Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

KONSEP STRES DAN ADAPTASI


DOSEN PENGAMPUH ; SITI RAHMANI Ns.,S.Kep

KELOMPOK 4
AJAY QUMAR SAGALA ( A1C219095 )
DHEA ANNATHASYA MATALANG ( A1C219139 )
YULIANA AINUSI ( A1C219138 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR 2020 / 2021
Daftar Isi

Cover ............................................................................................................ i

Daftar Isi ....................................................................................................... ii

Kata pengantar ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................1

C. Tujuan penulisann ....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Stress .................................................................................... 2

B. Sumber-sumber stress .............................................................................2

C. Bentuk-bentuk stress ...............................................................................4

D. Reaksi dan respon tubuh terhadap stress ................................................5

E. Adaptasi terhadap stess ...........................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................9

B.Saran............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyeelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjukmaupun pedoman bagi pembaca.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu hingga selesainya
tugas mata kuliah ini.Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yangkami miliki sangat kurang.

Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembacauntuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untukkesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja mengalami ketegangan hidup yang berakibat
akan adanya tuntutan kesulitan atau ancaman terhadap bahaya kehidupan yang semakin
sulit terpecahkan sehingga seringkali di dapati seorang mengalami ketegangan psikologi.

Itu semua merupakan masalah yangrelatif, tergantung dari tinggi rendahnya kedewasaan
kepribadian dan bagaimanasudut pandang seseorang dalam menghadapinya. Strees adalah
penekanan pada peristiwa – peristiwa dan situasi negatif yang di alami individu yang
dapatmenimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya (Lahey & Ciminero ,1998)

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Stres ?

2. Sumber-sumber Stres ?

3. Bentuk-bentuk Stres ?

4. Reaksi dan respon tubuh terhadap Stres ?

5. Adaptasi terhadap Stres ?

6. Respons ?

7. Macam-macam adaptasi terhadap stress ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososial Budaya

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian stres, sumber-sumber stress dan bentuk- bentuk stres. 

b. Untuk mengetahui reaksi dan respon tuhuh terhadap stres sertaadaptasi terhadap stres.

c. Untuk mengetahui macam-macam adaptasi terhadap stress danmekasisme koping.

d. Untuk mengetahui peran perawat dalam mengatasi Stres.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STRES

Luthans (2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalammenyesuaikan diri


yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari
tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan
tuntutan psikologis dan fisik seseorang.

Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi dinamis dimana individudihadapkan pada
kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yangdiperoleh sangatlah penting tetapi
tidak dapat dipastikan (Robbins, 2003:577).

Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yangmenilai suatu peristiwa
sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupunmembahayakan dan individu
merespon peristiwa itu pada level fisiologis,emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stress dapatsaja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif
(contoh:kematian keluarga).

Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan(stressfull event) atau tidak,


bergantung pada respon yang diberikan olehindividu.Stres adalah stimulus atau situasi yang
menimbulkan distres danmenciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres
membutuhkankoping dan adaptasi.

Sindrom adaptasi umum atau Teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang
terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebutpositif atau
negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab
tertentu(Issac, 2004)

B.  SUMBER ATAU PEMICU STRES (STRESSOR)

Faktor pemicu stres dapat berasal dari berbagai sumber, yang dapat diklasifikasikan
sebagaimana berikut ini.

1.      Stressor Fisik-Biologis

Stressor fisik-biologis adalah faktor peicu stres yang berasal dari kondisi fisik-biologis yang
tidak sesuai dengan keinginan dan harapan individu. Misalnya; penyakit yang sulit
disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah yang
tidak cantik/ganteng, dan postur tubuh yang di persepsi tidak ideal (seperti terlalu kecil,
kurus, pendek, atau gemuk).
2.   Stressor Psikologis

Stressor psikologis merupakan faktor penyebab stres yang berasal dari kondisi kejiwaan
(psikologis) yang tidak mampu menyesuaikan diri dan atau tidak dapat menerima
kenyataan. Misalnya; negative thingking atau berburuk sangka, frustasi (kekecewaan karena
gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasad (iri hati atau dendam), dengki, sikap
permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.

3.   Stressor Sosial

Stressor Sosial adalah faktor pemicu stres yang berasal dari kondisi lingkungan dan atau
interaksi sosial.

a.Iklim kehidupan keluarga; hubungan antaranggota keluarga yang tidak harmonis (broken


home), perceraian, suami atau istri selingkuh, suami atau istri meninggal, anak yang nakal
(seperti : suka melawan kepada orang tua, sering membolos dari sekolah, mengkonsumsi
minuman keras, dan menyalah gunakan obat-obatanterlarang), sikap dan perlakuan
orang tua yang keras, salah seorang anggota keluarga, mengidap gangguan jiwa, dan
kesulitan ekonomi keluarga.

b. Factor pekerjaan; kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran, kena PHK (Pemutusan


Hubungan Kerja), perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang ridak sesuai dengan
minat dan kemampuan, dan penghasilan tidak sesuai dengan tuntutan kebutuhan sehari-
hari.

c. Iklim lingkungan; maraknya kriminalitas, tawuran antar pelajar, hargakebutuhan pokok


yang mahal, kurang tersedia fasilitas air bersih yang memadai, kemarau panjang, udara
yang sangat panas/dingin, suara bising, polusis udara, lingkungan yang kotor atau kondisi
perumahan yang buruk, kemacetan lalu lintas, bertempat tinggal didaerah banjir atau
rentan tanah longsor, serta situasi kehidupan politik dan ekonomi yang tidak stabil.

Keterkaitan antara Stressor, respons dan dampak stress dapat dilihat pada skema berikut:

                                                  →        RESPONS EMOSI

                                                               Marah, cemas, takut,

                                                               Kehilangan semangat,

                                                               Duka cita

STRESSOR → PERSEPSI       →       RESPONS FISIK

                                                              Perubahan biokimia tubuh,

                                                              Fluktuasi hormonal
                                                 →       RESPONS PERILAKU

                                                             Mencari pertolongan dan

                                                             Memecahkan masalah, atau

                                                             Berperilaku negatif

Terkait dengan pembahasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan stres seperti telah
dikemukakan di atas Greenwood III dan Greenwood Jr (1976: 52-109) mengemukakan
bahwa tubuh manusia merupakan sistem terbuka, yang dilengkapi dengan
mekanisme homeostatik, yaitu kecenderuangan untuk senantiasa memelihara kestabilan
organisme, terutama setelah organisme mengalami gangguan. Faktor-faktor yang
mengganggu kestabilan (stres) organisme berasal dari dalam maupun dari luar.

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri organisme (faktor internal) adalah faktor biologis
dan faltor psikologis, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri organisme (faktor
eksternal) adalah faktor lingkungan.

C. BENTUK - BENTUK STRES

 Stres baik
Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif. Bahkan, pengalaman
positif juga dapat membawa stres, seperti upacara kelulusan atau pernikahan. Namun,
tipe stres seperti ini dalam dosis kecil sebenarnya baik untuk sistem imun kita. Selain
itu, tipe stres ini juga dapat membuat banyak orang lebih mudah untuk menciptakan
tujuan dan menikmati proses mencapainya dengan penuh energi.
 Distres internal.
Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe stres negatif hasil dari
pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi yang tidak terduga dan tidak
nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan rasa aman sehingga apabila rasa
tersebut terusik, tubuh pun mengalami distres.
 Distres Akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh peristiwa
buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik terjadi ketika seseorang
harus menahan stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe stres tadi akan memicu
timbulnya hiperstres.
 Hipostres
Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapat memicu tipe stres
lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan "ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga
diartikan kebosanan yang ekstrem. Seseorang yang mengalami hipostres mungkin
merasa tidak tertantang, tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres
dapat memicu perasaan depresi dan kesia-siaan.
 Austres
Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat tubuh
menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk
menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres ini dapat
membantu memberi kekuatan dan menentukan keputusan, contohnya menemukan
solusi untuk masalah.

D. REAKSI DAN RESPON TUBUH TERHADAP STRES

Pada umumnya, kita memiliki dua reaksi naluriah yang membentuk respon terhadap Stres.
Kedua reaksi tersebut diantaranya adalah respon “Fight or Flight (Melawan atau Lari)” dan
“General Adaptation Syndrome (Sindrom Adaptasi Umum). Kedua reaksi tersebut dapat
terjadi dalam waktu yang bersamaan.

1. Fight or Flight Response (Respon Melawan atau Lari)

Walter Cannon mengidentifikasikan respon melawan atau lari (Fight or Flight) pada tahun
1932. Respon ini merupakan respon dasar kelangsungan hidup jangka pendek yang dipicu
ketika mengalami syok (shock) atau ketika kita melihat sesuatu yang kita rasakan sebagai
ancaman. Otak kita kemudian akan melepaskan hormon stres yang mempersiapkan tubuh
untuk “lari” dari ancaman atau “melawan”nya. Ini akan memberikan kita kekuatan namun
juga akan mengakibatkan kita menjadi mudah tersinggung dan gelisah. Dalam situasi seperti
ini, menjaga diri tetap dalam kondisi tenang, rasional dan terkendali adalah pendekatan
yang tepat.

2. General Adaptation Syndrome (GAS) atau Sindrom Adaptasi Umum

General Adaptation Syndrome (GAS) atau Sindrom Adaptasi Umum yang diidentifikasikan


oleh Hans Selye pada tahun 1950 ini merupakan respon terhadap paparan jangka panjang
stres.

Hans Selye menemukan bahwa terdapat tiga fase yang berbeda dalam mengatasi stres.
Ketiga fase tersebut adalah sebagai berikut :

Fase Alarm (Alarm Phase), yaitu reaksi kita pada saat menghadapi Stressor. Stressor adalah
suatu keadaan atau peristiwa yang tidak mengenakkan bagi seseorang.

Fase Resistansi (Resistance Phase), yaitu fase dimana kita berusaha untuk beradaptasi dan
mengatasi stressor. Tubuh kita tidak dapat mempertahankan resistansi tanpa batas
sehingga sumber daya fisik dan emosional kita secara bertahap akan habis.

Fase Kelelahan (Exhaustion Phase), yaitu fase dimana kita merasa lelah sehingga tubuh dan
pikiran kita tidak dapat berfungsi secara normal.
E. ADAPTASI TERHADAP STRES

1) Adaptasi fisiologis Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk
mempertahankan fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons
dapat dari sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya
stresor tertentu.

Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu proses
dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal seperti penurunan suhu
tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil untuk membangkitkan
panas tubuh. Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam menghadapi stressor
dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikuler dan hipofisis.

Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976) telah mengidentifikasi dua
respons fisiologis terhadap stres, yaitu:

a. LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome) Tubuh menghasilkan banyak respons setempat


terhadap stres, responnya berjangka pendek Karakteristik dari LAS:

1. Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.

2. Respons bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya.

3. Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.

4. Respons bersifat restorative.

b. GAS (General Adaptasion Syndrom) Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh
terhadap stres. Respons yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem
endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin. GAS
diuraikan dalam tiga tahapan berikut:

1) Fase alarm Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stresor seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume
darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Aktifitas hormonal yang luas ini
menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau menghindar. Respons ini bisa
berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor menetap maka individu akan masuk
kedalam fase resistensi.

2) Fase resistensi (melawan) Individu mencoba berbagai macam mekanisme


penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh
berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan
tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Bila teratasi, gejala stres menurun
atau normal. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS
yaitu: Fase kehabisan tenaga.
3) Fase exhaustion (kelelehan) Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat
tertanggulangi pada fase sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis,
akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidakmampuan tubuh untuk 16
mempertahankan diri terhadap stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu
tersebut.

2) Adaptasi psikologis Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk


menghadapi stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres dan didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang dapat
diterima dan berhasil.

Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu
individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku destruktif
mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah, kepribadian dan situasi
yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Perilaku adaptasi psikologis juga disebut
sebagai mekanisme koping.

Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik
pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga
mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distres emosional dan
dengan demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stres.
Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping terhadap stres secara tidak langsung.

a) Task oriented behavior Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan


kemampuan kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan masalah, menyelesaikan
konflik dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 2005).
Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi tugas adalah:
(1) Perilaku menyerang Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu
stresor.
(2) Perilaku menarik diri Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stresor.
(3) Perilaku kompromi Adalah mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti
tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi lain
atau untuk menghindari stres.
b) Ego Dependen Mekanism Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan
psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini
sering kali diaktifkan oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan
gangguan psikiatrik.

3) Adaptasi perkembangan Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya


menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk
ekstrem, 19 stres yang terlalu berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stresor di rumah. Jika diasuh dalam
lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri
yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al,
2002) Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai
menyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat
membantu mereka mencapai tujuan, dan harga diri berkembang melalui hubungan
berteman dan saling berbagi diantara teman.

Pada tahap ini, stres ditunjukan oleh ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman. Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas
yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja
dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan
untuk menyesuaikan diri terhadap stresor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial
sering menunjukan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 2002).

Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab
orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga.
Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas. Usia setengah baya biasanya
terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan
merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada
beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari
kebutuhan mereka. Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan
dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan 20 atau teman
hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik
dan fungsi fisiologis.

4) Adaptasi sosial budaya Mengkaji stresor dan sumber koping dalam dimensi sosial
mencakup penggalian tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada.
Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau
keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 2003).

5) Adaptasi spiritual Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stres


dalam banyak cara, tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stres
yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin
memandang stresor sebagai hukuman.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebenarnya stres memiliki dampak positif dan negatif. Tergantung bagaimana


kitamengatasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga perlu mengatasi stress dengan
langkah - langkah diatas. Cobalah untuk menjadi seseorang yang selalu berfikiran positif.
Jadi, stress bisa berdampak positif maupun negatif tergantung bagaimana kita mengatasinya
dalam kehidupan kita sehari-hari.

Stres tidak untuk dihindari tetapi dikelola dan dioptimalkan dengan cara dan waktu yang
tepat. Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan
baikdaripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi.
Stresssebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dantidak
terlalu kompleks.

Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yangmenuju otak, yang memberikan energi
lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya,meningkatkan pembentukan dan pengembalian
ingatan.

B. SARAN

1. Jangan terlalu menganggap hal- hal sepele menjadi hal- hal yang berat,karena akan
menambah beban pikiran bagi kita.
2. Jagalah kesehatan dengan rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat dan bugar
3. Apabila anda merasa stress, hindari aktivitas yang dapat menyebabkankejenuhan dalam
berfikir, dan sebaiknya anda harus melakukan liburan bersama orang- orang terdekat
anda.
4. Hindari mengkonsumsi obat- obatan yang dapat mempengaruhi systemkerja saraf otak
yang akan menimbulkan stress.
5. Anda harus memiliki dukungan yang bagus terhadap karir atau pekerjaananda.

 
DAFTAR PUSTAKA

Cavanaugh, M. A. "An Empirical Examination of Self-Reported Work StressAmong U.S.


Managers", Journal of Applied Psychology, hal. 65-742.

Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks:Sage, 2002, hal.


189.3.

Girdano, L A. 2005. Controlling Stress and Tension 7th edition. SanFransisco : Benjamin
Cumming4.

LePine, J. A.;LePine, M. A.;Jackson, C. (en)"Challenge and HindranceStress: Relationships


with Exhaustion, Motivation to Learn, and LerningPerformance," Journal of Applied
Psychology, Oktober 2004, hal. 883-891.

Anda mungkin juga menyukai