Anda di halaman 1dari 19

JURUSAN KEPERAWATAN

PEMERIKSAAN FISIK PERUT (ABDOMEN)


Oleh : Suriani Br Ginting, S.Kep, Ns, M.Kep
PEMERIKSAAN ABDOMEN

Pemeriksaan fisik perut merupakan bagian


dari pemeriksaan fisik secara keseluruhan.

Tujuan dilakukan pemeriksaan fisik perut,


yaitu untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan pada sistem saluran pencernaan,
sistem ginjal, maupun sistem saluran kemih.

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perut sebaiknya melakukan anamnesis terlebih dahulu supaya dapat membantu
menegakkan diagnosis dengan tepat. Dalam melakukan anamnesis kadang akan mengalami kesulitan, bila pasien
mengalami penurunan kesadaran, syok maupun gangguan emosi akibat trauma tersebut.
PEMERIKSAAN ABDOMEN

a = Kuadran kanan atas.


b = Kuadran kiri atas.
c = Kuadran kiri bawah.
d = Kuadran kanan bawah.

Pembagian daerah perut (4 kuadran).


PEMERIKSAAN ABDOMEN

1 = Regio epigastrium.
2 = Regio hipokondrium kanan.
3 = Regio hipokondrium kiri.
4 = Regio umbilicus.
5 = Regio lumbal kanan.
6 = Regio lumbal kiri.
7 = Regio hipogastrium.
8 = Regio iliaka kanan.
9 = Regio iliakakiri.

Sedangkan pembagian yang lebih rinci yaitu perut dibagi menjadi 9 bagian
PEMERIKSAAN ABDOMEN

INSPEKSI (MELIHAT)
Untuk melakukan inspeksi, pakaian pasien sekitar perut
di buka (4 kuadran terlihat) agar dapat melihat
keseluruhan bagian perut.

Inspeksi perut bagian depan serta belakang apakah


terlihat ada luka, memar, bekas luka, striae, pergerakan
dinfing perut, ukuran, bentuk, serta simetris /tidak.

Jika ingin memeriksa bagian belakang, pasien dapat


dibalikkan dengan hati-hati.
PEMERIKSAAN ABDOMEN

AUSKULTASI (MENDENGARKAN)
Cara melakukan pemeriksaan auskultasi dengan
menggunakan  stetoskop untuk memeriksa, diantaranya
suara bising usus, mendeteksi obstruksi pada tingkat
lambung. Untuk memastikan adanya bising usus dengan
waktu +- 30 detik.

Perlu di ingat, kebocoran perut dapat menyebabkan


hilangnya bising usus.

Bunyi bising usus normal adalah 3 kali permenit.


PEMERIKSAAN ABDOMEN

PERKUSI (MENGETUK)
Perkusi perut dilakukan dengan kaki ditekuk & tidak
secara langsung melainkan dengan penekanan yang
ringan serta ketokan dengan perlahan.

Perkusi dapat menunjukkan adanya bunyi redup


(terdapat penimbunan cairan ke dalam rongga
peritoneum), timpani (penuh gas / akibat dilatasi
lambung akut pada kuadran atas), redup-pekak (tumor).

Suara perkusi perut normal adalah timpani. Kecuali, pada


daerah hati suara perkusinya pekak.
.
PEMERIKSAAN ABDOMEN

PALPASI (MERABA)
Palpasi dapat dilakukan dengan satu tangan, kecuali
pasien gemuk dengan dua tangan.

Palpasi dinding perut sangat penting untuk dilakukan.

Palpasi dapat menunjukkan adanya pembesaran pada


hati, limpa, kandung empedu, mencari apakah terdapat
pembesaran tumor & apa ada nyeri tekan pada salah
satu kuadran.
SOP PEMERIKSAAN ABDOMEN
TUJUAN

Mengkajilokasi
Mengidentifikasi bentuk dan
nyeri permukaan
tekan, abdomen
organ dalam rongga
Mengkaji peristaltik usus 
abdomen, dan adanya massa dalam abdomen
PERSIAPAN ALAT

Stetoskop

Penggaris kecil

Spidol penanda

Bantal kecil

Pita pengukur
PROSEDUR PELAKSANAAN

Inspeksi

• Pastikan pencahayaan ruangan baik


• Cuci tangan dan kenakan sarung tangan jika perlu
• Atur posisi yang tepat bagi pasien, yaitu berbaring telentang dengan tangan di kedua
sisi dan sedikit menekuk. Letakkan bantal kecil di bawah lutut untuk menyokong dan
melemaskan otot abdomen
• Lepaskan pakaian pasien dari prosesus xifoideus hingga area simfisis pubis
• Amati bentuk abdomen secara umum, yang meliputi warna kulit, kontur permukaan
abdomen : adanya retraksi, penonjolan, ketidaksimetrisan, jaringan parut, atau
striae
• Cermati posisi yaitu keadaan warna, bentuk dan apabila adanya inflamasi atau
adanya rabas umbilikus
• Amati juga pada gerakan kulit abdomen atau perut pada saat ekspirasi dan inspirasi
PROSEDUR PELAKSANAAN

Auskultasi

• Hangatkan bagian diafragma dan bel stetoskop


• Letakkan sisi diafragma stetoskop tersebut di kuadran kanan bawah pada area sekum.
Berikan tekanan yang sangat ringan dan anjurkan pasien untuk tidak berbicara. Mungkin
diperlukan waktu 5 menit secara terus menerus untuk mendengar bising usus
• Setelah bising usus terdengar, perhatikan frekuensi dan karakteristiknya. Jika bising usus
tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan secara sistematis. Auskultasi setiap
permukaan abdomen
• Kaji dan dokumentasikan karakteristik bising usus, baik normal, tidak terdengar, hiperaktif
ataupun hipoaktif
• Letakkan bel stetoskop di atas aorta, arteri renalis, arteri iliaka, dan arteri femoralis
• Lanjutkan dengan meletakkan bel stetoskop pada area di sekeliling bagian umbilikus untuk
mendengarkan bising pada vena
PROSEDUR PELAKSANAAN

Perkusi

• Mulai prosedur perkusi yang dimulai dari kuadran kiri bawah, kemudian dilanjutkan
dengan gerakan searah jarum jam
• Perhatikan reaksi pasien dan dokumentasikan jika ada keluhan
• Lakukan perkusi di seluruh kuadran abdomen untuk menentukan adanya bunyi
timpani dan bunyi redup
PROSEDUR PELAKSANAAN

Palpasi

Palpasi dangkal
 lakukan palpasin dangkal di setiap kuadran abdomen. Hindari area yang diketahui sebelumnya
sebagai titik masalah
 Letakkan tangan secara perlahan di atas abdomen dengan jari ekstensi dan terkatup
 Untuk mengurangi sensasi geli, mulai pergerakan dengan meletakkan tangan di atas tangan pasien
sambil menekan abdomen pasien secara perlahan. Selanjutnya, pindahkan tangan anda dari tangan
pasien ke atas abdomen untuk meneruskan pemeriksaan
 Lakukan penekanan abdomen sedalam 1 cm menggunakan jari
 Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya massa
 Selama palpasi, observasi wajah pasien untuk mengetahui adanya tanda ketidaknyamanan 
 Jika ditemukan nyeri, kaji adanya nyeri lepas dengan cara mempalpasi dalam abdomen pasien,
kemudian melepaskannya dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul akibat palpasi dalam
dihentikan
 Lakukan palpasi di sekitar umbilikus dan cincin umbilikal
PROSEDUR PELAKSANAAN

Palpasi

Palpasi dalam
• Gunakan metode palpasi bimanual
• Tekan dinding abdomen sedalam 4-5 cm 
• Dokumentasikan adanya massa dan struktur organ yang terpalpasi. Jika ditemukan massa,
dokumentasikan ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, dan konsistensi

Palpasi limpa
• Saat anda berdiri di sisi kanan pasien, letakkan tangan kiri anda di bagian posterior sudut
kostovertebral kiri pasien dan letakkan tangan anda ke atas
• Letakkan tangan kanan di bawah tepi kiri kosta pasien
• Tekan ujung jari ke arah limpa, kemudian minta pasien menarik nafas dalam
• Palpasi tepi limpa saat bergerak ke bawah, yaitu ke arah tangan pemeriksa
PROSEDUR PELAKSANAAN

Palpasi

Palpasi hati
• Posisikan diri anda berdiri di samping kanan pasien
• Letakkan tangan kiri anda pada bagian posterior dada kanan pasien, setinggi kosta ke 11 atau 12
• Angkat sedikit tangan tersebut ke atas sehingga dinding dada pasien sedikit terangkat
• Letakan tangan kanan anda di batas bawah kosta kanan 
• Saat pasien ekshalasi, berikan tekanan ke atas dan ke bawah sedalam 4-5 cm pada batas bawah kosta
kanan
• Perhatikan posisi tangan anda dan minta pasien untuk mengambil nafas dalam
• Ketika pasien inhalasi, rasakan pergerakan batas hati pasien pada tangan anda. Biasanya, area
tersebut memiliki kontur teratur
• Jika terjadi pembesaran hati, kembali lakukan palpasi di batas bawah kosta kanan. Dokumentasikan
pembesaran tersebut dalam ukuran cm
DAFTAR PUSTAKA
• Trauma abdomen. MBTCLS. Ed R. AGD DinKes Prov DKI J. Jakarta, 2012. p 47.
• Pemeriksaan abdomen, Urog3nital dan Anor3ktal. Marcellus Simadibrata K (ed). BAIPD. E IV. J I. FKUI. Jakarta, 2006. p 51-13.
• Petunjuk pelaksanaan UAP D3 Keperawatan. 2012. Kendal: Akper Muhammadiyah Kendal
• Wieck, et al. (1981). illustrated manual of nursing techniques, 3 edition. Philladelphia: Lippincott Co.
• Sussman, C., Jensen, B. B. (2007). Wound care a Collaborative Practice Manual For Health Professional, 3 Edition. Philladelphia: WB
Saunder.
• Sabinton, C. D. (1997). Wound Healing: Biologic and Clinical Feature. Textbook of Surgery The Biological Basic of Modern Surgical
Practice, 15 edition. Philadelphia: WB. Saunder
• Sidharta, P. (1983). Pemeriksaan Klinis Umum. Jakarta: PT Dian Rakyat
• RSPGI. (1986). Pedoman Perawatan Ruangan, Jakarta: Gunung Agung 
• PT Jamsostek Persero. (2010). Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Diambil dari http:/www. Jamsostek. co. id
• Priharjo, R. (1996). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
• Potter & Perry. (2000). Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, edisi 3. Jakarta: EGC
• Potter, P. (1996). Pocket Guide To Health Assasment, 3 edition. Jakarta: EGC
• Nurrachmah, E. (2001). Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto
• Morrison, M. J. & Moya, A. (2004). Colour Guide To Nursing Management Of Wound. Philadelphia: WB Saunders
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV

Anda mungkin juga menyukai