KELOMPOK I
AJAY QUMAR SAGALA A1C219095
NADIA GARDILAH A1C219123
ANDI DESTRIA A1C219098
A. DEFINISI KEPERAWATAN ANAK
Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari)
Bayi cukup bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259-293 hari)
Bayi lebih bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 42 minggu atau lebih 294
hari atau lebih)
2. Respiratory Distress Syindrome
Respiratory Distress Syndrome atau RDS adalah suatu keadaan dimana
bayi mengalami kegawatan pernafasan yang diakibatkan kurang atau tidak
adanya surfaktan dalam paru-paru (Nelson, 2000).
3. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus.
(Suzanne C. Smeltzer, 2002) Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar
bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
C. ETIOLOGI
1. BBLR
Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor. Semakin muda usia
kehamilan, semakin besar resiko dapat terjadinya BBLR (Proverawati,
Sulistyorini, 2010).
c) Faktor ekonomi
Kejadian tertinggi biasanya pada keadaan sosial ekonomi yang
rendah
Gizi yang kurang
d) Faktor lingkungan
Terkena Radiasi
Terpapar Zat beracun
2. Respiratory Distress Syindrome
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu
ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi
RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu
prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria.. Surfaktan
biasanya didapatkan pada paru yang matur.
3. Hiperbilirubinemia
Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
Gangguan konjugasi bilirubin.
Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah
merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena
adanya perdarahan tertutup.
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti :
infeksi toxoplasma. Siphilis.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. BBLR
Menurut Poverawati,Sulistyorini (2010) manifestasi klinis yang dapat
ditemukan pada bayi degan berat badan lahir rendah adalah.
Berat Badan kurang dari 2500 gram
panjang Badan kurang dari 45 cm
lingkar dada kurang 30 cm dan linkar kepala kurang dari 33 cm
kepala lebih besar dari tubuh
Rambut lanugo masih banyak,jaringan lemak subkutan tipis atau sedikit
tulang rawan dan daun telinga belum cukup,sehingga elastisitas belum
sempurna
Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
Genetalia belum sempurna,pada bayi perempuan labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, kalau pada bayi laki-laki Testis belum turun
kedalam skrutom,pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang
Pergerakan kurang dan lemah,tangis lemah,pernapasan belum teratur, dan
sering mendapatkan apne.
Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun,sehingga refleks menghisap dan
menelan belum sempurna
Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi
2. Respiratory Distress Syindrome
Menurut Martin, 1999 manifestasi klinis antara lain :
Kesulitan dalam memulai respirasi normal
Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, Refraksi sternum dan interkosta
Nafas cuping hidung
Sianosis pada udara kamar
Respiarasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah
Auskultasi; udara yang masuk berkurang
Edema ekstremitas
Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil
dengan corakan bronkogram udara.
Kelainan-kelainan fisiologis:
Daya kembang paru-paru berkurang hingga mencapai seperlima sampai
sepersepuluh nilai normal.
Daerah paru-paru yang tidak mengalami perfusi luas mencapai 50-60%
Aliran darah kapiler pulmonal kurang
Ventilasi alveolus berkurang dan usaha nafas meningkat
Volume paru-paru berkurang
Perubahan-perubahan ini menyebabkan hipoksemia, seringkali hiperkarbia
dan jika mengalami hipoksemia berat menimbulakan asidosis.
3. Hiperbilirubinemia
Kulit berwarna kuning sampe jingga
Pasien tampak lemah
Nafsu makan berkurang
Reflek hisap kurang
Urine pekat
Perut buncit
Pembesaran lien dan hati
Gangguan neurologic
Feses seperti dempul
Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari
ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
E. PATOFISIOLOGI
1. BBLR
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada
ibu,ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan
lahir rendah.apabila dilihat dari faktor kehamilan,salah satu etiologinya yaitu
hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih
dari satu,maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh dalam rahim tidak sama
dengan janin tunggal,yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang
didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang salah satu dari janin pada
hamil ganda juga mengalami BBLR
2. Respiratory Distress Syindrome
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang,
pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah,
produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan
kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku.
3. Hiperbilirubinemia
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin
pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan
bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh.
Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi hipoksia,
asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin
adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
F. PATHWAY
1. BBLR
2. Respiratory Distress Syindrome
3. Hiperbilirubinemia
G. PENATALAKSANAAN
Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Nurafif & Hardi
(2016)
a. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi,diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat kosumsi O2 yang cukup.bila dirawat dalam inkubator maka suhunya
untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35 dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg
adalah 34 .
b. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi
sedikit secara perlahan-lahan dan hati-hati.pemberian makanan dini berupa
glukosa,ASI atau PASI mengurangi resiko hipoglikemia,dehidrasi atau
hiperbilirubinia.
c. Mencegah infeksi
Bayi premature mudah terserang infeksi.hal ini disebabkan karena daya
tubuh bayi terhadap infeks kurang antibody relatif belum terbentuk dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.prosedur
pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2
menit sebelum masuk keruangan rawat bayi.
Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah
memegang seorang bayi
Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang
berhubungan dengan bayi
Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan
Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi.
2. Respiratory Distress Syindrome
Setiap bayi dengan gangguan pernafasan memerlukan penangan secara
umum berupa :
Pemberian oksigen dengan aliran sedang.
Bila frekuensi pernafasan kurang dari 30 kali per menit, harus diobservasi ketat.
Bila kurang dari 20 kali per menit setiap saat resusitasi bayi dengan
menggunakan balon sungkup (Alat Balon-Sungkup Alat kantong-sungkup terdiri
atas sebuah kantong yang terhubungkan dengan sebuah sungkup).
Bila apnu :
1) Stimulasi bayi untuk bernafas dengan menggosok-gosok punggung
bayi selama 10 detik.
2) Bila belum mulai bernafas resusitasi bayi dengan menggunakan balon dan
sungkup.
Indikasi penggunaan balon dan sungkup adalah apnu atau megap-megap,
frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit dan sianosis sentral persisten
walaupun diberi aliran oksigen bebas 100%. Periksa kadar glukosa darah bila
kurang dari 45 g/dl, segera terapi sebagai hipoglikemi.
Bila didapatkan tanda-tanda lainya misalnya: kesulitan minum, BBLR, tada-
tanda kejang, sepsis dan lain-lain, usahakan menentukan penyebab gangguan
nafas ini sambil meneruskan pemberian oksigennya.
Menajemen spesifik atau menajemen lanjut :
Gangguan nafas ringan
Gangguan nafas sedang
Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk
terapi kemungkinan besar sepsis.
1) Suhu aksiler <> 39˚C
2) Air ketuban bercampur mekonium
3) Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban
pecah dini (> 18 jam).
Gangguan nafas berat
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
caiaran paru
Fenobarbital
Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
Perawatan suportif awal bayi terutama penanganan hipoksia, hipotermia,
sangat mengurangi tingkat keparahan RDS :
Bayi ditempatkan didalam inkubator dengan suhu didalamnya
dipertahankan 35-36 C.
Kalori dan cairan diberikan glukosa 10 % dengan kecepatan 65-75
ml/kg/24 jam
Oksigen yang hangat dan dilembabkan dengan kadar yang cukup
Bayi dengan RDS yang berat dan apnoe memerlukan bantuan ventilasi
mekanis (pH arteri <7,20; pCO2 60 mmHg atau lebih; pO2 darah arteri 50
mmHg atau kurang pada kadar O2 70-100 %)
Pemasukan surfaktan eksogen kedalam endotrakea bayi dan ventilasi
mekanis untuk pengobatan (rescue terapi) dapat memperbaiki ketahanan
hidup dan mengurangi incidens kebocoran udara paru
3. Hiperbilirubinemia
Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini
(pemberian ASI).
Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran,
misalnya sulfa furokolin.
Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
Fenobarbital
Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
Fototerapi
Transfusi tukar.
Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel
hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga
berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin
bebas ke organ hari.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH