PT 4 CKB
PT 4 CKB
Istirahat Baring
dengan Mobilisasi Terapi Simtomatis Observasi 24 jam
Bertahap
Cedera Kranioserebral Ringan, GCS 13 - 15
Curiga
Observasi Nyeri Kepala
Hematoma
24 Jam Intrakranial Muntah-muntah
Kesadaran Menurun
Pemeriksan
Stabilisasi Imaging Observasi
Fisis
• Airway • Kesadaran • Foto Kepala • Fungsi Vital
• Breathing • Pupil atau bagian • Kesadaran
• Circulation • Tanda Fokal tubuh yang • Defisit Fokal
• C-Spine serebral diperlukan Serebral
Control • CT Scan Otak
Cedera Kranioserebral Berat, GCS 3 - 8
Pasien dalam kategori ini, biasanya disertai cedera multipel. Bila didapatkan
fraktur servikal, segera pasang kerah fiksasi leher, bila ada luka terbuka dan ada
perdarahan, dihentikan dengan balut tekan untuk pertolongan pertama.
Tindakan sama dengan cedera kranioserebral sedang dengan pengawasan lebih
ketat dan dirawat di ICU.
Di samping kelainan serebral juga bisa disertai kelainan sistemik. Pasien cedera
kranioserebral berat sering berada dalam keadaan hipoksi, hipotensi, dan
hiperkapni akibat gangguan kardiopulmoner.
Tindakan di Unit Gawat Darurat atau Ruang Rawat
Airway
Breathing
Circulation
Resusitasi ABC
Airway
Breathing
Tatalaksana :
Kelainan perifer disebabkan oleh
aspirasi, trauma dada, edema • Oksigen Dosis Tinggi
Circulation paru, emboli paru, atau infeksi. 10 – 15 L / menit
• Cari dan atasi penyebabnya
• Gunakan ventilator jika diperlukan
Resusitasi ABC Meningkatkan Risiko
Hipotensi
Diastol < 90 mmHg Kematian dan Kecacatan
Airway
Proses Ekstrakranial
Trauma Dada
Disertai Tatalaksananya
Perdarahan Luar
Tamponade
Breathing Jantung
• menghentikan sumber
perdarahan
Rupture Alat
Syok Septik • perbaikan fungsi jantung
Dalam
• mengganti darah yang hilang,
Kesadaran
Hasil pemeriksaan dicatat dan dilakukan pemantauan ketat pada hari-hari pertama.
Bila terdapat perburukan salah satu komponen, penyebabnya dicari dan segera diatasi.
Imaging
Foto Kepala
dan Leher
Foto
Ekstremitas,
Dada,
Abdomen
Pemeriksaan Laboratorium
Penelitian di RSCM menunjukkan bahwa leukositosis dapat dipakai sebagai salah satu indikator pembeda antara kontusio
(CKS) dan komosio (CKR). Leukosit >17.000 merujuk pada CT scan otak abnormal, sedangkan angka leukositosis >14.000
menunjukkan kontusio meskipun secara klinis lama penurunan kesadaran <10 menit dan nilai SKG 13-15 adalah acuan
klinis yang mendukung ke arah komosio.6 Prediktor ini bila berdiri sendiri tidak kuat, tetapi di daerah tanpa fasilitas CT
scan otak, dapat dipakai sebagai salah satu acuan prediktor yang sederhana.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan fungsi ginjal perlu karena manitol merupakan zat hiperosmolar yang
pemberiannya berdampak pada fungsi ginjal. Pada fungsi ginjal yang buruk, manitol
tidak boleh diberikan.
Pemeriksaan Laboratorium
Dikerjakan pada cedera kranioserebral dengan kesadaran menurun. pCO2 tinggi dan pO2
rendah akan memberikan luaran yang kurang baik. pO2 dijaga tetap >90 mm Hg, SaO2
>95%, dan pCO2 30-35 mm Hg.
Pemeriksaan Laboratorium
Pasien CKS dan CKB dengan kadar albumin rendah (2,7-3,4g/dL) mempunyai risiko
kematian 4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar albumin norma
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan bila dicurigai ada kelainan hematologis. Risiko late hematomas
perlu diantisipai. Diagnosis kelainan hematologis ditegakkan bila trombosit
<40.000/mm3, kadar fibrinogen <40mg/mL, PT >16 detik, dan aPTT > 50 detik.
Manajemen Tekanan Intrakranial Meninggi
Diuretik osmotik (manitol 20%)
dengan dosis 0,5-1 g/kgBB, Loop diuretic (furosemid)
TIK diberikan dalam 30 menit.
MENINGKAT Pemberiannya bersama manitol,
Untuk mencegah rebound, karena mempunyai efek sinergis
pemberian diulang setelah 6 jam
dan memperpanjang efek
dengan dosis 0,25-0,5/kgBB
dalam 30 menit. Pemantauan: osmotik serum manitol.
osmolalitas tidak melebihi 310
Edema Hematoma Dosis: 40 mg/hari IV
mOsm.
Serebri Intrakranial
pneumonia ortostatik.
Kejang Infeksi
terjadi pada kondisi risiko tinggi, yaitu ada fraktur
impresi, hematoma intrakranial, kontusio di
daerah korteks; diberi profi laksis fenitoin dengan
dosis 3x100 mg/hari selama 7-10 hari.
Gastroinstestin
Demam
Komplikasi
Kejang Infeksi
Profilaksis antibiotik diberikan bila ada risiko tinggi infeksi,
seperti pada fraktur tulang terbuka, luka luar, fraktur basis kranii.
Pemberian profi laksis antibiotik ini masih kontroversial. Bila ada
Gastroinstestin
kecurigaan infeksi meningeal, diberikan antibiotik dengan dosis
meningitis
Demam
Komplikasi
Setiap kenaikan suhu harus dicari dan diatasi
penyebabnya. Dilakukan tindakan menurunkan
suhu dengan kompres dingin di kepala, ketiak,
Kejang
dan lipat paha, atau tanpa memakai baju dan
perawatan dilakukan dalam ruangan dengan Infeksi
pendingin.
Gastroinstestin
Demam
Komplikasi
Kelainan tukak stres ini merupakan kelainan mukosa
akut saluran cerna bagian atas karena berbagai
kelainan patologik atau stresor yang dapat disebabkan
oleh cedera kranioserebal. Umumnya tukak stres
terjadi karena hiperasiditas. Keadaan ini dicegah
Kejang Infeksi
dengan pemberian antasida 3x1 tablet peroral atau H2
receptor blockers (simetidin, ranitidin, atau famotidin)
dengan dosis 3x1 ampul IV selama 5 hari.
Gastroinstestin
Demam
Komplikasi
Kegelisahan dapat disebabkan oleh kandung kemih atau usus yang penuh,
patah tulang yang nyeri, atau tekanan intrakranial yang meningkat. Bila ada
retensi urin, dapat dipasang kateter untuk pengosongan kandung kemih.
Kejang
Bila perlu, dapat diberikan penenang dengan observasi kesadaran lebih ketat.
Obat yang dipilih adalah obat peroral yang tidak menimbulkan depresi
Infeksi
pernapasan.
Gastroinstestin
Demam
Proteksi Serebral
• Adanya tenggang waktu antara terjadinya cedera otak primer dengan timbulnya kerusakan
• Manfaat obat-obat tersebut sampai saat ini masih terus diteliti. Obat-obat tersebut antara lain
golongan antagonis kalsium (mis., nimodipine) yang terutama diberikan pada perdarahan
• agen neuroprotektor yang diberikan setelah cedera otak dapat menekan kematian dan