Anda di halaman 1dari 13

KONSEP HOSPITALISASI

&
KONSEP BERMAIN

Kelompok 3
Silva Rusli Putri A1C219134
Abdullah Mahardika Wailissa A1C219115
Rahmi Dwiana Songke A1C219066

Dosen Pengampuh : Sri Rahmah Haruna, S.Kep., Ns., M.Kes


Mata Kuliah : Keperawatan Anak I
A. Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat
mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).

Berdasarkan hasil pengamatan, pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering
mengalami stres hospitalisasi yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing
dengan lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan
masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam pengelolah asuhan
keperawatan (Nursalam, 2005).
Reaksi anak terhadap hospitalisasi :

1. Masa bayi (0-1 th)

• Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang


• Usia anak > 6 bln terjadi cemas
• Menangis keras
• Pergerakan tubuh yang banyak
• Ekspresi wajah yang tak menyenangkan

2. Masa toddler (2-3 th)

• Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain


• Kurang menunjukkan minat bermain
• Mulai menerima perpisahan
• Anak mulai menyukai lingkungannya
Reaksi anak terhadap hospitalisasi :

3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )

• Menolak makan
• Sering bertanya
• Menangis perlahan
• Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
• Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan
malu, takut, menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerja sama
dengan perawat.

4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun

Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai ,


keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan
kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok
sosial,perasaan takut mati, dan kelemahan fisik.
Reaksi anak terhadap hospitalisasi :

5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )

Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya.


Pembatasan aktivitas menyebabkan kehilangan kontrol.
Reaksi yang muncul :
• Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
• Tidak kooperatif dengan petugas
• Perasaan sakit menimbulkan respon :
o Bertanya-tanya
o Menarik diri
o Menolak kehadiran orang lain
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi dan perasaan yang muncul dalam
hospitalisasi:

Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu : takut, rasa
bersalah, stress dan cemas (Halsom and Elander, 1997)

Reaksi orang tua dipengaruhi oleh:

1. Tingkat keseriusan penyakit anak


2. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3. Prosedur pengobatan
4. Kekuatan ego individu
5. Kemampuan koping
6. Kebudayaan dan kepercayaan
7. Komunikasi dalam keluarga
Dampak Hospitalisasi:
Dampak Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan
stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan
dipengaruhi oleh banyaknya faktor :

 Faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan


lainnya),
 Lingkungan baru
 Lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan.

Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan


anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak
tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak
akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang
mendampingi selama perawatan (Marks, 1998).
Manfaat Hospitalisasi :

1. Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara memberi kesempatan keluarga
mempelajari reaksi pasien terhadap stressor yang dihadapi selama perawatan di rumah sakit.

2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Perawatan dapat memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk belajar tentang penyakit, prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien

3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengambil keputusan, sehingga tidak terlalu bergantung pada orang lain dan menjadi
percaya diri

4. Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien yang ada, teman sebaya atau
teman sekolah. Berikan kesempatan padanya untuk saling kenal dan berbagi pengalaman.
B. KONSEP BERMAIN PADA ANAK

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara
(Wong, 2000).

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Fungsi Bermain Pada Anak:

Membantu Perkembangan
Meningkatkan Kesadaran Diri
Sensorik dan Motorik

Membantu Perkembangan Kognitif Mempunyai Nilai Terapeutik

Meningkatkan Sosialisasi Anak Mempunyai Nilai Moral Pada Anak

Meningkatkan Kreatifitas
Tujuan Bermain:
You can simply impress your audience and
add a unique zing and appeal to your
Presentations. Easy to change colors,
photos and Text. Get a modern
PowerPoint Presentation that is
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan 3. Mengembangkan beautifully designed. You can simply
kreatifitas dan kemampuan
impress your audience and add a unique
yang normal, karena pada saat sakit anak mengalami memecahkan masalah. zing andPermainan akan menstimulasi
appeal to your Presentations.
Easy to change colors, photos and Text.
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. daya pikir, imajinasi,
Getfantasinya untukPresentation
a modern PowerPoint menciptakan
sesuatu seperti yangthat ada
is beautifully
dalam designed.
pikirannya.

2. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi 4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress
serta ide-idenya. karena sakit dan dirawat di rumah sakit.
Karakteristik Bermain (Usia Bayi – Prasekolah):
1. Usia 0-1 tahun

Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih kerja sama antara mata
dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan,
melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga
fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.

2. Usia 1-2 tahun

Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarnya bertujuan untuk melatih anak melakukan
gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari
dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya.

3. Usia 3-6 tahun

Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga
sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan, menyamakan dan membedakan,
kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi
motorik, menegembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang
bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai