Anda di halaman 1dari 41

URINALISIS

Laboratorium Patologi Klinik


Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
2018
1
SAMPEL URINE
1. Urine sesaat : urine acak ( random )
2. Urine pagi : urine pertama di pagi hari 
Paling baik untuk urinalisis :
- volume dan osmolaritas seragam
- lebih kental
- pH rendah
3. Urine segar ( < 1 jam dari penampungan )
4. Urine Post Prandial : 1 ½ - 3 jam setelah makan
5. Urine 24 jam :
06.00 06.00

dibuang ditampung
2
URINE  disimpan
 > 1 jam : terjadi perubahan sel / susunan kimia.
 Tidak steril : timbul bakteri
 ureum  CO2 + NH3

pH urine : basa

CaSo4  , MgSo4 ,
Sedimen (torak) : rusak
Ureum 
 Glukosuria : kadar glukosa   hasil negatif palsu !
 Bilirubin (terikat)

hidrolisis oksidasi

as. Glukorunat biliverdin
+ (hijau)
biluribin (bebas) 3
 Urobilinogen  Urobilin
- urine harus segar/baru
- lemari es (tempat tertutup)
- pengawet  tidak dianjurkan

Pemeriksaan kuantitatif urine 24 jam :


- pengawet  tergantung bahan yang
diperiksa.

4
BAHAN PENGAWET UNTUK URINE :
1. 10% Thymol - Asam amino
1% Urea
Isopropanol Kreatinin
Asam urat
2. NaHCO3 5 g - Urofirin
Koproporfirin
Porfobilinogen
3. 1% Asam Borat 5 ml - Hormon (steroid)
Estrogen
Pregnantriol
4. Asam Asetat glasial 20 ml - Katekolamine
( pH : 3 )
5. 10% HCl 20 ml - Asam 5-Hidro Indolasetat
6. 4oC ( lemari pendingin ) - Enzim
Kuman
5
Pemeriksaan Urine:
A. Pemeriksaan Fisis : 1. Jumlah
2. Bau
3. Buih
4. Warna
5. Kejernihan
6. Berat jenis.
B. Pemeriksaan Kimia : 1. pH
2. Protein
3. Glukosa
4. Badan keton
5. Bilirubin
6. Urobilinogen / Urobilin
C. Pemeriksaan Mikroskopis : 1. Sel darah, sel epitel.
2. Torak
3. Kristal 6
A. Pemeriksaan Fisis :
1. Jumlah Urine : Normal : 1200-1500 ml/24jam
 Variasi tergantung
- Luas permukaan tubuh
- Pemakaian cairan
- Kelembaban udara / penguapan.
2. Bau : - Normal  baru : tidak keras
- Patologis
3. Buih : - Normal  putih
- Mudah berbuih  protein
- Kuning  pigmen empedu
(bilirubin)
phenylazodiaminopyridin 7
4. Warna :
 Normal  kuning muda ( urokhrom )
 Abnormal  non patologis
 patologis
Cara pemeriksaan :
 Prinsip : tebal lapisan cairan 7 – 10 cm
dengan cahaya tembus.
 Isi tabung reaksi ¾ nya (lihat dengan cara
miring )
dipengaruhi diuresis

8
Warna :
Perubahan non-patologis disebabkan bahan atau obat-obatan yang
dimakan, misalnya :
- Merah :Phenol-phthalein, protonsil, merkurokhrom,
piridium dll
- Kuning : karoten, santonin, atebrin, riboflavin
- Hijau : akriflavin
- Biru/hijau : metilen biru, tembaga sulfat.

Perubahan yang patologis :


- Kuning coklat (seperti teh) :bilirubin
- Merah coklat :urobilin, porpirin
- Merah dengan kabut coklat :darah dan pigmen darah
- Coklat hitam :melanin
- Hitam : asam homogentisik (alkaptonuria)
Terlihat setelah ditambah basa. 9
5. Kejernihan / kekeruhan
Normal : Jernih
Kekeruhan dapat disebabkan :
- Fosfat amorf, warnanya putih dan akan hilang bila
diberi asam.
- Urat amorf (kuning coklat) terdapat pada urine yang
asam dan menghilang bila dipanaskan.
- Darah, merah sampai coklat
- Nanah, seperti susu, tetapi menjadi jernih setelah
disaring
- Kuman, biasanya tetap keruh setelah disaring.

10
6. Berat Jenis
- Urometer
- Refraktometer
- Carik celup

Urometer (urinometer)
 dasar : hukum Archimedes
Refraktometer :
 dasar : indeks refraksi
Carik celup :
 dasar : adanya kation
11
Prosedur : Urometer
1. Kaliberasi urometer dengan Aquades.
2. Isi gelas ukur dengan urine ¾ penuh.
 letakkan di tempat datar
 hilangkan buih dengan :
- kertas saring atau
- + 1 tetes eter
3. Masukkan urometer
 putar pada sumbunya
 jangan menyentuh :
- dinding gelas ukur
- dasar gelas ukur
4. Baca meniskus
12
UROMETER
 Kalibrasi dengan Aquadest
misal : BJ. Aq. terbaca 1,003
 faktor koreksi = - 0,003
 Faktor koreksi suhu
setiap  t 3oC di atas suhu
tera urometer : + 0,001
 Faktor koreksi pengenceran
dua angka besar
terakhir pengenceran
 Faktor koreksi protein/glukosa
1 g/dl protein / glukosa  hasil dikurangi
0,003
Skala : 1 strip = 0,001
13
Contoh :
1. Peneraan dengan Aquadest  B.J = 1,002
2. Urine  B.J = 1,012
 B.J. Urine = 0,010
3. Suhu kamar = 30oC
Urometer ditera pada t = 15oC
 B.J. Urine = (30-15)
---------- x 0.001 + 1,010 = 1,015
3
4. Koreksi Pengenceran  2 x
 B.J = 1,030

5. Koreksi terhadap protein glukosa


1g/dl  dikurangi 0,003
14
Gambar :

1,000

1,010

1,020 Meniskus
1 Garis = 0,001 15
Pemeriksaan Kimia
- pH
- Protein
- Glukosa
- Keton bodies
- Bilirubin
- Urobilinogen
- Urobilin

16
B. Pemeriksaan Kimiawi :
I. Derajat keasaman pH
Normal : 4,8 - 7,5
Pemeriksaan :
- kertas lakmus
- kertas nitrazin / indikator uriversal
- Carik celup
- pH-meter

17
II.Protein Urine  Albumin, Globulin
Sifat pemeriksaan :
 Kualitatif
- reaksi Heller
- reaksi Roberts
 Semi kuantitatif
- tes rebus
- tes sulfosalisilat
- carik celup visual
 Kuantitatif
- Esbach
- carik celup :
fotometer refleksi 18
PERCOBAAN REBUS :
Prinsip :
Protein dalam suasana asam lemah
 dipanaskan  denaturasi
 endapan ( + )

Baca hasil

3 ml urine yang telah Tetesi 2-3


disaring / dipusingkan Bakar tetes asam Bakar lagi
sampai acetat 6% sampai
mendidih mendidih

* Syarat sampel  putar / saring


1500 - 2000 RPM
( 5 menit ) 19
Hasil :
(-) : tetap jernih
(+) : kekeruhan minimal
( 0,01 - 0,05 g/dl ).
 huruf cetak terbaca
(+ +) : Kekeruhan nyata
ada butir-butir halus
(0,05 - 0,2 g/dl
 Garis tebal terbaca
(+ + +) : gumpalan-gumpalan yang nyata
( 0,2 - 0,5 g/dl )
(+ + + +) : gumpalan-gumpalan besar atau
telah membeku ( > 0,5 g/dl ) 20
Protein Bence – Jones :
 BM kecil ( < albumin )
 Monoklonal Ig  light chain
 Mengendap pada suhu 40o – 60oC.
( Pemeriksaan kualitatif )
 Cara :
  4 – 10 ml urine  saring/sentrifus
 di tambah bufer  pH  4,9 – 5,1 (as. Asetat 10%)
Water bath endapan w.b mendidih (3’)
15’
( 40-60oC)
 hilang/endapan berkurang
 Bence Jones protein (+)
Catatan :
- Bila endapan >>  (albumin/globulin)  saring
 filtrat didinginkan   mendidih
wb to 40-60oC keruh wb
 larut Bence Jones protein (+)
21
Pemeriksaan Kuantitatif :
Alat : Albuminometer
dari Esbach
Prinsip : + As. Pikrat

Protein 
Syarat :
- urine jernih (24 jam)
- bereaksi asam
- tidak boleh pekat

* Catatan :
Protein rebus : ++
 pemeriksaan Esbach
22
TEHNIK :
 Tampung urine 24 jam  ukur volume
 Aduk sampai rata
 Ambil urine secukupnya  + asam cuka sampai
pH  6  saring
(Periksa dengan kertas pH )

Tutup
dengan
R R gabus R

U U bolak U
balik
 Hasil dalam
Isi tabung Tambah reagen gram / L
Esbach dengan diamkan
Esbach sampai 24 jam
urine sampai tanda R
tanda U
* Total protein dalam 24 jam =
Vol. Urine 24 jam ( L ) X hasil (gram / L) =
…….. gram / 24 jam. 23
III. Tes Glukosa Urine
Reaksi Reduksi
Fehling
Benedict Semi-kuantitatif
Clinitest

Reaksi Enzimatik
Carik celup - Semi-kuantitatif
- Kuantitatif

24
III. glukosa  1. Reduksi
2. Ensimatik
1. Reduksi  cara fehling
Prinsip : Dalam suasana Lindi (basa)
glukosa mereduksi Cupri (CuO)  Cupro
(Cu2O) yang mengendap dan berwarna merah
bata.

Reagen :
Fehling A Fehling B
R/ Cupri Sulfat 69,3 R/ K-Natartrat 346
Aquadest ad 1000ml Na-Hidroksida 100
Aquadest ad 1000 ml
25
Hasil :

Negatif : tetap biru atau hijau jernih

Positif (+) : keruh warna hijau agak kuning

Positif ( + + ) : kuning kehijauan dengan endapan kuning

Positif ( + + + ): kuning kemerahan, endapan kuning merah

Positif ( + + + + ): merah jingga sampai merah bata

26
Kontrol
terhadap
reagen 1 ml urine
Baca hasil
2 ml Fehling B segera
2 ml 2 ml Fehling A
Fehling B
Campur
2 ml
Fehling A Didihkan
( tidak ada Reagen dapat
perubahan digunakan
warna )

27
- +1 +2 +3 +4
CARA BENEDICT
Prinsip : Fehling
Perbedaan : pereaksi basa-nya

TEHNIK :
8 tetes urine

5 ml reagen Hasil

Api kecil ( 5’ )
Hingga mendidih
28
IV. KETON BODIES

Katabolisme lemak abnormal


O
||
CH3-C-CH2-COOH
Asam Aseto asetat

CO2 NADH + H+
Spontan
NAD+
Enzim
O OH
|| ||
CH3-C-CH3 CH3-CH-CH2-COOH
Aseton (D-)--Asam Hidroksi Butirat
29
KETONE BODIES
Aceto acetic acid
Acetone
 OH butyric acid

TES
Rothera
Acetest table
Reagent strip
(carik celup)

30
Syarat Pemeriksaan : Urine Segar
( karena : Aseton  )
1. Test Rothera :
Na2Fe(CN)5NO2H2O Lindi
Na4Fe(CN)6 + NaNO2 + Fe(OH)3
(Na-Nitroprusida) (Basa)

Aseton Reduksi
& Asam Diasetat
UNGU
Reagen :
- Na-Nitroprusid
- Amonium Sulfat jenuh
- Amoniak pekat
31
TEHNIK
 Buat larutan Na-Nitroprusid jenuh
(harus baru)

2 ml Tambah 2-3 tetes lar. Na-Nitroprusid


(NH4)2SO4
2 ml jenuh
urine

Tambah NH4OH pekat


( - ) tidak melalui dinding (hati-
terbentuk cincin hati sehingga
ungu terbentuk 2 lapisan
Hasil
(pada batas
( + ) terbentuk 2 lapisan)
cincin ungu

32
Sensitivitas Tes Rothera :
Asam Aseton asetat = 1-5 mg/dL
Aseton = 10-25 mg/dL
D--Asam Hidroksi Butirat : (-)

* dengan Enzim D--Hidroksi Butirat


Hidrogenase
* dengan Tes HART’S

33
2. ACETEST (tablet)
Formula :
Amino acetic acid (glycine)
Na nitroprusida
Na2 fosfat
Lactose

Prosedur :
tablet + 1 tetes urine
30”
bandingkan dengan standar warna.
34
INTERPRETASI HASIL
Ketonuria   produksi dan akumulasi keton
 perubahan metabolisme karbohidrat

KETONURIA
dapat terjadi pada
1. Diabetic ketonuria
2. Non-diabetic ketonuria

35
Analisis Urine dengan Carik Celup / Uji
Carik Uji :
Merupakan secarik plastik  sebelah sisi dilekati dengan
1-10 lapis kertas isap/bahan penyerap lain yang
mengandung reagen spesifik terhadap zat yang akan
diperiksa.

Prinsip : bila dalam urine mengandung zat yang


diperiksa  perubahan warna.
Intensitas Warna dapat diukur secara :
1. Visual
2. Fotometer refleksi ( Reflactan photometer )
36
Cara kerja :

Visual ( gambar 3 )
Celup Seka Baca
Fotometer Refleksi

Kegunaan carik uji antara lain :


1. Pemeriksaan rutin
2. Memantau pengobatan
3. Memantau sendiri
4. Tes penyaring 37
Parameter yang diperiksa :
1. Berat Jenis
2. pH
3. Lekosit
4. Nitrit
5. Protein
6. glukosa
7. Badan Keton
8. Urobilinogen
9. Bilirubin
10. Darah ( Eritrosit / hemoglobin ).

38
Laporan Hasil Urinalisis

39
Daftar Pustaka
1. Drost H, The art of Urinalysis, Boehringer
Mannheim, Germany.
2. Graff SL, A Handbook of Routine Urinalysis, J.B.
Lippincott Company, Philadelphia, 1983.
3. Kark RM et al, A Primer of Urinalysis, 2nd Ed,
Hoeber Medical Division. New York, 1963.
4. Ringsud KM & Linne JJ, Urinalysis and Body
Fluids A Color text and Atlas, Mosby, St Louis, 1995.
5. Urinalysis Compendium, Boehringer Mannheim,
Germany.
40

Anda mungkin juga menyukai