Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

PATOFISIOLOGI UBLR, RESPIRATORY DISTRESS


SYINDROM, HIPERBILIRUBINEMIA

KELOMPOK I
AJAY QUMAR SAGALA A1C219095
NADIA GARDILAH A1C219123
ANDI DESTRIA A1C219098
A. DEFINISI KEPERAWATAN ANAK

Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki


perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus
pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic
care), dan manajemen kasus. Keluarga merupakan unsur penting dalam
perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat
ditentukan oleh lingkungan keluarga untuk itu keperawtan anak harus mengenal
keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan
anak ( Wong, Perry & Hockenberry. 2002). sebagai perawat, dalam memberikan
pelayanan keperawatan anak, harus mampu memfasilitasi keluarga dalam
berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan
keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak.
B. DEFINISI

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Dahulu
bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut premature.untuk
mendapatkan keseragaman pada kongres “European Perinatal Medicine” II dilondon
(1970) telah disusun definisi sebagai berikut :

 Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari)
 Bayi cukup bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259-293 hari)
 Bayi lebih bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 42 minggu atau lebih 294
hari atau lebih)
2. Respiratory Distress Syindrome
Respiratory Distress Syndrome atau RDS adalah suatu keadaan dimana
bayi mengalami kegawatan pernafasan yang diakibatkan kurang atau tidak
adanya surfaktan dalam paru-paru (Nelson, 2000).

3. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus.
(Suzanne C. Smeltzer, 2002) Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar
bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
C. ETIOLOGI

1. BBLR
Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor. Semakin muda usia
kehamilan, semakin besar resiko dapat terjadinya BBLR (Proverawati,
Sulistyorini, 2010).

faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR secara umum :


a) Faktor ibu
 penyakit\
 Usia ibu
 Jarak antara kehamilan sebelumnya pendek
 Memiliki riwayat BBLR sebelumnya
 Memiliki riwayat BBLR sebelumnya
 Kondisi ibu saat hamil
b) Faktor janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian bblr antara
lain : kehamilan ganda,ketuban pecah dini,cacat bawaan,kelainan
kromosom,infeksi (missal : Rubella dan Sifilis) dan
hidramnion/polihidramnion.

c) Faktor ekonomi
 Kejadian tertinggi biasanya pada keadaan sosial ekonomi yang

rendah
 Gizi yang kurang

d) Faktor lingkungan
 Terkena Radiasi
 Terpapar Zat beracun
2. Respiratory Distress Syindrome
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu
ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi
RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu
prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria.. Surfaktan
biasanya didapatkan pada paru yang matur.

3. Hiperbilirubinemia
 Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
 Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
 Gangguan konjugasi bilirubin.
 Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah
merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena
adanya perdarahan tertutup.
 Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
 Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti :
infeksi toxoplasma. Siphilis.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. BBLR
Menurut Poverawati,Sulistyorini (2010) manifestasi klinis yang dapat
ditemukan pada bayi degan berat badan lahir rendah adalah.
 Berat Badan kurang dari 2500 gram
 panjang Badan kurang dari 45 cm
 lingkar dada kurang 30 cm dan linkar kepala kurang dari 33 cm
 kepala lebih besar dari tubuh
 Rambut lanugo masih banyak,jaringan lemak subkutan tipis atau sedikit
 tulang rawan dan daun telinga belum cukup,sehingga elastisitas belum
sempurna
 Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
 Genetalia belum sempurna,pada bayi perempuan labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, kalau pada bayi laki-laki Testis belum turun
kedalam skrutom,pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang
 Pergerakan kurang dan lemah,tangis lemah,pernapasan belum teratur, dan
sering mendapatkan apne.
 Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun,sehingga refleks menghisap dan
menelan belum sempurna
 Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi
2. Respiratory Distress Syindrome
Menurut Martin, 1999 manifestasi klinis antara lain :
 Kesulitan dalam memulai respirasi normal
 Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, Refraksi sternum dan interkosta
 Nafas cuping hidung
 Sianosis pada udara kamar
 Respiarasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah
 Auskultasi; udara yang masuk berkurang
 Edema ekstremitas
 Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil
dengan corakan bronkogram udara.
Kelainan-kelainan fisiologis:
 Daya kembang paru-paru berkurang hingga mencapai seperlima sampai
sepersepuluh nilai normal.
 Daerah paru-paru yang tidak mengalami perfusi luas mencapai 50-60%
 Aliran darah kapiler pulmonal kurang
 Ventilasi alveolus berkurang dan usaha nafas meningkat
 Volume paru-paru berkurang
 Perubahan-perubahan ini menyebabkan hipoksemia, seringkali hiperkarbia
dan jika mengalami hipoksemia berat menimbulakan asidosis.

3. Hiperbilirubinemia
 Kulit berwarna kuning sampe jingga
 Pasien tampak lemah
 Nafsu makan berkurang
 Reflek hisap kurang
 Urine pekat
 Perut buncit
 Pembesaran lien dan hati
 Gangguan neurologic
 Feses seperti dempul
 Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
 Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
 Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
 Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari
ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
E. PATOFISIOLOGI

1. BBLR
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada
ibu,ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan
lahir rendah.apabila dilihat dari faktor kehamilan,salah satu etiologinya yaitu
hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih
dari satu,maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh dalam rahim tidak sama
dengan janin tunggal,yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang
didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang salah satu dari janin pada
hamil ganda juga mengalami BBLR
2. Respiratory Distress Syindrome
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang,
pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah,
produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan
kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku.

3. Hiperbilirubinemia
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin
pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan
bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh.
Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi hipoksia,
asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin
adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
F. PATHWAY

1. BBLR
2. Respiratory Distress Syindrome
3. Hiperbilirubinemia
G. PENATALAKSANAAN

Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Nurafif & Hardi
(2016)

a. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi,diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat kosumsi O2 yang cukup.bila dirawat dalam inkubator maka suhunya
untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35 dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg
adalah 34 .

b. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi
sedikit secara perlahan-lahan dan hati-hati.pemberian makanan dini berupa
glukosa,ASI atau PASI mengurangi resiko hipoglikemia,dehidrasi atau
hiperbilirubinia.
c. Mencegah infeksi
Bayi premature mudah terserang infeksi.hal ini disebabkan karena daya
tubuh bayi terhadap infeks kurang antibody relatif belum terbentuk dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.prosedur
pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
 Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2
menit sebelum masuk keruangan rawat bayi.
 Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah
memegang seorang bayi
 Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang
berhubungan dengan bayi
 Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan
 Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi.
2. Respiratory Distress Syindrome
Setiap bayi dengan gangguan pernafasan memerlukan penangan secara
umum berupa :
 Pemberian oksigen dengan aliran sedang.
 Bila frekuensi pernafasan kurang dari 30 kali per menit, harus diobservasi ketat.
Bila kurang dari 20 kali per menit setiap saat resusitasi bayi dengan
menggunakan balon sungkup (Alat Balon-Sungkup Alat kantong-sungkup terdiri
atas sebuah kantong yang terhubungkan dengan sebuah sungkup).
 Bila apnu :
1) Stimulasi bayi untuk bernafas dengan menggosok-gosok punggung
bayi selama 10 detik.
2) Bila belum mulai bernafas resusitasi bayi dengan menggunakan balon dan
sungkup.
 Indikasi penggunaan balon dan sungkup adalah apnu atau megap-megap,
frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit dan sianosis sentral persisten
walaupun diberi aliran oksigen bebas 100%. Periksa kadar glukosa darah bila
kurang dari 45 g/dl, segera terapi sebagai hipoglikemi.
 Bila didapatkan tanda-tanda lainya misalnya: kesulitan minum, BBLR, tada-
tanda kejang, sepsis dan lain-lain, usahakan menentukan penyebab gangguan
nafas ini sambil meneruskan pemberian oksigennya.
Menajemen spesifik atau menajemen lanjut :
 Gangguan nafas ringan
 Gangguan nafas sedang
 Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk
terapi kemungkinan besar sepsis.
1) Suhu aksiler <> 39˚C
2) Air ketuban bercampur mekonium
3) Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban
pecah dini (> 18 jam).
 Gangguan nafas berat

Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
 Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
 Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
caiaran paru
 Fenobarbital
 Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
Perawatan suportif awal bayi terutama penanganan hipoksia, hipotermia,
sangat mengurangi tingkat keparahan RDS :
 Bayi ditempatkan didalam inkubator dengan suhu didalamnya
dipertahankan 35-36 C.
 Kalori dan cairan diberikan glukosa 10 % dengan kecepatan 65-75
ml/kg/24 jam
 Oksigen yang hangat dan dilembabkan dengan kadar yang cukup
 Bayi dengan RDS yang berat dan apnoe memerlukan bantuan ventilasi
mekanis (pH arteri <7,20; pCO2 60 mmHg atau lebih; pO2 darah arteri 50
mmHg atau kurang pada kadar O2 70-100 %)
 Pemasukan surfaktan eksogen kedalam endotrakea bayi dan ventilasi
mekanis untuk pengobatan (rescue terapi) dapat memperbaiki ketahanan
hidup dan mengurangi incidens kebocoran udara paru
3. Hiperbilirubinemia
 Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini
(pemberian ASI).
 Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran,
misalnya sulfa furokolin.
 Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
 Fenobarbital
 Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
 Fototerapi
 Transfusi tukar.
 Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel
hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga
berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin
bebas ke organ hari.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai