIVITAS INTRISIK: kemampuan komplek
obat-reseptor untuk menimbulkan efek
O + R---AFINITASKOMPLEKS O-
RAKTIVITAS INTRINSIKRESPON
BIOLOGI
INTERAKSI OBAT-RESEPTOR