Anda di halaman 1dari 27

Anemia Defisiensi Besi pada Anak

KOAS : Tamara Gratia Sianturi


Pembiming : dr. Johannes H. Saing, M.Ked(Ped), Sp.A(K)
Bab I
Pendahuluan
LATAR BELAKANG

• Zat besi merupakan salah satu substansi penting untuk pelaksanaan fungsi
fisiologis tubuh manusia.
• Defisiensi besi merupakan bentuk defisiensi nutrisi yang paling umum terjadi
di dunia, dengan prevalensi tertinggi ditemukan pada anak-anak dan
perempuan usia produktif.
• Anemia adalah kondisi yang menunjukkan jumlah atau kualitas sel darah
merah yang tidak mencukupi pemenuhan kebutuhan fisiologi tubuh.
• Secara global kekurangan zat besi dianggap penyebab anemia paling umum.
TUJUAN

 Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan lebih memahami tentang
anemia defisiensi besi pada anak dan tatalaksananya.
 Sebagai persyaratan dalam memenuhi Kepaniteraan Klinik Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Bab II
Tinjauan Pustaka
DEFINISI

• Anemia didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai


turunnya massa sel darah merah yang salah satunya dapat dinilai melalui dari
kadar hemoglobin (Hb) kurang dari nilai acuan pada kelompok demografi
tertentu (WHO, 2017).
• Anemia defisiensi besi adalah salah satu bentuk anemia akibat defisiensi
nutrient eritropoietik berupa zat besi yang mengarah kepada deplesi simpanan
besi yang berat.
EPIDEMIOLOGI

• WHO melaporkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita


anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi pada anak sekolah dasar
25,4% dan 305 juta anak sekolah di seluruh dunia menderita anemia.
• Terdapat beberapa kelompok populasi yang paling rentan terhadap ADB, yaitu
anak-anak dibawah usia 5 tahun, remaja, wanita usia reproduksi, dan wanita
hamil.
• Prevalensi ADB pada baduta lebih banyak ditemukan pada bayi yang
premature dan lahir dari ibu yang anemia.
ETIOLOGI
FAKTOR RESIKO

Bayi dan anak-anak adalah kelompok yang rentan terhadap anemia dengan resiko tertinggi
pada :
• Anak yang lahir premature atau BBLR
• Bayi yang diberi minum susu sapi sebelum berusia 12 bulan
• Bayi atau anak yang disusui tetapi tidak mendapatkan MPASI tinggi besi
• Bayi yang minum susu formula tetapi tidak difortifikasi dengan zat besi
• Anak usia 1-5 tahun yang diberi minum susu sapi, susu kambing, atau susu kedelai lebih
dari 3 gelas sehari, picky eating, obesitas
• Anak berkebutuhan khusus, masalah kesehatan kronis, dan diet ketat (Munoz, 2010)
PATOFISIOLOGI

Anemia gizi atau nutritional anaemia dapat disebabkan oleh rendahnya asupan
gizi tertentu untuk memenuhi kebutuhan sintesis hemoglobin dan eritrosit.
4 mekanisme dasar mengapa dapat terjadi kekurangan besi di dalam tubuh:
• rendahnya asupan besi dari makanan
• meningkatnya kebutuhan besi akibat perubahan fisiologis dalam tubuh
• rendahnya absorbsi atau penyerapan besi di saluran cerna
• meningkatnya kehilangan zat besi (Haematology, 2014).
MANIFESTASI KLINIS

• Sering asimtomatis
• Tampak pucat, lelah, gelisah, kurang perhatian, iritabel, cemas
• (+)retardasi pertumbuhan
• Gangguan kognitif dan intelektual yang tidak dapat dijelaskan
• Pada bayi : (+)poor feeding, letargi, failure to thrive, dan takipnea
• Pada anak-anak : presinkop, sinkop, sakit kepala, iritabel, exercise intolerance
PENEGAKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS :
• Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan
• Mudah Lelah, lemas, mudah marah, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh
menurun, serta gangguan perilaku dan prestasi belajar
• Gemar memakan makanan yang tidak biasa (pica)
• Memakan bahan makanan yang kurang mengandung zat besi dan bahan
makanan yang menghambat penyerapan zat besi
• Infeksi malaria, parasite seperti ankylostoma dan schistosoma
PEMERIKSAAN FISIS :
• Gejala klinis ADB terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan keluarga, bila
kadar Hb <5gr/dL ditemukan gejala iritabel dan anoreksia
• Pucat ditemukan bila kadar Hb <m 7gr/dL
• Tanpa organomegaly
• Dapat ditemukan koilonikia, glossitis, stomatitis angularis, takikardia, gagal
jantung, protein-losing enteropathy
• Rentan terhadap infeksi
• Gangguan pertumbuhan
• Penurunan aktivitas kerja
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
• Darah lengkap (MCV, MCH, MCHC, RDW, Mentzer index)
• Profil besi
• Nilai retikulosit
• Serum transferrin receptor (STfR)
• Kadar zinc protoporphyrin (ZPP)
• Terapi besi (therapeutic trial)
• Feses rutin
Pemeriksaan penunjang diatas dilakukan sesuai fasilitas yang ada
Kriteria Diagnosis ADB menurut WHO :

• Hb < normal sesuai usia


• Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata 31% (n : 32-35%)
• Kadar Fe serum <50μg/dL (n : 80-180 μg/dL)
• Saturasi transferrin <15% (n : 20-50%)
Kriteria ini harus dipenuhi, paling sedikit kriteria nomor 1,3, dan 4. Bila
sarana terbatas, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
• Anemia tanpa perdarahan
• Tanpa organomegali
• Gambaran darah tepi : mikrositik, hipokromik, anisositosis, sel target
• Respons terhadap pemberian terapi besi
Tidak Anemia Anemia Anemia
Populasi, usia
anemia Ringan Sedang Berat
Anak – anak, 6 – 59 bulan ≥ 110 100 – 109 70 – 99 < 70
Anak – anak, 5 – 11 tahun ≥ 115 110 – 114 80 – 109 < 80
Anak – anak, 12 – 14
≥120 110 – 119 80 – 109 < 80
tahun
Wanita tidak hamil, ≥ 15
≥ 120 110 – 119 80 – 109 < 80
tahun
Wanita hamil ≥ 110 100 – 109 70 – 99 < 70
Laki – laki, ≥ 15 tahun ≥ 130 110 – 129 80 – 109 < 80
DIAGNOSIS BANDING

• Anemia Penyakit Kronis


• Thalassemia
• Anemia Sideroblastik
TATALAKSANA

Ketahui terlebih dahulu faktor penyebab


• Preparat besi : ferrous sulfat, ferrous glukonat, ferrous fumarate, dan ferrous
suksinat.
• Transfusi darah : hanya diberikan pada keadaan anemia sangat berat dan
komponen yang diberikan adalah PRC (Packed Red Cells).
KOMPLIKASI

Bayi

 Perubahan perilaku dan kognitif, misalnya peningkatan rasa takut dan cemas
terhadap sekitar, iritabel, tidak ceria.
 Perubahan perkembangan fungsi motorik, misalnya berkurang keinginan
mengeksplorasi lingkungannya, semakin sulit dilepas dari pengasuh, dan
semakin gampang lelah.
KOMPLIKASI

Anak-anak dan remaja yang anemia saat bayi


 Lebih berisiko mengulang kelas di sekolah atau memerlukan bimbingan
tambahan
 Mungkin mendapatkan skor tes performa kognitif (spatial memory dan selective
recall) yang lebih rendah
Remaja yang anemia
Mungkin akan memiliki penurunan pembelajaran verbal dan memori serta skor
matematika standar yang lebih rendah.
PENCEGAHAN

PENCEGAHAN PRIMER
• ASI eksklusif hingga 6 bulan
• Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun
• Menggunakan sereal/makanan tambahan yang difortifikasi
• Pemberian vitamin C untuk meningkatkan absorbs besi dan menghindari
bahan yang menghambat absorbs besi
• Menghindari minum susu yang berlebihan dan meningkatkan makanan
yang mengandung kadar besi hewani
• Pendidikan kebersihan lingkungan
PENCEGAHAN SEKUNDER
• Skrining ADB
• Suplementasi besi
• Bahan makanan yang sudah difortifikasi
EDUKASI

• Memberikan pengertian kepada pasien tentang perjalanan penyakit dan


tata laksananya
• Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat
• Bila terdapat efek samping obat maka segera ke pelayanan kesehatan
PROGNOSIS DAN SKDI

Prognosis umumnya dubia ad bonam karenan sangat bergantung pada


gangguan yang mendasarinya. Bila hal tersebut teratasi, dengan nutrisi
yang baik, anemia defisiensi besi dapat teratasi.
KESIMPULAN

Masalah anemia di Indonesia paling banyak menimpa kelompok rentan seperti


Ibu hamil dan anak Balita (bawah lima tahun) utamanya anak bawah dua tahun
(Baduta). Salah satu penyebab anemia yang paling banyak dijumpai di Negara
berkembang adalah anemia kurang besi atau Anemia defisiensi besi (ADB).

Dampak dari anemia ini bergantung pada lamanya, dan seberapa parah anemia
yang diderita. Berbagai dampak ini mungkin tidak reversible jika intervensi
diberikan terlambat. Tetapi, pada dasarnya anemia ini dapat dicegah dengan
beberapa cara, misalnya suplementasi zat gizi mikro, fortifikasi pangan, dan
edukasi yang dirancang khusus untuk pengasuh anak termasuk dalam pemberian
ASI dan MPASI.
Teri
ma
Kasi

Anda mungkin juga menyukai