ISPA
KELOMPOK 9 :
2. Penatalaksanaan keperawatan :
• Kompres air hangat/dingin
• Perasan jeruk nipis dicampur kecap/madu
• Inhalasi buatan
• Fisioterapi dada
A. PENGERTIAN KELUARGA
Keluarga menurut harmoko (2012) adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah untuk
saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
B. BENTUK KELUARGA
Beberapa bentuk keluarga dapat diklasifikasikan menjadi keluarga tradisional dan keluarga non tradisional adalah sebagai
berikut:
1. Keluarga Tradsional
• Keluarga adopsi
• Keluarga besar (extended family)
• Keluarga dengan orangtua tunggal
• Dewasa lajang yang tinggal sendiri
• Keluarga orang tua tiri
• Keluarga binuklir
Dari sekian macam tipe atau bentuk keluarga, menurut harmoko (2012) secara umum di negara
indonesia di kenal dua tipe atau bentuk keluarga, yaitu :
1. Tipe keluarga tradisional
• Keluarga inti : satu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung / angkat).
• Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai hubungan darah misalnya kakek,
nenek, paman dan bibi.
• Single parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung/angkat). Kondisi
ini dapat disebabkan oleh kematian/perceraian.
• Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa
• Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri usia lanjut.
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun berkelanjutan unit keluarga
itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini,
ketika tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan pada
pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan pengertian.
2. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya.
4. Fungsi reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antar-generasi keluarga masyarakat yaitu menyediakan anggota
baru untuk masyarakat.
5. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang
sesuai melalui proses pengambilan keputusan.
D. PERAN PERAWAT KELUARGA
Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari
seorang yang menempati posisi sosial yang di berikan (friedman, 2010). Adapun peran perawat keluarga menurut sudiharto (2012) adalah
sebagai berikut:
• Sebagai pendidik
• Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan
• Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
• Sebagai supervisor pelayanan kesehatan
• Sebagai pembela (advokat)
• Sebagai fasilitator
• Sebagai peneliti
E. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
• Tahap I : keluarga pasangan baru (beginning family)
• Tahap II : keluarga kelahiran anak pertama (childbearing family)
• Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
• Tahap IV : keluarga dengan anak sekolah (families with school children)
• Tahap V : keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
• Tahap VI : keluarga melepaskan anak dewasa muda (launching center families)
• Tahap VII : orang tua paruh baya (middle age families)
• Tahap VIII : keluarga lansia dan pensiunan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut friedman (1998) dalam dion & betan (2013) adalalah sebagai berikut :
• Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Keberadaan fasilitas keluarga.
2. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan
G. TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan mengetahui kriteria atau
ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut depkes, 2006 dalam ayu, 2010 sebagai
berikut :
1. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I/KM-I)
• Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
• Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/KM-II)
• Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
• Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
• Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
• Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
• Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/KM-III)
• Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
• Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
• Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
• Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
• Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
• Melakukan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/KM-IV)
• Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
• Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
• Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
• Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
• Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN ISPA
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA ISPA
1. PENGKAJIAN KELUARGA ISPA
Format pengkajian keluarga model friedman yang diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
menurut friedman (2010) meliputi :
a. Data umum
Menurut friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
• Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan.
• Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga (padila 2012).
• Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
• Tahap perkembangan keluarga saat ini
• Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
• Riwayat keluarga inti
c. Pengkajian lingkungan
• Karakteristik rumah fungsi keluarga
d. Fungsi keluarga
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik head to toe untuk pemeriksaan
fisik untuk infeksi saluran pernafasan akut adalah sebagai berikut :
• Status kesehatan umum
• Kepala dan leher
• Sistem pulmonal
• Sistem kardiovaskuler
• Sistem neurosensori
• Sistem genitourinaria
• Sistem digestif
• Sistem musculoskeletal
• Sistem integumen
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke system keluarga dan
subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga
termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman
(friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:
• Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
• Diagnosa keperawatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan.
• Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu keadaan dimana keluarga
dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan ISPA menurut problem (NANDA, 2015-2017) adalah :
• Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
• Ketidakefektifan pola nafas
• Gangguan pertukaran gas
• Hipertemi
• Kekurangan volume cairan
• Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
• Intoleransi aktivitas
• Defisit pengetahuan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang mengalami ISPA dengan pneumonia mengacu pada
problem (NANDA, 2015-2017) dan etiologi (friedman, 2010) adalah :
• Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.
• Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
• Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
• Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.
Tabel 2.3 Skala prioritas masalah keluarga
Kriteria Skor Bobot
1) Sifat masalah :
(1) Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1
a. Mudah 2 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
5. Evaluasi keperawatan
evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih
ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana anggota berespons) daripada intervensi yang
diimplementasikan.
KASUS
Keluarga tn. A usia 26 tahun tinggal bersama istri ny. S 22 tahun dan 1 orang anak perempuan usia 3 tahun. Saat ini anak tn. A
di diagnosa ISPA. Tn. A dan ny. S mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan. Ny. A mengatakan memiliki
penyakit maag. Tn. A mengatakan perokok aktif. Tn. A mengatakan tinggal di rumah dengan status kepemilikan sendiri.
Keadaan rumahnya terlihat cukup bersih, memiliki ventilasi dan penerangan yang cukup. Tn. A dan ny. S mengatakan jika
keluarganya sakit hanya meminum obat warung, jika rasa sakitnya belum sembuh juga keluarga tn.A dan ny.S langsung pergi
ke puskesmas. Keluarga tn. A mengatakan tidak memiliki pengetahuan lebih tentang penyakit yang diderita anaknya.
• Penjajakan tahap 1
A. Data umum
1. Kepala keluarga
• Nama kartu keluarga : tn. A
• Jenis kelamin : laki - laki
• Umur / tanggal lahir : 26 tahun / 27 maret 1995
• Agama : islam
• Pendidikan : SMA sederajat
• Pekerjaan : buruh
• No. Telepon : 0889 1112-1146
• Alamat : jl. Alur laut
2. SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA
NO Nama Umur Gender Agama Hub dgn KK Pendidikan Pekerjaan Ket.
Tn A Ny. S
An . A
KETERANGAN:
= LAKI-LAKI ----- = TINGGAL SERUMAH
= PEREMPUAN = MENIKAH
X = MENINGGAL DUNIA = KLIEN
• G1 : ayah dari tn.A sudah meninggal dan orang tua dari ny.S masih lengkap.
• G2 : tn. A anak ketiga dari empat bersaudara, ny. S anak kedua dari tiga bersaudara.
• G3 : tn.A mempunyai 1 orang anak perempuan dan tn. A tinggal bersama istri dan anaknya.
4. Tipe keluarga :
tipe keluarga tn. A merupakan tipe keluarga inti ( nuclear family ) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam 1
rumah. Tn. A memiliki 1 orang anak perempuan berusia 3 tahun
5. Suku :
tn. A dan ny. S berasal dari daerah jawa, bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa indonesia dan bahasa jawa
6. Agama :
seluruh keluarga tn. A beragama islam, keluarga tn. A menjalani ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Tn. A
menajalan sholat biasanya di masjid, istri dan anaknya menjalankan sholat dirumah
7. Status sosial ekonomi keluarga :
keluarga tn. A memiliki penghasilan hanya dari pekerjaannya sebagai buruh, sumber pendapatan hanya dari tn.A
8. Aktivitas rekreasi keluarga :
keluarga tn.A mengisi waktu luang dengan menonton TV. Keluarga memiliki waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi
secara santai pada saat nonton TV. Dan jalan-jalan ketika hari libur
9. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
A. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
• Saat ini tahap perkembangan keluarga pada tn.A yaitu tahap II: keluarga kelahiran anak pertama/ child-bearing family (oldest child birth to
3 years)
R. Tamu
Kamar 1
2. Karakteristik tetangga dan komunitas rw
Tn.A mengatakan memiliki hubungan baik dengan tetangga dan warga sekitar serta saling mengunjungi satu sama lain.
Tn. A sering mengikuti kegiatan gotong royong setiap hari minggu. Dilingkungan rumah terdapat fasilitas seperti mushollah,
posyandu, puskesmas
3. Mobilitas geografis keluarga
Tn.A mengatakan keluarganya sudah tinggal memiliki rumah sendiri dan menetap di rumah sendiri sejak 3 tahun. Dan
tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
ny. S mengatakan biasanya mengikuti kegiatan yang dilakukan ketika ada acara-acara keluarga atau mengikuti kegiatan
yang ada dilingkungan seperti senam yang diadakan oleh tenaga puskesmas, interaksi yang dilakukan baik dengan
menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa indonesia .
tn. A mengatakan sering berkumpul dan berinteraksi dengan istrinya pada malah hari setelah makan. Tn. A mengatakan
sering mengikuti kerja bakti
5. Sistem pendukung keluarga
dalam keluarga memiliki sistem pendukung yang baik ketika ada anggota keluarga yang sakit saling mendukung untuk
memeriksakan kesehatan di puskesmas
C. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga dalam keluarga
• Komunikasi pada keluarga tn. A berfungsi dengan baik. Saling mengerti dan memahami satu sama lain.
• Tn. A, “komunikasi diantara keluarga kami baik-baik saja, jarang ada konflik”
• Saat terjadi suatu masalah, keluarga tn. A dapat menyelesaikannya dengan menghargai pendapat satu sama lain dan
saling terbuka.
• Keluarga tn. A juga saling memberikan solusi dan bermusyawarah dalam menghadapi sebuah masalah
• Tn. A adalah pendengar yang baik, tegas, dan senantiasa menjaga perasaan istri
keluarga tn.A saling menghargai satu sama lain, saling membantu serta saling mendukung dan apabila ada masalah ny.S
diskusi dengan suami dan meminta nasihat kepadanya.
3. Struktur peran
• Tn.A
- formal : sebagai ayah, suami, menantu
- informal : sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan bekerja sebagai buruh
• Ny.S
- formal : sebagai ibu, istri dan anak
- informal : sebagai anggota masyarakat, IRT dan sering mengikuti kegiatan- kegiatan dilingkungan tempat
4. Nilai dan norma keluarga
dalam keluarga tn.A menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran agama islam dan
mengharapkan anaknya kelak dapat menjadi anak yang sholeha,dan dalam keluarga diterapkan hidup
bersih sebelum makan mencuci tangan
D. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
tn. A dan ny.S dalam keluarga menjalin hubungan yang baik sehingga tercipta suasana saling
mengerti, dan saling menyayangi. Dalam anggota keluarga saling bertanggungjawab dengan peran
masing-masing dalam keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
keluarga tn.A menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain, mereka membiasakan
anaknya bermain dengan teman - temannya.
3. Fungsi perawatan keluarga
• Kemampuan keluarga mengenal masalah
• Tn. A dan ny. S mengatakan, keluarga tidak tau apa itu ISPA, apa saja faktor penyebabnya, serta cara mencegah terjadinya
ISPA
• Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakanyang tepat cukup baik
• Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit kurang baik, keluarga belum mengerti bagaimana cara
merawat keluarga yang sedang sakit, keluarga hanya mengetahui ketika sakit langsung diberi obat namun dalam proses
penyembuhan dapat diperbaiki di dalam pola makanan yang sehat.
• Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/ memelihara lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga
yang sakit keluarga tn.A selalu menjaga kebersihan rumah namun tn.A mengatakan sering lupa menjauhkan asap rokok
dari anaknya ketika sedang merokok
• Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat cukup baik, keluarga mengatakan ketika
ada anggota keluarga yang sakit tidak langsung memeriksakan diri ke puskesmas namun hanya mengkonsumsi obat
warung saja atau mengambil obat pada perawat terdekat, namun ketika penyakit sudah parah baru memeriksakan diri ke
puskesmas.
4. Fungsi reproduksi
• Ny. S mengatakan saat ini menggunakan KB, karena belum ingin memiliki anak lagi. Ny. S menggunakan KB saat anak
pertamanya lahir.
E. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. STRESSOR JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG SERTA KEKUATAN KELUARGA
A. STRESSOR JANGKA PENDEK (<6 BLN)
• KELUARGA MENGATAKAN SANGAT CEMAS TERHADAP ANAKNYA KARENA
PENYAKIT ANAKNYA TIDAK SEMBUH-SEMBUH.
• TN. A INGIN MEMPUNYAI ASURANSI KESEHATAN UNTUK DIRINYA MAUPUN
UNTUK ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA.
B. STRESSOR JANGKA PANJANG (>6 BLN) KLIEN TIDAK MEMILIKI STRES DALAM JANGKA PANJANG RESPON
KELUARGA TERHADAP STRESSOR DAN MEKANISME KOPING YANG DIGUNAKAN
2. RESPON KELUARGA TERHADAP STRESSOR
TN. A MENGATAKAN JIKA ADA MASALAH DALAM KELUARGA SELALU DIDISKUSIKAN BERSAMA SUAMI,
KELUARGA BIASANYA MENCOBA MANDIRI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPINYA
3. STRATEGI KOPING YANG DIGUNAKAN NY.S MEENDISKUSIKAN SETIA PADA MASALAH PADA TN.A SEHINGGA
MASUKAN ATAUSOLUSI YANG DIBERIKAN DAPAT MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAHNYA
4. STRATEGI ADAPTASI DISFUNGSIONAL
DARI HASIL PENGKAJIAN YANG DILAKUKAN TIDAK ADANYA CARA-CARA KELUARGA MENGATASI MASALAH
SECARA MALADAFTIF
F. PEMERIKSAAN FISIK
Data Tn.A Ny. S An. A
TTV
- TD 120/80mmHg 100/70mmHg -
- Nadi 80 76 92
- Respirasi 18 20 26
- Suhu 36,5°C 36,20C 37,50C
Kepala:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Rambut Hitam Hitam Hitam
- Kulit Kepala Bersih Bersih Bersih
Mata:
- Sclera
- Kongjungtiva Tidak Tidak Tidak
- Palpebra Anemi Anemi Anemis
- Fungsi Baik Baik Baik
Telinga:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Keadaan Bersih Bersih Bersih
Hidung
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
Mulut:
Gigi Lengkap Baik Lengkap Baik Belum lengkap Baik
Fungsi Menelan
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid Tidakada
Tidakada Tidakada
Dada:
Bentuk Simetris Vesikuler 18 x/menit Simetris Vesikuler Simetris Mengi
Suara paru Normal 20x/menit Normal 26x/menit
Respirasi Normal
Bunyi jantung
Abdomen:
- Bentuk Simetris Tidakada Simetris Tidakada Simetris
- Nyeri Tekan Tidakada
Ekstremitas
- Oedema Tidak ada Tidakada Tidak ada Tidakada Tidak ada Tidak ada
- Kotraktur
Integumen:
- Turgor Elastis Elastis Elastis
G. HARAPAN KELUARGA
Keluarga memiliki harapan dengan adanya mahasiswa yang melakukan praktek keluarga dapat
memiliki pengetahuan lebih tentang pentingnya menjaga kesehatan dan berharap sangat membantu
keluarga mencegah penularan penyakit ISPA
• PENJAJAKAN TAHAP 2
D. SKORRING
1. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah 3/3 x 1 1 1 Sudah 2 minggu anak mengalami batuk
berdahak dan pilek
2 Kemungkinan 2/2 x 2 2 2 Motivasi dan dukungan dari orang tua cukup
Masalah
dapat diubah
HASIL
4 SKOR = 1+ 2 + 1/3
Menonjolnya 1/2 x 1+ ½ = 31 2/5 1/2 Keluarga belum menyadari betapa
Masalah pentingnya keadaan sehat
2. KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat Masalah 3/3 x 1 1 1 Sudah 2 minggu anak mengalami batuk
berdahak dan pilek, tetapi keluarga tidak
langsung membawa ke puskesmas
2. Kemungkinan Masalah 2/2 x 2 2 2 Motivasi dan dukungan dari orang tua
dapat diubah cukup
3. Potensi Masalah Dapat 1/3 x 1 1 1/3 Keluarga kurang mengetahui tentang ISPA
Dicegah
4. Menonjolnya Masalah ½x1 1 ½ Keluarga belum menyadari betapa
pentingnya keadaan sehat
Berdasarkan data asuhan keperawatan keluarga tn.A khususnya an.A dengan ISPA, maka dalam bab ini
kelompok akan membandingkan mengenai teori dengan kasus pada setiap tahapan asuhan keperawatan dari
pengkajian sampai evaluasi.
A. Pengkajian
• Teori
pengkajian merupakan langkah awal yang dilakukan sebagai tahap untuk mengumpulkan informasi
tentang keluarga yang dibina secara terus-menerus.Format pengkajian keluarga model friedman yang
diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menurut friedman (2010)
meliputi :data umum (nama kepala keluarga dan anggota keluarga, tipe keluarga, status sosial ekonomi),
riwayat dan tahap perkembangan keluarga (tahap perkembangan keluarga inti saat ini, tahap perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti), pengkajian lingkungan (karakteristik rumah), fungsi
keluarga (fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi keperawatan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi),
pemeriksaan fisik (status kesehatan umum, kepala dan leher, sistem pulmonal, sistem kardiovaskuler, sistem
neurosensori, sistem genitourinaria, sistem digestif, sistem muskuloskeletal, sistem integuman).
• PERBEDAAN
Pada pengkajian kelompok ini menemukan perbedaan yaitu di fungsi keluarga difungsi
keluarga pada pembahasan kasus ada penambahan point-point yaitu pemenuhan kebutuhan istirahat
tidur, pemenuhan kebutuhan rekreasi dan latihan, dan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri. Pada
pengkajian kelompok ini ada perbedaan dari teori ada penambahan data yaitu kesehatan lingkungan
(perumahan, pengelolaan sampah, sumber air, jamban keluarga, pembuangan air limbah).Pada
pengkajian ini ada perbedaan yaitu fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan keluarga.Pada pengkajian
kelompok ini ada perbedaan yaitu struktur keluarga (komunikasi dalam keluarga, struktur keluarga,
struktur nilai, struktur peran). Diteori tidak ada riwayat sebelumnya tetapi dikasus ada riwayat
sebelumnya. Diteori lingkungan tidak ada karakteristik tetangga dan komunikasi RW, mobilitas
geografis, perkumpulan keluarga, interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan adalah interpretasi ilmiah atas data hasil pengkajian yang interpretasi
ini digunakan perawat untuk membuat rencana, melakukan implementasi, dan evaluasi.Semua
diagnosis keperawatan harus didukung oleh data. Data diartikan sebagai definisi
karakteristik.Definisi karakteristik dinamakan ”tanda dan gejala”, tanda adalah sesuatu yang dapat
di observasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien. Diagnosis keperawatan menjadi
dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi perawat (nanda, 2011).
Kategori diagnosis keperawatan keluarga terdiri dari diagnosis keperawatan aktual, diagnosis
keperawatan promosi kesehatan, diagnosis keperawatan risiko, dan diagnosis keperawatan
sejahtera. Pada diagnosis keperawatan kelompok tidak menemukan kesenjangan antara kasus dan
konsep yang kelompok gunakan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang direncanakan oleh
perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan
anggota keluarga. Perencanaan keperawatan juga dapat diartikan juga sebagai suatu proses
penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau
mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat
suatu proses keperawatan. Dari data intervensi yang dilakukan kelompok, tidak ada kesenjangan
karena sudah mengaju pada konsep. Sehingga kelompok berusaha untuk membatu keluarga dalam
mengatasi masalah keperawatan berdasarkan konsep yang ada.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga merupakan tahap keempat dari proses keperawatan keluarga. Pada tahap
ini, perawat dapat melakukan tindakan keperawatan secara mandiri dan atau melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan
lain. Keberhasilan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh kemampuan perawat, partisipasi klien dan keluarga, serta sarana
yang tersedia. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan adalah dengan menerapkan teknik komunikasi
terapeutik. Dalam melaksanakan tindakan perlu melibatkan seluruh anggota keluarga dan selama tindakan, perawat perlu
memantau respon verbal dan nonverbal pihak keluarga. Implementasi yang dilakukan kelompok sudah melibatkan anggota
keluarga dan klien, sehingga pada implementasi tidak terdapat kesenjangan pada kasus dan teori konsep.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap kelima atau tahap terakhir dari proses keperawatan. Tahap evaluasi ini
akan menilai keberhasilan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Indikator evaluasi keperawatan adalah kriteria hasil yang
telah ditulis pada tujuan ketika perawat menyusun perencanaan tindakan keperawatan. Evaluasi dikatakan berhasil apabila
tujuan tercapai. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau tindakan yang dilakukan oleh keluarga,
perawat dan yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan melihat respon keluarga dan hasil, bukan intervensi-intervensi
yang diimplementasikan. Pada evaluasi keperawatan yang kelompok gunakan menggunakan SOAP untuk menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilaksanakan. Sehingga pada tahap ini juga tidak terjadi kesenjangan antara konsep dan
tindakan evaluasi keperawatan yang dilakukan kelompok