Anda di halaman 1dari 18

Petrokimia

Alfi Syahrin Ramadhan/190405024


Bagas Ari Wibowo/190405025
M. Rizky Pulungan/190405027
Naufal Baihaqi/190405045
M. Aldi Pranata Ginting/190405082
Abdillah Mujahadan/190405107
Teuku Muhammad Nauval Aziz/190405109
INDUSTRI PUPUK
&
PESTISIDA
01 Pengertian •


Pupuk Organik Padat

Pupuk Organik Cair


• Limbah

02 Metode •

Proses Pembuatan
Alat dan Bahan

03 Pembahasan •


Karakteristik Pupuk Organik

Pengolahan Limbah

04 Kesimpulan
Pengertian Pupuk Organik INDUSTRI
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar
atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal
dari sisa tanaman atau hewan yang telah mengalami
PUPUK
rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan
untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Pengomposan atau pembuatan
pupuk organik merupakan suatu metode untuk
mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan
yang lebih sederhana dengan menggunakan aktivitas
mikroba. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis
bahan, antara lain sisa tanaman (jerami, brangkasan,
tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah
pasar, rumah tangga, dan pabrik serta pupuk hijau. Oleh
karena bahan dasar pembuatan pupuk organik sangat
bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan sangat
beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar dan
proses pembuatannya.
Pengertian Pupuk Organik Padat
INDUSTRI
PUPUK
Pengomposan atau pembuatan pupuk organic padat merupakan
suatu metode untuk mengkonversikan bahan-bahan organik
menjadi bahan yang lebih sederhana dengan menggunakan
aktivitas mikroba. Proses pembuatannya dapat dilakukan pada
kondisi aerobic dan anaerobik. Pada dasarnya pembuatan pupuk
organik padat maupun cair adalah dekomposisi dengan
memanfaatkan aktivitas mikroba, oleh karena itu kecepatan
dekomposisi dan kualitas kompos tergantung pada keadaan dan
jenis mikroba yang aktif selama proses pengomposan. Kondisi
optimum bagi aktivitas mikroba perlu diperhatikan selama proses
pengomposan, mislanya aerasi, media tumbuh dan sumber
makanan bagi mikroba.
Contoh dari pupuk padat adalah humus, pupuk kandang, dan
pupuk urea.
Pupuk Organik Padat

Kandungan Hara Beberapa Jenis Pupuk Dari Hewan Ternak


INDUSTRI
PUPUK

Kandungan Hara Beberapa Jenis Pupuk Dari Tanaman


Pupuk Organik Cair INDUSTRI
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil
pembusukkan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa
PUPUK
tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk
organik cair ini adalah dapat secara cepat mengatasi
defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara,
dan mampu menyediakan hara secara cepat.
Dibandingkan dengan pupuk cair dari bahan anorganik,
pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan
tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain
itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga
larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa
digunakan tanaman secara langsung.
Contoh dari pupuk cair antara lain kosarin dan pupuk
ammonia cair.
Limbah

Limbah adalah sebuah hasil dari buangan manusia yang


sudah tidak terpakai baik berupa fisik, kimia, maupun
biologis. Limbah dapat juga diartikan sampah yang jika
dibiarkan akan menjadi masalah. Pada umumnya, limbah
terdiri dari limbah padat, cair, dan gas. Limbah cair
mengandung zat-zat karbohidrat, protein, lemak dan
mengandung unsur hara yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan Fe.
Kandungan unsur hara dalam limbah berpotensi untuk
dikembangkan sebagai pupuk cair, sebab hingga saat ini
limbah cair belum banyak dimanfaatkan. Limbah cair dapat
dijadikan alternatif baru yang digunakan sebagai pupuk
karena di dalam limbah cair tersebut memiliki ketersediaan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
Proses Pembuatan
Cara pembuatan pupuk organik bermacam-macam, salah
satunya menggunakan EM4 dan menggunakan starbio
(stardec). Kandungan unsur hara pupuk organik bermacam-
macam, tergantung pada bahan yang dikomposkan, cara
pengomposan, dan cara penyimpanannya. Secara umum
kandungan zat hara dalam kompos terdiri dari : karbon 8,2%,
nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen
kompos terdiri dari cairan 41% dan bahan kering 59%. Kadar
C/N dalam kompos umumnya 23%. C/N merupakan
perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang
tinggi kurang baik diberikan ke tanaman karena proses
peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam tanah (Nurjannah
et al., 2019).
Proses pengomposan tergantung pada:
 Karakteristik bahan yang dikomposkan


Aktivator pengomposan yang dipergunakan
Metode pengomposan yang dilakukan
Kondisi Optimal
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan anatara lain:
 Rasio C/N
 Ukuran Partikel
 Aerasi
 Porositas
 Kelembapan
 Suhu
 pH
 Kandungan Hara
 Kandungan Bahan Berbahaya
 Lama Pengomposan
Alat dan bahan
Adapun beberapa bahan yang dapat digunakan dalam
pembuatan pupuk organic adalah sebagai berikut:
1. Kotoran ternak 5. Serbuk Gergaji
2. Limbah tanaman 6. Aktivator
3. Arang sekam 7. Tetes tebu/ molassea
4. Dedak
Sedangkan untuk alat dan sarana pendukung pembuatan
pupuk organik adalah sebagai berikut:
5. Rumah Kompos
6. Bak fermentasi
7. Mesin pencacah
8. pengayak
Tahap Proses Pembuatan Pupuk Organik

Proses Pembuatan Pupuk Organik

Pemilahan Bahan Baku Pengecil Ukuran

Penyusunan Tumpukan Fermentasi

Pembalikan Penyiraman

Pematangan Pengeringan

Penyaringan
Pengemasan & Penyimpanan
Pembahasan
A. Karakteristik Pupuk Organik
Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa tanaman
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran
hewan, limbah media jamur, limbah pasar, rumah tangga, dan pabrik serta pupuk hijau.
Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk organik sangat bervariasi, maka kualitas
pupuk yang dihasilkan sangat beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar dan proses
pembuatannya
Komposisi fisika, kimia, dan biologi pupuk organik sangat bervariasi dan manfaatnya
bagi tanaman tidak secara langsung terlihat, serta respon tanaman relatif lambat. Selain
mempunyai fungsi sebagai sumber hara dan pembenah tanah, terdapat dampak negatif
yang harus diwaspadai dari penggunaan pupuk organik diantaranya adalah: a)
penggunaan pupuk organik dengan bahan yang sama secara terus menerus dapat
menimbulkan ketidakseimbangan hara; b) penggunaan kompos yang belum matang dapat
mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman; dan c) kemungkinan adanya kandungan
logam berat yang melebihi ambang batas
Pada gambar di samping ini menunjukkan
persyaratan minimal kandungan pupuk organik
padat dan pupuk organik cair:
B. Pengolahan Limbah
Umumnya, limbah terdiri dari limbah padat, cair, dan gas. Salah satu limbah yang
sering didapat pada lingkungan adalah limbah cair. Limbah cair memiliki kandungan yang
berbahaya bagi lingkungan, sehingga perlu diolah dengan baik. Pemanfaatan limbah perlu
dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, seperti limbah cair yang dapat
digunakan sebagai media pupuk organik. Pupuk dapat bermanfaat untuk kesuburan
tanaman. Salah satu kandungan limbah cair yang dapat membantu pertumbuhan tanaman
adalah urea. Pupuk urea merupakan salah satu kebutuhan dalam jumlah yang cukup
besar bagi petani. Untuk memproduksi setiap ton urea dibutuhkan air sebanyak 12 m3 dan
menghasilkan limbah cair sebesar 2,3 m3. Limbah cair yang dihasilkan ini mengandung
amonium, karbondioksida dan urea. Keberadaan urea dalam konsentrasi tertentu dapat
menyebabkan peningkatan partumbuhan alga (blooming algae). Oleh karena itu,
diperlukan pengolahan yang tepat agar tidak mencemari lingkungan dan dapat digunakan
sebagai pengganti pupuk bagi tanaman.
Kesimpulan

Kesimpulan dari presentasi ini ialah Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat
sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan
tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha
peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian
pupuk kimia akan menambah tingkat polusi tanah akhirnya berpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan
pengerasan tanah. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau hewan yang telah
mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan
organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengomposan atau
pembuatan pupuk organik merupakan suatu metode untuk mengkonversikan bahan-
bahan organik menjadi bahan yang lebih sederhana dengan menggunakan aktivitas
mikroba.
Cara pembuatan pupuk organik bermacam-macam, salah satunya menggunakan EM4 dan menggunakan
starbio (stardec). Kandungan unsur hara pupuk organik bermacam-macam, tergantung pada bahan yang
dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya. Secara umum kandungan zat hara dalam
kompos terdiri dari : karbon 8,2%, nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri
dari cairan 41% dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23%. Pengolahan limbah dari
hasil proses pembuatan pupuk tadi bisa digunakan kembali untuk membuat pupuk urea. Pupuk urea
merupakan salah satu kebutuhan dalam jumlah yang cukup besar bagi petani. Berdasarkan survei lapangan
sering ditemukan distribusi pupuk urea pada masa tanam biasanya menghilang dari pasaran, sehingga para
petani bercocok tanam hanya mengandalkan unsur hara yang masih tertinggal di dalam tanah. Akibatnya
produksi yang dihasilkan semakin berkurang. Selain itu, harga pupuk urea semakin tinggi. Senyawa urea
yang terkandung dalam pupuk mengandung unsur nitrogen yang merupakan bahan makanan bagi tanaman.
Pembuatan pupuk urea menghasilkan limbah cair yang masih mengandung urea yang cukup tinggi, yaitu
sekitar 10%. Selain urea cair, juga mengandung ammonia dan karbamat yang tidak stabil, dimana
karbamat ini mudah sekali terdegradasi kembali menjadi ammonia dan CO 2. Oleh karena itu diperlukan
pengelolaan limbah dengan memanfaatkannya sebagai pengganti pupuk bagi tanaman.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai