• Zat besi merupakan salah satu substansi penting untuk pelaksanaan fungsi
fisiologis tubuh manusia.
• Defisiensi besi merupakan bentuk defisiensi nutrisi yang paling umum terjadi
di dunia, dengan prevalensi tertinggi ditemukan pada anak-anak dan
perempuan usia produktif.
• Anemia adalah kondisi yang menunjukkan jumlah atau kualitas sel darah
merah yang tidak mencukupi pemenuhan kebutuhan fisiologi tubuh.
• Secara global kekurangan zat besi dianggap penyebab anemia paling umum.
TUJUAN
Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan lebih memahami tentang
anemia defisiensi besi pada anak dan tatalaksananya.
Sebagai persyaratan dalam memenuhi Kepaniteraan Klinik Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Bab II
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Bayi dan anak-anak adalah kelompok yang rentan terhadap anemia dengan resiko tertinggi
pada :
• Anak yang lahir premature atau BBLR
• Bayi yang diberi minum susu sapi sebelum berusia 12 bulan
• Bayi atau anak yang disusui tetapi tidak mendapatkan MPASI tinggi besi
• Bayi yang minum susu formula tetapi tidak difortifikasi dengan zat besi
• Anak usia 1-5 tahun yang diberi minum susu sapi, susu kambing, atau susu kedelai lebih
dari 3 gelas sehari, picky eating, obesitas
• Anak berkebutuhan khusus, masalah kesehatan kronis, dan diet ketat (Munoz, 2010)
PATOFISIOLOGI
Anemia gizi atau nutritional anaemia dapat disebabkan oleh rendahnya asupan
gizi tertentu untuk memenuhi kebutuhan sintesis hemoglobin dan eritrosit.
4 mekanisme dasar mengapa dapat terjadi kekurangan besi di dalam tubuh:
• rendahnya asupan besi dari makanan
• meningkatnya kebutuhan besi akibat perubahan fisiologis dalam tubuh
• rendahnya absorbsi atau penyerapan besi di saluran cerna
• meningkatnya kehilangan zat besi (Haematology, 2014).
MANIFESTASI KLINIS
• Sering asimtomatis
• Tampak pucat, lelah, gelisah, kurang perhatian, iritabel, cemas
• (+)retardasi pertumbuhan
• Gangguan kognitif dan intelektual yang tidak dapat dijelaskan
• Pada bayi : (+)poor feeding, letargi, failure to thrive, dan takipnea
• Pada anak-anak : presinkop, sinkop, sakit kepala, iritabel, exercise intolerance
PENEGAKAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS :
• Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan
• Mudah Lelah, lemas, mudah marah, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh
menurun, serta gangguan perilaku dan prestasi belajar
• Gemar memakan makanan yang tidak biasa (pica)
• Memakan bahan makanan yang kurang mengandung zat besi dan bahan
makanan yang menghambat penyerapan zat besi
• Infeksi malaria, parasite seperti ankylostoma dan schistosoma
PEMERIKSAAN FISIS :
• Gejala klinis ADB terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan keluarga, bila
kadar Hb <5gr/dL ditemukan gejala iritabel dan anoreksia
• Pucat ditemukan bila kadar Hb <m 7gr/dL
• Tanpa organomegaly
• Dapat ditemukan koilonikia, glossitis, stomatitis angularis, takikardia, gagal
jantung, protein-losing enteropathy
• Rentan terhadap infeksi
• Gangguan pertumbuhan
• Penurunan aktivitas kerja
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
• Darah lengkap (MCV, MCH, MCHC, RDW, Mentzer index)
• Profil besi
• Nilai retikulosit
• Serum transferrin receptor (STfR)
• Kadar zinc protoporphyrin (ZPP)
• Terapi besi (therapeutic trial)
• Feses rutin
Pemeriksaan penunjang diatas dilakukan sesuai fasilitas yang ada
Kriteria Diagnosis ADB menurut WHO :
Bayi
Perubahan perilaku dan kognitif, misalnya peningkatan rasa takut dan cemas
terhadap sekitar, iritabel, tidak ceria.
Perubahan perkembangan fungsi motorik, misalnya berkurang keinginan
mengeksplorasi lingkungannya, semakin sulit dilepas dari pengasuh, dan
semakin gampang lelah.
KOMPLIKASI
PENCEGAHAN PRIMER
• ASI eksklusif hingga 6 bulan
• Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun
• Menggunakan sereal/makanan tambahan yang difortifikasi
• Pemberian vitamin C untuk meningkatkan absorbs besi dan menghindari
bahan yang menghambat absorbs besi
• Menghindari minum susu yang berlebihan dan meningkatkan makanan
yang mengandung kadar besi hewani
• Pendidikan kebersihan lingkungan
PENCEGAHAN SEKUNDER
• Skrining ADB
• Suplementasi besi
• Bahan makanan yang sudah difortifikasi
EDUKASI
Dampak dari anemia ini bergantung pada lamanya, dan seberapa parah anemia
yang diderita. Berbagai dampak ini mungkin tidak reversible jika intervensi
diberikan terlambat. Tetapi, pada dasarnya anemia ini dapat dicegah dengan
beberapa cara, misalnya suplementasi zat gizi mikro, fortifikasi pangan, dan
edukasi yang dirancang khusus untuk pengasuh anak termasuk dalam pemberian
ASI dan MPASI.
Teri
ma
Kasi