Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MATERNITAS II

IDENTIFIKASI DEFINISI

OLEH :

AJAY QUMAR SAGALA

A1C219095
1. Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa (atau hamil anggur) adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terbentuk
akibat kegagalan pembentukan janin.[1] Bakal janin tersebut dikenal dengan istilah mola hidatidosa.[1]
Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin tersebut mirip dengan gerombolan buah
anggur.[1] Mola hidatidosa juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang berasal dari kelainan
pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dan diserai dengan degenerasi kistik villi serta
perubahan hidropik.[2] Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel telur) yang telah dibuahi dan
nantinya akan melekat di dinding rahim hingga berkembang menjadi plasenta serta membran yang
memberi makan hasil pembuahan.[2] Penyebab penyakit ini belum diketahui pasti, amun diduga karena
kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah rahim.[

2. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Kehamilan ektopik adalah hamil di luar kandungan atau rahim. Kondisi ini menyebabkan perdarahan dari
vagina dan nyeri hebat di panggul atau perut bawah. Kehamilan ektopik harus segera ditangani karena
dapat berbahaya, dan janin juga tidak akan berkembang dengan normal.

Kehamilan berawal dari sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma. Pada proses kehamilan normal, sel
telur yang telah dibuahi akan menetap di tuba falopi (saluran sel telur) selama kurang lebih tiga hari,
sebelum dilepaskan ke rahim. Di dalam rahim, sel telur yang telah dibuahi akan terus berkembang
hingga masa persalinan tiba.

Pada kehamilan ektopik, sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada rahim, melainkan pada organ
lain. Tuba falopi adalah organ yang paling sering ditempeli sel telur pada kehamilan ektopik. Selain tuba
falopi, kehamilan ektopik juga bisa terjadi di indung telur, leher rahim (serviks) atau di rongga perut.

3. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah kondisi ketika ari-ari atau plasenta berada di bagian bawah rahim, sehingga
menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Selain menutupi jalan lahir, plasenta previa dapat
menyebabkan perdarahan hebat, baik sebelum maupun saat persalinan.

Plasenta adalah organ yang terbentuk di rahim pada masa kehamilan. Organ ini berfungsi menyalurkan
oksigen dan nutrisi dari ibu kepada janin, serta membuang limbah dari janin.

Normalnya, plasenta memang berada di bagian bawah rahim pada awal masa kehamilan, namun seiring
pertambahan usia kehamilan dan perkembangan rahim, plasenta akan bergerak ke atas. Pada kasus
plasenta previa, posisi plasenta tidak bergerak dari bawah rahim hingga mendekati waktu persalinan.
4. Abrupsio Plasenta

Abruptio plasenta atau solusio plasenta adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terlepas dari
dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan. Lepasnya plasenta ini dapat menyebabkan
pasokan nutrisi dan oksigen pada bayi dapat menurun atau terhambat.

Plasenta berfungsi menyalurkan nutrisi dan oksigen ke bayi, serta membuang limbah metabolisme dari
tubuh bayi. Plasenta melekat pada dinding rahim. Organ yang sering disebut sebagai ari-ari ini juga
terhubung dengan bayi melalui tali pusat.

5. Atonia Uteri

Atonia uteri adalah kondisi ketika rahim tidak bisa berkontraksi kembali setelah melahirkan. Kondisi ini
dapat mengakibatkan perdarahan pascapersalinan yang dapat membahayakan nyawa ibu.

Atonia uteri atau kegagalan rahim untuk berkontraksi adalah penyebab paling umum perdarahan
postpartum atau perdarahan setelah persalinan yang menjadi salah satu faktor utama penyebab
kematian ibu.

6. Partus Presipitatus

Partus presipitatus merupakan persalinan yang selesai terlalu cepat, atau kurang dari 3 jam. Hingga saat
ini belum ditemukan penyebab pasti dari partus presipitatus, tetapi diketahui beberapa faktor risiko
seperti peradangan intraserviks dan kehamilan preeklamsia. Dilaporkan bahwa partus presipitatus dapat
meningkatkan kejadian laserasi serviks 1,8 kali lipat lebih sering dibanding persalinan non presipitatus.
[2,9]

7. Subinvulisio Uteri

Involusi merupakan proses kembalinya suatu organ ke ukuran semula. Subinvolusi adalah kegagalan
perubahan fisiologis pada sistem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran
yang reproduktif untuk kembali ke keadaan tidak hamil.

Uterus (rahim) adalah organ yang paling umum mengalami subinvolusi. Subinvolusi uterus adalah
kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi uterus atau proses involusi yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan uterus terhambat. Karena rahim merupakan organ
yang paling mudah diakses untuk diukur, penilaian involusi uterus perlu dilakukan dalam menilai
subinvolusi.
8. Aterm

Dilihat dari istilah spesifik di atas, kehamilan aterm adalah istilah untuk menunjukkan usia kehamilan
normal, di mana janin di perut Anda lahir dengan tepat saat memasuki usia kehamilan 39 sampai 40
minggu. Lalu, apakah istilah aterm tersebut hanya bisa disebut untuk proses melahirkan tertentu?

9. Full Term

Adalah keadaan dimana organ-organ bayi Anda sudah bisa berfungsi dengan sempurna, tanpa bantuan
medis. Sin

10. Leukhorea

Leukorea (flour albus) didefinisikan dalam tiga pengertian; pertama, keputihan adalah keluarnya cairan
dari jalan lahir yang bukan darah; kedua, keputihan adalah gejala yang diberikan pada cairan yang keluar
dari saluran genetalia wanita, yang tidak berubah; dan yang terakhir, keputihan adalah sekret putih yang
kental keluar dari vagina maupun rongga uterus.

11. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa

nifas

12. Lochea Rubra

warna dan tampilan lochea akan berbeda seiring berjalannya waktu. Dua sampai tiga hari pasca
melahirkan, lochea akan berwarna merah gelap dan teksturnya lebih kental. Cairan yang berwarna
merah gelap ini dinamakan lochia rubra.

Saat 4 hari setelah melahirkan, cairan lokia akan lebih encer dan berwarna merah terang seperti darah
menstruasi.

Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-

sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selam 2 hari post

partum .
13. Lochea Sanguinolenta

Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 post

partum .

14. Lochea Serosa

Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14

post partum .

Anda mungkin juga menyukai