Anda di halaman 1dari 37

Persiapan, Pelaksanaan, Dan Paska Pemeriksaan

Diagnostik Dan Laboratorium Pada Kegawatandaruratan

CEDERA KEPALA BERAT

NS. TUTI SAHARA ., M.KEP


Cedera Kepala Berat

• Trauma yang mengenai


tulang tengkorak yang
menyebabkan kerusakan
otak mulai dari ringan
sampai berat (silvestri,
2014)
Pasien dengan Penurunan Kesadaran

Cedera Cedera Cedera


Kranioserebral Kranioserebral Kranioserebral
Ringan Sedang Berat
Cedera Kranioserebral Ringan, GCS 13 - 15

Umumnya didapatkan perubahan orientasi atau tidak mengacuhkan perintah,


tanpa disertai defisit fokal serebral.

Pemeriksaan Fisik Perawatan Luka Foto Kepala

Istirahat Baring
dengan Mobilisasi Terapi Simtomatis Observasi 24 jam
Bertahap
Cedera Kranioserebral Ringan, GCS 13 - 15

Umumnya didapatkan perubahan orientasi atau tidak mengacuhkan perintah,


tanpa disertai defisit fokal serebral. Lucid Interval

Curiga
Observasi Nyeri Kepala
Hematoma
24 Jam Intrakranial Muntah-muntah

Kesadaran Menurun

Gejala Lateralisasi (Pupil Anisokor)


CT SCAN !
Refleks Patologis Positif
Cedera Kranioserebral Ringan, GCS 13 - 15

Umumnya didapatkan perubahan orientasi atau tidak mengacuhkan perintah,


tanpa disertai defisit fokal serebral.

CKR Tidak Perlu Orientasi Baik


Tidak ada Gejala Tidak ada Muntah
(Tempat dan
Dirawat Fokal Neurologi atau Sakit Kepala
Waktu)

Ada yang bisa


Tidak ada fraktur mengawasi
tulang kepala dengan baik di
rumah
Cedera Kranioserebral Sedang, GCS 9 - 12

Pasien dalam kategori ini bisa mengalami gangguan kardiopulmoner.

Pemeriksan
Stabilisasi Imaging Observasi
Fisis
• Airway • Kesadaran • Foto Kepala • Fungsi Vital
• Breathing • Pupil atau bagian • Kesadaran
• Circulation • Tanda Fokal tubuh yang • Defisit Fokal
• C-Spine serebral diperlukan Serebral
Control • CT Scan Otak
Cedera Kranioserebral Berat, GCS 3 - 8

Pasien dalam kategori ini, biasanya disertai cedera multipel. Bila didapatkan
fraktur servikal, segera pasang kerah fiksasi leher, bila ada luka terbuka dan ada
perdarahan, dihentikan dengan balut tekan untuk pertolongan pertama.
Tindakan sama dengan cedera kranioserebral sedang dengan pengawasan lebih
ketat dan dirawat di ICU.
Di samping kelainan serebral juga bisa disertai kelainan sistemik. Pasien cedera
kranioserebral berat sering berada dalam keadaan hipoksi, hipotensi, dan
hiperkapni akibat gangguan kardiopulmoner.
Tindakan di Unit Gawat Darurat atau Ruang Rawat

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Resusitasi ABC
Fisik Radiologi Laboratorium

Manajemen TIK Neurorestorasi/


Nutrisi Komplikasi
Meninggi Rehabilitasi
Resusitasi ABC

Airway

Breathing

Circulation
Resusitasi ABC

Airway

Breathing

Tatalaksana :
Kelainan perifer disebabkan oleh
aspirasi, trauma dada, edema • Oksigen Dosis Tinggi
Circulation paru, emboli paru, atau infeksi. 10 – 15 L / menit
• Cari dan atasi penyebabnya
• Gunakan ventilator jika diperlukan
Resusitasi ABC Meningkatkan Risiko
Hipotensi
Diastol < 90 mmHg Kematian dan Kecacatan

Airway
Proses Ekstrakranial

Trauma Dada
Disertai Tatalaksananya
Perdarahan Luar
Tamponade
Breathing Jantung
• menghentikan sumber
perdarahan
Rupture Alat
Syok Septik • perbaikan fungsi jantung
Dalam
• mengganti darah yang hilang,

Circulation atau sementara dengan


Pneumotoraks cairan isotonik NaCl 0,9%.
Pemeriksaan Fisik

Kesadaran

Hasil pemeriksaan dicatat dan dilakukan pemantauan ketat pada hari-hari pertama.
Bila terdapat perburukan salah satu komponen, penyebabnya dicari dan segera diatasi.
Imaging

Foto Kepala
dan Leher

fraktur tulang tengkorak


CT Scan atau bila secara klinis diduga
Otak ada hematoma intrakranial.

Foto
Ekstremitas,
Dada,
Abdomen
Pemeriksaan Laboratorium

Hb, Leukosit, Ureum & Trombosit, PT,


Elektrolit
Diferensiasi Sel Kreatinin aPTT, Fibrinogen

Gula Darah Analisa Gas


Albumin Serum
Sewaktu Darah
Pemeriksaan Laboratorium

Hb, Leukosit, Ureum & Trombosit, PT,


Elektrolit
Diferensiasi Sel Kreatinin aPTT, Fibrinogen

Gula Darah Analisa Gas


Albumin Serum
Sewaktu Darah

Penelitian di RSCM menunjukkan bahwa leukositosis dapat dipakai sebagai salah satu indikator pembeda antara kontusio
(CKS) dan komosio (CKR). Leukosit >17.000 merujuk pada CT scan otak abnormal, sedangkan angka leukositosis >14.000
menunjukkan kontusio meskipun secara klinis lama penurunan kesadaran <10 menit dan nilai SKG 13-15 adalah acuan
klinis yang mendukung ke arah komosio.6 Prediktor ini bila berdiri sendiri tidak kuat, tetapi di daerah tanpa fasilitas CT
scan otak, dapat dipakai sebagai salah satu acuan prediktor yang sederhana.
Pemeriksaan Laboratorium

Hb, Leukosit, Ureum & Trombosit, PT,


Elektrolit
Diferensiasi Sel Kreatinin aPTT, Fibrinogen

Gula Darah Analisa Gas


Albumin Serum
Sewaktu Darah

Hiperglikemia reaktif dapat merupakan faktor


risiko bermakna untuk kematian
Pemeriksaan Laboratorium

Hb, Leukosit, Ureum & Trombosit, PT,


Elektrolit
Diferensiasi Sel Kreatinin aPTT, Fibrinogen

Gula Darah Analisa Gas


Albumin Serum
Sewaktu Darah

Pemeriksaan fungsi ginjal perlu karena manitol merupakan zat hiperosmolar yang
pemberiannya berdampak pada fungsi ginjal. Pada fungsi ginjal yang buruk, manitol
tidak boleh diberikan.
Pemeriksaan Laboratorium

Hb, Leukosit, Ureum & Trombosit, PT,


Elektrolit
Diferensiasi Sel Kreatinin aPTT, Fibrinogen

Gula Darah Analisa Gas


Albumin Serum
Sewaktu Darah

Dikerjakan pada cedera kranioserebral dengan kesadaran menurun. pCO2 tinggi dan pO2
rendah akan memberikan luaran yang kurang baik. pO2 dijaga tetap >90 mm Hg, SaO2
>95%, dan pCO2 30-35 mm Hg.
Pemeriksaan Laboratorium

Hb, Leukosit, Ureum & Trombosit, PT,


Elektrolit
Diferensiasi Sel Kreatinin aPTT, Fibrinogen

Gula Darah Analisa Gas


Albumin Serum
Sewaktu Darah

Kadar elektrolit rendah dapat menyebabkan penurunan kesadaran.


Pemeriksaan Laboratorium

Hb, Leukosit, Ureum & Trombosit, PT,


Elektrolit
Diferensiasi Sel Kreatinin aPTT, Fibrinogen

Gula Darah Analisa Gas


Albumin Serum
Sewaktu Darah

Pasien CKS dan CKB dengan kadar albumin rendah (2,7-3,4g/dL) mempunyai risiko
kematian 4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar albumin norma
Pemeriksaan Laboratorium

Hb, Leukosit, Ureum & Trombosit, PT,


Elektrolit
Diferensiasi Sel Kreatinin aPTT, Fibrinogen

Gula Darah Analisa Gas


Albumin Serum
Sewaktu Darah

Pemeriksaan dilakukan bila dicurigai ada kelainan hematologis. Risiko late hematomas
perlu diantisipai. Diagnosis kelainan hematologis ditegakkan bila trombosit
<40.000/mm3, kadar fibrinogen <40mg/mL, PT >16 detik, dan aPTT > 50 detik.
Manajemen Tekanan Intrakranial Meninggi
Diuretik osmotik (manitol 20%)
dengan dosis 0,5-1 g/kgBB, Loop diuretic (furosemid)
TIK diberikan dalam 30 menit.
MENINGKAT Pemberiannya bersama manitol,
Untuk mencegah rebound, karena mempunyai efek sinergis
pemberian diulang setelah 6 jam
dan memperpanjang efek
dengan dosis 0,25-0,5/kgBB
dalam 30 menit. Pemantauan: osmotik serum manitol.
osmolalitas tidak melebihi 310
Edema Hematoma Dosis: 40 mg/hari IV
mOsm.
Serebri Intrakranial

Bila ada fasilitas, sebaiknya


dipasang monitor TIK Posisi tidur: Bagian kepala
ditinggikan 20-30 derajat
dengan kepala dan dada Terapi Diuretik
TIK normal adalah 0-15 mm Hg.
Di atas 20 mm Hg sudah harus pada satu bidang
diturunkan
Nutrisi
• Pada cedera kranioserebral berat, terjadi hipermetabolisme sebesar 2-2,5 kali normal dan
akan mengakibatkan katabolisme protein.
• Kebutuhan energi rata-rata pada cedera kranioserebral berat meningkat rata-rata 40%. Total
kalori yang dibutuhkan 25-30 kkal/kgBB/ hari.
• Melihat apakah ada perdarahan lambung. Bila pemberian nutrisi peroral sudah baik dan
cukup, infus dapat dilepas untuk mengurangi risiko flebitis.
Rehabilitasi

• Posisi baring diubah setiap 8 jam, dilakukan tapotase toraks, dan

ekstremitas digerakkan pasif untuk mencegah dekubitus dan

pneumonia ortostatik.

• Kondisi kognitif dan fungsi kortikal luhur lain perlu diperiksa.

• GCS 15, dilakukan tes orientasi amnesia Galveston (GOAT).


Komplikasi
Kejang yang terjadi dalam minggu pertama setelah
trauma disebut early seizure, dan yang terjadi
setelahnya disebut late seizure. Early seizure

Kejang Infeksi
terjadi pada kondisi risiko tinggi, yaitu ada fraktur
impresi, hematoma intrakranial, kontusio di
daerah korteks; diberi profi laksis fenitoin dengan
dosis 3x100 mg/hari selama 7-10 hari.

Gastroinstestin
Demam
Komplikasi

Kejang Infeksi
Profilaksis antibiotik diberikan bila ada risiko tinggi infeksi,
seperti pada fraktur tulang terbuka, luka luar, fraktur basis kranii.
Pemberian profi laksis antibiotik ini masih kontroversial. Bila ada

Gastroinstestin
kecurigaan infeksi meningeal, diberikan antibiotik dengan dosis
meningitis
Demam
Komplikasi
Setiap kenaikan suhu harus dicari dan diatasi
penyebabnya. Dilakukan tindakan menurunkan
suhu dengan kompres dingin di kepala, ketiak,

Kejang
dan lipat paha, atau tanpa memakai baju dan
perawatan dilakukan dalam ruangan dengan Infeksi
pendingin.

Boleh diberikan tambahan antipiretik dengan


dosis sesuai berat badan

Gastroinstestin
Demam
Komplikasi
Kelainan tukak stres ini merupakan kelainan mukosa
akut saluran cerna bagian atas karena berbagai
kelainan patologik atau stresor yang dapat disebabkan
oleh cedera kranioserebal. Umumnya tukak stres
terjadi karena hiperasiditas. Keadaan ini dicegah

Kejang Infeksi
dengan pemberian antasida 3x1 tablet peroral atau H2
receptor blockers (simetidin, ranitidin, atau famotidin)
dengan dosis 3x1 ampul IV selama 5 hari.

Gastroinstestin
Demam
Komplikasi
Kegelisahan dapat disebabkan oleh kandung kemih atau usus yang penuh,
patah tulang yang nyeri, atau tekanan intrakranial yang meningkat. Bila ada
retensi urin, dapat dipasang kateter untuk pengosongan kandung kemih.

Kejang
Bila perlu, dapat diberikan penenang dengan observasi kesadaran lebih ketat.
Obat yang dipilih adalah obat peroral yang tidak menimbulkan depresi
Infeksi
pernapasan.

Gastroinstestin
Demam
Proteksi Serebral

• Adanya tenggang waktu antara terjadinya cedera otak primer dengan timbulnya kerusakan

sekunder memberikan kesempatan untuk pemberian neuroprotektor.

• Manfaat obat-obat tersebut sampai saat ini masih terus diteliti. Obat-obat tersebut antara lain

golongan antagonis kalsium (mis., nimodipine) yang terutama diberikan pada perdarahan

subaraknoid (SAH) dan sitikolin untuk memperbaiki memori

• agen neuroprotektor yang diberikan setelah cedera otak dapat menekan kematian dan

menambah perbaikan fungsi otak


Masalah keperawatan
• Inefektif perfusi jaringan
• Gangguan pertukaran gas
• Gangguan sensori persepsi
• Resiko gangguan bersihan jalan napas.
Perencanaan Dan Implementasi
• Jaga patensi jalan napas, pernapasan dan sirkulasi
• Berikan oksigen sesuai indikasi, jika terjadi gangguan jalan napas maka
lakukan intibasi dan berikan oksigen aliran tinggi
• Lakukan pemasangan infus atau jalur intervena untuk memberikan cairan
atau pengobatan
• Berikan posisi had elevation untuk meningkatkan aliran vena
• Hindari fleksi ekstrem pada panggul serta pertahankan leher dan kepala
dalam satu garis
• Pertahankan suhu tubuh normal untuk mencegah peningkatan metabolisme
tubuh
Perencanaan Dan Implementasi
• Cegah jangan sampai terjadi kejang
• Lakukan pemantauan intracranial
• Jika TIK > 20 mm maka diberikan manitol sesuai indikasi

• Pasang monitor jantunng, pantau saturasi oksigen, pasangan


kateter urine dan selang gaster
• Berikan terapi obat sesuai indikasi
Evaluasi dan ongoing monitor
• Pertahankan patensi jln napas
• Evaluasi tingkat kesadaran
• Monitor TIK
• Pantau status hemodinamik dan pertahankan cpp
• Evaluasi suara nafas dan saturari oksigen
• Pantai nadi dan ritme jantung
• Pertahankan kadar glukosa darah normal
• Monitor input dan out put
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai