Anda di halaman 1dari 23

Hizbusy Syaithan

(Golongan/Kelompok Setan)
Allah Ta‘ala telah menciptakan berbagai makhluk dari asal
kejadian yang berbeda-beda
1. manusia berasal dari tanah

―Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari


tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
(QS. Al-Hijr, 15: 26)

2. Jin berasal dari api

―Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api


yang sangat panas. (QS. AlHijr, 15: 27)

3. malaikat berasal dari cahaya

―Malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari nyala api, sedang Adam
(manusia) diciptakan dari tanah sebagaimana diceritakan kepadamu
(oleh firman Allah). (HR. Muslim)
Kita begitu familier dengan kata
‘Syaithan‘ atau ’setan‘, juga ‘Iblis‘.

Siapakah mereka?
Makhluk apakah mereka itu?
Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata:

“Syaithan jamaknya syayathin adalah setiap yang keterlaluan, baik dari


golongan manusia, jin atau binatang. Adapun yang lazim dimaksudkan
dalam agama ialah yang keterlaluan dari alam jin.”

Syaikh Ahmad Muthafa Al-Maraghi rahimahullah menjelaskan makna kata


syaithan sebagai berikut:

―As-Syaithan berarti segala sesuatu yang bersikap kepala batu dan


membangkang—baik manusia atau jin—sebagaimana telah difirmankan
Allah
“dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh,
yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka
tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa
yang mereka ada-adakan.”

(QS. Al-An‘am, 6: 112).

Apa yang diungkapkan oleh Syaikh Sayyid Sabiq dan Syaikh Ahmad Muthafa Al-
Maraghi di atas, senada dengan apa yang disampaikan Ibnu Katsir,
rahimahumullah: ―Syaithan adalah setiap makhluk yang menentang dan
menlanggar tuntunan para Nabi
Lebih lanjut Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah menjelaskan,

―Iblis yakni nenek moyang seluruh syaithan itu akan tetap hidup sampai
hari kiamat. Ia sendiri dahulu memang pernah meminta kepada Allah
Ta‘ala agar tidak dimatikan sampai hari kiamat dan permintaannya itu
dikabulkan oleh Allah Ta‘ala, sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur‘anul
Karim:
“Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai
kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)”
(QS. Shad, 38: 80 – 81)

Iblis juga memiliki keturunan, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-


Qur‘anul Karim

“.…Patutkah kamu mengambil dia (Iblis) dan turanan-turunannya


sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?
Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang
yang zalim.”
(QS. Al-Kahfi, 18: 50)
Deklarasi Perang dan Permusuhan
Dia Iblis la‘natullah ‘alaih sesungguhnya telah mengumumkan perang dan permusuhan
terhadap manusia anak cucu Adam,

Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari
kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
(QS. Al-A‘raf, 7: 16-17)

Maka, sudah sepantasnya kita selalu bersikap


waspada dan bersiap siaga menghadapi tipu daya
golongan/kelompok syaithan ini, serta menjadikannya
sebagai musuh sejati dalam kehidupan.
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia
musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-
nyala.

(QS. Fathir, 35: 6)

Ingatlah, serangan yang dilancarkan oleh hizbus syaithan ini bisa datang
kapan saja dari berbagai penjuru. Perhatikanlah sekali lagi kalimat:
“…saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka….”

(QS. Al-A‘raf, 7: 16-17).


SERANGAN SYAITHAN

• Serangan‘ dari arah depan maknanya menurut Ibnu Abbas adalah


menanamkan keraguan tentang akhirat; atau menurut Qatadah
maknanya adalah menyampaikan informasi bahwa tidak mungkin
akan ada kebangkitan, surga dan neraka.
• Serangan‘ dari arah belakang maknanya menurut Ibnu Abbas
adalah merangsang kepada cinta dunia; atau menurut Qatadah
maknanya adalah memperhias dunia dan mendorong manusia (agar
cenderung, red.) ke sana.
• Serangan‘ dari arah sebelah kanan maknanya menurut Ibnu
Abbas adalah meragukan perintah agama; atau menurut Qatadah
maknanya adalah memperlambat untuk melakukan kebaikan.
• Serangan‘ dari arah sebelah kiri maknanya menurut Ibnu Abbas
dan Qatadah adalah merangsang berbuat dosa atau maksiat

Ibnu Katsier III/381-382


Ciri-ciri Hizbus Syaithan
(‘Alaamatu Hizbisy-Syaithaan)

Pertama, istahwadza ‘alaihimusy-syaithaan; mereka dikuasai dan dirasuki oleh


syaithan.
Mereka telah merasa asyik dan rela tunduk terperdaya kepada syaithan;
secara fikriyan (pemikiran, pemahaman), maknawiyan (mental), nazhariyyan
(teori, konsep), ‘amaliyyan (aktivitas), dan minhajan (system, metode, cara,
pedoman).

Kondisi ciri yang pertama kemudian memunculkan ciri yang Kedua, yaitu
ansaahum dzikrallah; mereka lupa dan tidak ingat kepada Allah Ta‘ala; tidak
memahami kemuliaan dan kedudukan-Nya yang agung. Tidak tahu, tidak mau
tahu, serta melupakan shibghatallah (celupan—agama Allah Ta‘ala)

Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat


Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
golongan syaitan itulah golongan yang merugi. (QS. Al-Mujaadilah, 58: 19)
Pengikut hizbusy syaithan memusuhi dan menjauhkan diri dari agama
Allah Ta‘ala, lalu menjadikan selain Allah Ta‘ala sebagai panutan

“Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka)


selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.”
(QS. Al-A‘raf, 7: 30)

Perlawanan terhadap mereka harus kita


lakukan dengan cara mengokohkan diri dalam
agama Allah Ta‘ala,
Strategi Perang Hizbus Syaithan

Hizbus Syaithan memiliki strategi/langkah-langkah mematikan agar memenangkan


pertempuran melawan manusia. Celakanya, strategi/langkah-langkah syaithan ini
kebanyakan bersifat halus dan tidak disadari oleh manusia. Apa sajakah itu?

Pertama, waswasah (bisikan)

Syaithan memang biasa menyelinap lalu membisikkan kejahatan ke dalam


dada manusia secara samar dan rahasia, baik itu dari kalangan jin maupun
manusia. Oleh karena itu Allah Ta‘ala mengingatkan manusia agar selalu waspada
terhadap godaan syaitan, karena dia selalu menyertai gerak-gerik manusia.

Saat menjelaskan Al-Qur‘an surah An-Naas, Syaikh Utsaimin rahimahullah


mengatakan bahwa al-waswas atau al-waswasah, maksudnya: apa yang terlintas
dalam hati berupa fikiran, sangkaan, khayalan, yang tidak ada kebenarannya.
Sedangkan Al-khannaas ialah yang memperdayakan, mengganggu, yang pergi
dan datang ketika seseorang berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dia adalah
syetan.
Al-Mu‘tamir Ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa
pernah diceritakan kepadanya, sesungguhnya syaitan yang banyak
menggoda itu selalu meniup hati anak Adam manakala ia sedang
bersedih hati dan juga manakala sedang senang hati. Tetapi apabila
manusia sedang ingat kepada Allah, maka syaitan bersembunyi ketakutan.

Di era digital saat ini media waswasah dari hizbus syaithan semakin variatif
dan modern; buku, koran, majalah, film, website, media sosial, dan lain-lain;
semuanya dapat membisikkan pikiran dan dorongan jahat kepada jiwa.
Waspadalah terhadap segala bentuk bisikan. Renungkanlah kisah bapak dan ibu
kita, Adam dan Hawa, serta akibat yang terjadi kepada mereka disebabkan
menuruti waswasah dari Iblis
Kedua, membuat lupa (insaa-un)

Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa


mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.
(QS. Al-Mujaadilah, 58: 19)

Syaithan berupaya menguasai anak-anak Adam dengan cara


memalingkannya dari akhirat dan melupakan peringatan-peringatan
serta ancaman-ancaman yang datang kepada mereka. Mereka
tenggelam dalam buaian hidup di dunia; memperturutkan hawa
nafsu, bersenangsenang dan bergembira dengan tidak
memperdulikan mana yang halal dan mana haram, mana yang hak dan
mana yang batil.
―Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
(QS. Al-An‘am, 6: 44).
(HR. Ahmad).

Di akhirat, mereka yang lupa kepada Allah Ta‘ala akan dilupakan dan disiksa
dengan siksaan yang keras
Ketiga, memanjangkan angan-angan kosong (tamanniyyun)

―…dan syaitan itu mengatakan: Saya benar-benar akan mengambil dari


hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan
aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-
angan kosong pada mereka…‘‖ (QS. An-Nisa: 118 – 119)

Syaithan telah bersumpah kepada dirinya sendiri untuk menggoda dan mengganggu
sejumlah manusia. Ia akan berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan
khayalan-khayalan dan angan-angan kosong, sehingga mereka memandang baik
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah Ta‘ala, serta menanamkan di dalam
hati dan pikirannya bahwa kesenangan hidup di dunia adalah kesenangan yang
pasti tercapai sedang kesenangan dan kebahagiaan di akhirat adalah kesenangan
yang diragukan adanya.

Berhati-hatilah terhadap lagu-lagu, film, sinetron, cerpen, novel,


atau puisi yang berisi anganangan yang menyesatkan; menanamkan
pikiran-pikiran tentang gambaran tuhan, kehidupan manusia, alam
ghaib, dan alam semesta hanya berdasarkan asumsi atau
perkiraan yang dibuat-buat tanpa pijakan dari kitabullah dan
sunnah rasul-Nya.
Keempat, memperindah dosa (tazyiin)

Hizbus Syaithan menghias, memperindah, dan menampilkan kemaksiatan,


kebatilan, dosa, serta kejahatan sebagai perkara lumrah, sah, legal, berbudaya,
maju, dan modern

―Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat)
di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,”
(QS. Al-Hijr, 15: 39)

Mereka yang terpedaya akan merugi di akhirat kelak

Contoh: menganggap pacaran sebagai hal


lumrah dan modern, bahakan kalo gak pacaran
dikata gak laku lah, kuno lah
Kelima, janji-janji palsu (wa‘dun)

―Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan


angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan
kepada mereka selain dari tipuan belaka.‖ (QS. An-Nisa, 4: 120)

Orang-orang yang mengikuti hizbus syaithan,


ketika di akhirat nanti akan menagih janji
kepada syaithan, akan tetapi ia
memungkirinya.

Kelak di akhirat tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin hizbus


syaithan berlepas diri dari para pengikutnya; padahal dalam rangka
mendapatkan dukungan saat di dunia, mereka sampai
menyatakan siap menanggung dosa siapa saja yang siap jadi
pengikutnya.
Keenam, tipu daya (kaidun).

Tipu daya yang dilancarkan oleh golongan syaithan banyak sekali.


Dalam al-Qur‘an Allah Ta‘ala menyebutkan jenis-jenis tipu daya yang
mereka lakukan, diantaranya adalah:

1. Mereka merancang berbagai bentuk makar permusuhan dan peperangan


kepada mu‘minin (lihat: QS. An-Nisa, 4:76), namun Allah Ta‘ala akan
melemahkan tipu daya mereka itu (lihat: QS. Al-Anfal, 8: 18)
2. Mereka melakukan pembunuhan kepada orang-orang beriman guna
melemahkan kebenaran, meskipun hal itu sebenarnya tidak akan pernah bisa
mencapai tujuan busuk mereka (lihat: contoh kasus penindasan Fir‘aun, QS. Al-
Mu‘min, 40:25)
3. Mereka memfitnah para da‘i dan orang-orang beriman dengan tuduhan
yang menghinakan disertai siasat yang licik (lihat: contoh kasus tuduhan kepada
Nabi Yusuf, (QS. Yusuf, 12:52)
Ketujuh, menghalangi jalan Allah (shaddun)

Iblis, syaithan, dan para pengikutnya selalu berusaha menghalang-halangi manusia dari
jalan Allah Ta‘ala. Mereka mencoba memalingkannya dari petunjuk yang benar dengan
beragam cara; diantaranya adalah dengan mengadakan acara hura-hura agar
manusia tidak bisa mendengar dengan baik ayat-ayat Al-Qur‘an

Mereka tidak segan mengeluarkan dana berapapun untuk menghalangi jalan Allah
Ta‘ala

Cara lain yang mereka gunakan untuk menghalangi jalan Allah Ta‘ala adalah
dengan melakukan semantic game (permainan bahasa); orang-orang yang komitmen
terhadap Islam mereka sebut sebagai fundamentalis, radikal, ekstrim kanan, dan
stereotype (julukan jelek) lainnya. Hal ini telah terjadi di sepanjang sejarah kehidupan,
manakala as-shira‘u bainal haq wal bathil—pertempuran antara al-haq dan al-bathil
—berlangsung. Nabi Nuh ‗alaihis salam disebut oleh para pemuka kaumnya sebagai
orang sesat/menyimpang (QS. Al-A‘raf, 7: 60), Nabi Huud ‗alaihis salam dihina
kaumnya, ia dicela sebagai orang safih bahkan pendusta (QS. Al-A‘raf, 7: 66), Nabi
Luth ‗alaihis salam dihina dengan uangkapan ‗sok suci‘ (QS. Al-A‘raf, 7: 82), dan lain-
lain.
Kedelapan, menimbulkan permusuhan (‘adaawatun)

Syaithan selalu berusaha merusak urusan agama dan dunia umat manusia.
Diantara cara yang dilakukannya adalah menimbulkan permusuhan di
antara mereka. Inilah yang tidak akan pernah berhenti dilakukan
meskipun tujuan utamanya tidak tercapai.

Sarana yang digunakan oleh syaithan untuk menggalakan permusuhan adalah:

1. Menumbuhkan berbagai perselisihan


2. Kemaksiatan-kemaksiatan
Target Hizbus Syaithan
Kedelapan strategi dan langkah hizbusy syaithan itu dilakukan dalam rangka:

1. Pertama, penyesatan (tadhlil).

Mereka menghendaki kebenaran menjadi tersamarkan


(ghumuudul-haq), atau bercampur baur dengan kebatilan
(labsul-haq bil-bathil), sehingga bergelimpanganlah korban-
korban penyesatan (dhohiyyatut-tadhlil)

2. Kedua, intimidasi/menakut-nakuti manusia (takhwif)

Dengan strategi dan langkah-langkah mereka, akan bermunculanlah


orang-orang yang kehilangan keberaniannya (‘adamus syaja‘ah); mereka
menyembunyikan kebenaran (kitmanul haq) karena takut terhadap
resiko perjuangan. Maka bergelimpanganlah korbankorban intimidasi
(dhohiyyatut-takhwif). Padahal Allah Ta‘ala menghendaki hamba
hambaNya mampu berdiri tegar di hadapan kebatilan.
Dengan kata lain, adanya tadhlil (penyesatan) dan takhwif (intimidasi) akan
memunculkanpribadi yang tidak lurus (syakhshiyyah ghoiri rasyiidah), yaitu pribadi
yang suka berkhianat dan tidak bertanggung jawab (al-khiyaanah), seperti Bani
Israil yang enggan berjihad sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur‘an (lihat: QS.
Al-Maidah, 5:24); pribadi beku yang tidak mau melakukan perubahan (al-
jumuud), dan pribadi pengecut (al-jubnu), yang takut terhadap resiko
perjuangan.

*****

Dari uraian di atas tergambarlah betapa pentingnya manusia mewaspadai


syaithan. Oleh karena tanamkanlah kesadaran dalam diri bahwa syaithan itu adalah
musuh yang nyata.
Wallahul musta‘an

Anda mungkin juga menyukai