Anda di halaman 1dari 64

CURICULUM VITAE

§ Nama : Dr. dr. Hj. Nurahmi, M.Kes., Sp.PK


§ Nama Panggilan : Emy
§ Tempat Tgl lahir : Soppeng, 24 Januari 1967
§  Pendidikan :
- Dokter : FK Unhas 1996
- Magister Kesehatan : Pascasarjana Unhas 2004
- Spesialis Patologi Klinik : Pascasarjana Unhas 2008
- Doktor : Pasca sarjana Unhas 2017
§ Pekerjaan :
- Penanggung Jawab Laboratorium RSUD Kota Makassar
- Staf Pengajar Departemen Ilmu Patologi Klinik FK-Unhas
- Ketua Komite PPI RSUD Kota Makassar & RSU Wisata Makassar
- Dokter Spesialis Patologi Klinik di Siloam Hospitals Makassar & RSU Wisata Makassar
- Penanggung Jawab Klinik & Laboratorium 123
FAKTOR KRITIS PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI DAN KETENTUAN
PEMERIKSAAN KONFIRMASINYA

Dr. dr. Hj. NURAHMI, M.Kes., Sp.PK


§Nilai kritis dalam laboratorium adalah hasil
pemeriksaan diluar rentang normal yang
menunjukkan adanya gangguan fungsi tubuh
yang harus dilakukan penanganan segera
karena mengancam jiwa.
§Hasil abnormal ini perlu segera dilaporkan ke
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
karena membutuhkan intervensi klinis segera
dan menyangkut keselamatan pasien
§Disebut Juga Automatic Call Back Values
Pemeriksaan Hematologi Meliputi:
§ Darah rutin: Hemoglobin (Hb), LED, hitung leukosit, hitung jenis leukosit
§ Darah lengkap:
§ Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Jumlah trombosit, Jumlah leukosit dan
hitung jenis leukosit (differential count), Jumlah eritrosit, Nilai eritrosit rata-
rata (NER), RDW, MPV.
§ Laju Endap Darah (LED)
Pemeriksaan khusus:
- Hitung retikulosit
- Coomb test
- Evaluasi sumsum tulang (BMP)
- Tes resistensi osmotik
- Analisa hemoglobin
§ Hasil pemeriksaan diluar rentang normal dengan nilai
yang sdh ditentukan (nilai ekstrim)

§ Penanda adanya gangguan fungsi tubuh yang


mengancam jiwa maka perlu penanganan segera

§ Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) harus


segera melakukan intervensi klinis karena menyangkut
keselamatan pasien

§ Ketentuan pelaksanaan : SNARS Ed.1 (1.1) & JCI


§ dipastikan tidak ada kesalahan pranalitik dan analitik

§ lapor ke dokter penanggung jawab laboratorium (Sp.PK)

§ Segera laporkan langsung ke DPJP, bisa melalui telp atau WA

§ Nilai kritis dilaporkan sesegera mungkin, batas maksimal antara 15-30 menit

§ didokumentasikan dalam suatu buku berisi tanggal, identitas pasien, RM, hasil nilai kritis,

waktu keluar hasil, waktu melapor, nilai waktu pelaporan (selisih antara waktu keluar hasil
dan waktu melapor), nama pelapor, nama penerima laporan, paraf.

§ didokumentasikan di rekam medik, bisa berupa stempel nilai kritis yang berisi hasil nilai

kritis, paraf penerima laporan, dan paraf pemberi laporan.


§ Memberikan laporan formal ke Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP/ Perawat
jaga ruangan tentang hasil kritis
§ Sebagai dasar tindakan segera oleh DPJP untuk segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan keselamatan pasien
§ Mencegah keterlambatan penatalaksanaan pasien dengan hasil kritis
Sumber/Referensi Nilai Kritis:
§ Berdasarkan beberapa literatur yang diakui dalam lingkup nasional/internasional (Referensi yg diakui)

§ Jurnal atau consensus yang sudah ada

§ Rekomendasi klinisi (KSM)/masukan peer group

§ Kesepakatan dari organisasi kesehatan

§ Studi internal antar laboratorium

Proses:
- Rapat bersama antara dokter klinisi dan pihak laboratorium (Bukti: UMAN)

- Nilai kritis dibuat dan disusun atas kesepakatan pihak laboratorium dan klinisi/dokter minimal melibatkan:
Analis , DSPK, DSPD, DSA dan Dokter IGD
- Penetapan angka/nilai kritis

- Penetapan pemberlakuan nilai kritis

- Penetapan SPO pelaporan nilai kritis

- Edaran/sosialisasi
§ Dibuat oleh unit (Laboratorium) sesuai format baku
§ Pengesahan (ditandatangani oleh direktur)
§ Nilai kritis yang dicantumkan sesuai dengan parameter yang ada diperiksa di
laboratotium
§ Boleh direvisi bila ada tambahan (cantumkan No.revisi dan waktu pembuatan
revisi)
§ Disosialisasikan dengan staf laboratorium dan bagian yang terkait
§ Boleh mencantumkan alur dan nilai-nilai kritis atau berupa lampiran
§ Letakkan SPO, Alur dan Daftar Nilai Kritis di ruang pemeriksaan
§ Letakkan pada tempat yang mudah terbaca
§ Letakkan didekat alat
§ Buku pelaporan nilai kritis diletakkan tidak jauh dari SPO
AP.5.4
§ Rumah sakit menetapkan kerangka waktu penyelesaian pemeriksaan
laboratorium.
§ Ada bukti pencatatan dan evaluasi waktu penyelesaian pemeriksaan laboratorium.
§ Ada bukti pencatatan dan evaluasi waktu penyelesaian pemeriksaan cito.
PEMERIKSAAN LAB
Daftar Parameter:
• Jenis Sampel  Stabilitas (penyimpanan)
• Hari kerja/jam kerja Penetapan waktu
• Janji hasil  reguler – cito – unit khusus
• Reference rujukan
Daftar Pemeriksaan Rujukan:
• MoU  QC
• Jenis sampel/stabilitas/hari kerja/ketentuan lain
• Rentang waktu
• Rentang kritis
AP.5.8
§ Ada regulasi tentang penetapan dan evaluasi rentang nilai normal untuk
interpretasi, pelaporan hasil laboratorium klinis.
§ Pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan permintaan pemeriksaan
tertulis disertai dengan ringkasan klinis.
§ Setiap hasil pemeriksaan laboratorium dilengkapi dengan rentang nilai normal.
AP.5.3.2
§ Ada regulasi yang disusun secara kolaboratif tentang hasil laboratorium yang kritis,
pelaporan oleh siapa dan kepada siapa serta tindak lanjutnya.
§ Hasil laboratorium yang kritis dicatat di dalam rekam medis pasien
§ Ada bukti tindak lanjut dari pelaporan hasil laboratorium yang kritis secara
kolaboratif.
§ Ada bukti pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut terhadap seluruh proses agar
memenuhi ketentuan serta dimodifikasi sesuai kebutuhan.
§ Dipastikan tidak ada kesalahan Praanalitik maupun analitik
§ Dilaporkan kepada dokter penanggungjawab hasil laboratorium (DSPK)
§ Dipastikan hasil valid dan siap untuk dilaporkan ke DPJP (by Tlpon/WA)
§ Dilaporka sesegera mungkin antara 15-30 menit
§ Didokumentasikan dalam suatu buku laporan atau bentuk penyimpanan laporan
lain yang berisi tgl, Id.Pasien, RM, Hasil Nilai Kritis, Waktu keluar hasil, Waktu
pelaporan, Jumlah waktu pelaporan, nama pelapor, nama penerima laporan, paraf
§ Didokumentasikan di RM, bisa berupa stempel nilai kritis yang berisi hasil nilai
kritis, paraf pemberi laporan & penerima laporan
LINGKUP HASIL KRITIS
LINGKUP HASIL KRITIS

SKP 2 .. Peningkatan Komunikasi


Efektif

PANDUAN PELAPORAN HASIL KRITIS


SPO – Pelaporan unit Kerja
NO PARAMETER Batas Bawah Batas Atas
(Kurang dari) (Lebih dari)
1 Hemoglobin < 7.0 gr/dl >20 gr/dl
2 Hematokrit <20 vol% >60 vol%
3 leukosit < 500/ul > 30.000/ul

4 Trombosit (dewasa) < 50.000/ul >1.000.000/ul


5 Trombosit (anak) < 20.000/ul 1.000.000/ul
6 PT - > 30 detik atau > 3x nilai
kontrol
7 INR - >3,6

8 APTT - >100 detik

9 Fibrinogrn < 100 mg/dl > 700 mg/dl


10 Masa Perdarahan (BT) - >30 menit
Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium adalah waktu yang diperlukan untuk
memberikan jawaban kepada dokter yang mengirim setelah keluar hasil
pemeriksaan dan mulai dibaca oleh Dokter/Analis Laboratorium sampai
hasilnya diterima oleh dokter yang mengirim (lisan atau tulisan).
Contoh : SENSUS HARIAN PELAKSANAAN PELAPORAN HASIL KRITIS

SENSUS HARIAN PELAKSANAAN PELAPORAN HASIL KRITIS


No Tanggal Waktu Tunggu Keterangan
< 30 menit ≥30 menit

1 Tn A v
2 Tn B v
3
1. Kepatuhan Identifikasi Pasien;
2. Emergency Respon Time (EMT);
3. Waktu Tunggu Rawat Jalan;
4. Penundaan Operasi Elektif;
5. Ketepatan Jam, Visite Dokter Spesialis;
6. Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium;
7. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional (FORNAS);
8. Kepatuhan Cuci Tangan;
9. Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera Akibat Pasien Jatuh
10. Kepatuhan terhadap Clinical Pathway;
11. Kepuasan Pasien dan Keluarga;
12. Kecepatan Respon Terhadap Komplain
§ Standar : harus diterima oleh dokter yang mengirim dalam waktu
kurang dari (30 (tiga puluh)) menit baik secara lisan maupun tulisan
§ Yang dimaksud dengan kritis adalah adalah hasil pemeriksaan yang
termasuk dalam kategori kritis yang ditetapkan dengan kebijakan
RS.
§ RED Category Condition adalah keadaan yang masuk dalam kondisi
kategori kritis atau yang memerlukan penatalaksanaan segera
§ Pencapaian indikator di masing-masing rumah sakit dari bulan ke bulan,
sehingga diketahui adanya kesenjangan/penurunan capaian kinerja; analisis
dilakukan dengan cara melihat grafik tren.
§ Standar Pencapaian (target) yang telah ditetapkan.
§ Standar Pencapaian Rumah Sakit Lain.
§ Pencapaian dirumah sakit setara (benchmark).
§ Membandingkan dengan Referensi
§ Membandingkan pencapaian indikator rumah sakit dengan referensi (jurnal).
No Tanggal Waktu Tunggu Keterangan

    < 30 menit ≥30 menit  

1      
2      
3 dst      
SENSUS HARIAN

No Bulan Waktu Tunggu Keterangan

    < 30 menit >30 menit  

1 Jan      

2 Feb      

3 dst       SENSUS BULANAN

No Bulan Rekapitulasi hasil pemantauan

    N D %

1 Januari      

2 Februari      

3 dst      
LAPORAN INDIKATOR
§ Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada
orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl.
§ Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun
dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl.
§ Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada
pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar
antara 11,5 - 14,8 g/dl.
§ Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl
sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 g/dl.
§ Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas
terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.
§ Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis
kelamin.
§ Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan
salah satu tanda dari anemia.
§ Bila Kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan, maka
keadaan ini disebut polisitemia.
§ Hb > 20 g/dl  hemokosentrasi  penutupan pembuluh darah
kapiler
§ Hb < 7 g/dl  indikasi transfusi
§ Jika Hb < 5 g/dl gagal jantung dan kematian
§ Po l i s i t e m i a ve r a , s u a t u p e nya k i t ya n g t i d a k d i ke t a h u i
penyebabnya  keganasan hematologi

§ Polisitemia sekunder, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat


berkurangnya saturasi oksigen misalnya pada kelainan jantung
bawaan, penyakit paru dan lain-lain, atau karena peningkatan
kadar er itropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang
menghasilkan eritropoietin berlebihan

§ Polisitemia relatif, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat


kehilangan plasma misal pada luka bakar.
§ Peningkatan hematokrit ditemukan pada polisitemia, penurunan
hematokrit ditemukan pada anemia
§ Hct < 20 % gagal jantung dan kematian
§ Hct > 60%pembekuan darah spontan
§ Pada keadaan hidremia seperti hamil  hematokrit menurun
(fisiologis)
§ pada keadaan hemokonsentrasi seperti syok hipovolemik setelah
perdarahan, dehidrasi  hematokrit meningkat
§ Penurunan jumlah eritrosit 
§ Anemia : penurunan Hb, Hct dan jumlah eritrosit
§ Keganasan : limfoma, multipel mieloma, leukemia, SLE
§ Peningkatan jumlah eritrosit (eritrositosis)
§ Primer : polisitemia vera
§ Sekunder : penyakit paru, tempat tinggi, perokok, Hb pathy,
penyakit ginjal
§ Relatif : dehidrasi
§ Tujuan : memperkirakan ukuran eritrosit, isi eritrosit dan kandungan Hb
eritrosit  klasifikasi anemia secara morfologis
§ Klasifikasi anemia : normositik normokrom, mikrositik hipokrom,
makrositik
§ Harus di konfirmasi dengan sediaan hapus darah tepi (lihat nilai RDW) 
melihat morfologi eritrosit
§ Terdiri dari MCV, MCH, MCHC
§ Dihitung dari jumlah eritrosit, kadar Hb dan Hematokrit
§ Memberikan gambaran variabilitas eritrosit abnormalkonfirmasi morfologi pada sediaan
hapus darah tepi
§ Anisositosis  RDW meningkat
§ RDW digunakan terutama untuk membedakan talasemia heterozigot tanpa komplikasi (MCV
rendah, RDW normal) dengan anemia defisiensi besi (MCV rendah, RDW meningkat)
§ RDW meningkat pada
§ Anemia defisiensi besi
§ Anemia perniciosa/def. folat
§ Anemia hemolitik

§ RDW normal
§ Anemia of Chronic Disease
§ Blood loss
§ Anemia aplastik
§ Sferositosis herediter
§ Hemoglobinopati (HbS, HbE)
§ Merupakan salah satu pemeriksaan penyaring hemostasis : jumlah
trombosit /uL darah
§ Digunakan untuk menilai kelainan perdarahan yang terjadi pada
keadaan trombositopenia, uremia, penyakit hati atau keganasan
§ Nilai < 20.000/ul perdarahan spontan, pemanjangan masa
perdarahan (BT), ptechiae, ecchymosis
§ Peningkatan jumlah : trombositosis
§ Penurunan jumlah : trombositopenia
§ Trombositosis dapat ditemukan pada
§ Primer : trombositosis esensial  keganasan
hematologi
§ Reaktif : jumlah trombosit < 1.000.000/ul
§ Anemia defisiensi besi
§ Anemia hemolitik
§ Acute blood loss
§ Trombositopenia terjadi akibat :
§ Gangguan produksi
§ Peningkatan pemecahan
§ Peningkatan pemakaian
§ Sekuestrasi di limpa
§ Menunjukkan keanekaragaman ukuran platelet
§ Indeks produksi tombosit
§ MPV meningkat pada hipertiroid dan penyakit mieloproliferatif
§ Leukosit  granulosit dan agranulosit
§ Agranulosit  limfosit dan monosit  MN
§ Granulosit :
§ granul + (N. segmen, basofil, eosinofil)
§ Inti sel berlobus > 1  PMN
§ Jumlah leukosit normal : tergantung umur, aktifitas
§ Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 -
30.000/µl.
§ Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu
antara 13.000 - 38.000 /µl.
§ Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan
§ Pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 -
11.000/µl.
§ Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa
berkisar antara 5000 - 10.000/µL.
§ Jumlah leukosit dapat meningkat setelah melakukan
aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/µl.
§ Bila jumlah leukosit lebih tinggi dari nilai rujukan : leukositosis, lebih
rendah : leukopenia.
§ Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik.
§ Leukositosis fisiologik : kerja fisik yang berat, gangguan emosi (stress,
takut, menangis), kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid, mual,
muntah, kesakitan, cuaca ekstrim  klinis tidak ada kelainan
§ Leukositosis patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah
satu atau lebih jenis leukosit seperti leukositosis dengan netrofilia
§ Leukemoid reaction  peningkatan leukosit yang cukup tinggi (dapat
mencapai 50.000/ul) dapat terjadi pada sepsis, batuk rejan, campak) ~
leukemia.
§ Dibedakan dari leukemia karena sifatnya sementara sedangkan pada
leukemia leukositosis bersifat menetap dan meningkat secara progresif
§ Kebutuhan meningkat  Infeksi & inflamasi akut  peningkatan leukosit
tergantung pada derajat beratnya penyakit, daya tahan pasien, umur
pasien, respon sumsum tulang terhadap penyakit
§ Produksi meningkat secara primer : leukemia, polisitemia vera,
trauma/operasi, zat toksik, keganasan (karsinoma bronkus),
hemolisis/perdarahan akut, nekrosis jaringan, obat
(epinefrin/adrenalin,ether)
§ Pemusnahan menurun  pasca splenektomi.
§ Pengaruh obat  steroid 
§ ACTH pada orang sehat  leukositosis
§ ACTH pada infeksi berat  infeksi menyebar cepat tanpa menimbulkan
leukositosis  leukosit dapat normal
§ Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit
kurang dari 5000/ul darah.
§ Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel
yang paling tinggi persentasinya hampir selalu
leukopenia disebabkan oleh netropenia.
§ Dapat ditemukan pada
§ Produksi berkurang  depresi SST  Infeksi virus,
obat, leukemia, anemia aplastik, anemia perniciosa,
§ Pemusnahan meningkat  hipersplenisme
§ Penghancuran meningkat  Immune associated
neutropenia
§ Leukosit di darah tepi : Basofil, Eosinofil, N. Batang, N.segmen, limfosit, monosit
§ Hitung jenis leukosit
§ Persentase relatif  hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing
jenis sel.
§ Jumlah absolut  nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).
§ Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur.
§ Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang
dewasa kebalikannya.
§ Kegunaan : pola spesifik akan memberikan nilai diagnostik tertentu
§ Shift to the right  peningkatan leukosit matang  hemolisis, penyakit hati,
alergi, anemia perniciosa.
§ Shift to the left  peningkatan leukosit muda (batang ke atas)  infeksi
bakteri akut
§ Basofil  fagosit komplek imun, granul mengandung histamin,
serotonin, heparin
§ Basofilia  suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari
100/µl darah.
§ Basofilia : polisitemia vera, leukemia granulositik kronik, alergi
seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa
§ Pada reaksi alergi basofil akan melepaskan histamin dari granul
nya.
§ Eosinofil  fagositosis, granul mengandung anti
histamin
§ Eosinofilia  suatu keadaan dimana jumlah eosinofil
lebih dari 300/µl darah.
§ Eosinofilia : alergi dan infestasi parasit seperti cacing.
§ Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi
merupakan substansi khemotaksis yang menarik
eosinofil.
§ Penyebab lain eosinofilia penyakit kulit kronik, infeksi
dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti
polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.
§ Suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl
dalam darah tepi.
§ Penyebab : infeksi bakteri akut, keracunan bahan kimia
dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia,
nekrosis jaringan, kehilangan darah dan kelainan
mieloproliferatif.
§ Faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap
infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman,
respons penderita, luas peradangan dan pengobatan.
§ Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus
dan Diplococcus pneumoniae menyebabkan netrofilia
yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa
dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan
netrofilia.
§ Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya
granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke
kiri atau shift to the left.
§ Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai
netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri.
§ Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan
sel muda.
§ Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel
muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang
kurang.
§ Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi,
yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan
gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti
piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma
§ Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari
8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah pada
dewasa.
§ Limfositosis disebabkan oleh :
§ Infeksi virus (morbili, mononukleosis infeksiosa)
§ Infeksi kronik (tuberkulosis, sifilis, pertusis)
§ Kelainan limfoproliferatif (leukemia limfositik kronik dan
makroglobulinemia primer)
§ Monositosis  suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari
750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa.
§ Monositosis :
§ penyakit mieloproliferatif (leukemia monositik akut dan
leukemia mielomonositik akut)
§ Penyakit kollagen (SLE, reumatoid artritis)
§ Penyakit infeksi oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
§ Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti
prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan
tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan
limfosit ≤1:3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar,
perbandingan tersebut >1:3.
§ Suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 3000/µl
darah.
§ Penyebab netropenia
§ Gangguan pembentukan netrofil di SST  penyakit
hematologi seperti leukemia, infeksi virus, obat, radiasi,
metastase tumor
§ Meningkatnya neutrofil yang disimpan pinggir pembuluh
darah (margin pool)
§ Akibat pemendekan umur netrofil  banyak terpakai,
sekuestrasi di limpa, autoimun
§ Tidak diketahui penyebabnya (idiopatik)  pada infeksi
seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettsia dan pada
hronic idiopathic neutropenia.
§ Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang
dari 1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah.
§ Penyebab limfopenia
§ Produksi limfosit menurun (penyakit Hodgkin, sarkoidosis)
§ Penghancuran yang meningkat (radiasi, kortikosteroid dan obat-
obat sitotoksis)
§ Kehilangan yang meningkat (thoracic duct drainage dan protein
losing enteropathy)
§ Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah.
§ Dijumpai pada :
§ Keadaan stress (syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat)
§ Hiperfungsi koreks adrenal
§ Pengobatan dengan kortikosteroid.
§ Penurunan jumlah basofil, eosinofil dan monosit  biasanya terjadi
akibat peningkatan sel lain--> kurang bermakna secara klinis
§ Mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah di
dalam plasma dalam waktu 1 jam (satuan : mm)
§ Prinsip: jika darah vena di masukkan dalam tabung dan
dibiarkan pada posisi tegak, maka eritrosit cenderung
akan mengendap di dasar tabung. Tinggi plasma di atas
endapan eritrosit dilaporkan sebagai LED dalam mm
§ Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu
tahap pembentukan rouleaux (10 menit), tahap
pengendapan (40 menit) dan tahap pemadatan (10
menit).
§ Nilai normal
§ Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 - 20
mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam
§ Pada cara Westergreen nilai rujukan untuk wanita 0 -
15 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam.
§ Faktor plasma
§ Peningkatan fibrinogen, α2-, β-, γ-Globulin (protein
fase akut)  LED cepat. Protein ini menurunkan
muatan negatif eritrosit (zeta potential) 
mempercepat pembentukan rouleaux
§ Albumin memperlambat sedimentasi  Peningkatan
albumin  LED lambat
§ Kolesterol tinggi --> LED cepat
§ Faktor eritrosit
§ Peningkatan ratio plasma dan eritrosit seperti pada anemia 
mempermudah sedimentasi  LED cepat
§ Luas permukaan eritrosit yang kecil seperti pada mikrosit LED
lambat
§ Perubahan bentuk eritrosit menjadi irregular  LED lambat
§ Faktor teknik
§ Getaran
§ Cahaya
Tahap analitik di laboratorium
§ Kemiringan tabung
Makna klinis pemeriksaan LED
§ LED : mencerminkan perubahan protein plasma yang
terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses
degenerasi dan penyakit limfoproliferatif.
§ LED cepat : merupakan respons yang tidak spesifik
terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk
adanya penyakit.
§ Bila dilakukan secara berulang, LED dapat dipakai
untuk menilai perjalanan penyakit seperti
tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis.
§ Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatu lesi
yang aktif
§ Peningkatan laju endap darah dibandingkan
sebelumnya menunjukkan proses yang meluas
§ Laju endap darah yang menurun dibandingkan
sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
§ Tes APTT (Activated Partial Thromboplastin Time) akan memanjang
pada :
§ Jika terjadi defisiensi satu atau lebih dari faktor-faktor koagulasi
intrinsik dan jalur bersama (F.XII, XI, IX, VIII, X, V, Protrombin dan
Fibrinogen)
§ DIC (Disseminated Intravascular Coagulation).
§ Lupus Antikoagulan
§ Penyakit hati.
§ Hemofilia.
§ Tes Thrombin Time (Tes TT) memanjang pada :
§ Penurunan nilai fibrinogen.
§ Disfungsi molekul fibrinonogen (disfibrinogenemia).
§ Terapi heparin.
§ Peningkatan produk degradasi fibrinogen (FDP) (DIC). 
§ 
§ Interpretasi Hasil Tes PT (Protrombin Time) 
§ Memanjang pada :
§ Penanganan terhadap obat-obatan antikoagulan oral.
§ Penyakit hati.
§ Defisiensi vitamin K.
§ Defisiensi F.VII, X, V, protrombin dan fibrinogen. 
§ INR adalah suatu tes untuk menentukan seberapa lama
waktu yang dibutuhkan darah untuk membentuk bekuan,
biasanya digunakan untuk mengevaluasi pengobatan
dengan antikoagulan atau menilai efek suatu antikuagulan
seperti warfarin.
§ Contoh:
INR Keterangan Terapi Warfarin

<2 Kurang dari target optimal Naikkan dosis

2-3 Dalam batas target optimal Pertahankan dosis


2-3 Dalam batas target optimal Pertahankan dosis
>3 Lebih dari target optimal Kurangi dosis
Tes Fibrinogen memanjang pada :

§ Peninggian produk degradasi fibrinogen (FDP).


§ Heparin lebih daripada 5 U.S.P unit/ml.
§ Validasi Hasil
§ Ketentuan Tes (Prinsip & Metode Tes)
§ Pengetahuan & Kemampuan Petugas (Kualitas SDM)
§ Dukungan sumber daya dalam pelaksanaan pemeriksaan
Ø Penetapan hasil kritis
Keterlibatan/Kolaborasi dengan Profesional Pemberi Asuhan (PPA)

Ø Keseragaman Pelaksanaan Hasil Kritis mengacu pada Panduan/SPO

Ø Bukti pelaksaan kegiatan dalam kerangka waktu yang ditetapkan dan


tercatat dalam rekam medis

Ø Evaluasi Palaksanaan dalam bentuk indikaor mutu

Ø Perbaikan berkelanjutan penggunkan prinsip PDCA


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai