Anda di halaman 1dari 50

KAJIAN PATOLOGI BBL

BBLR, HIPOTERMI DAN


HIPOGLIKEMI
KESENJANGAN GLOBAL DALAM KEMATIAN
IBU DAN BAYI BARU LAHIR
 Setiap hari di seluruh dunia:
 1.450 ibu meninggal saat melahirkan – 1 orang setiap menit
 10.800 bayi baru lahir meninggal dlm 4 minggu pertama
setelah lahir - 7 Neonatus setiap menit
 29.000 Balita meninggal - 15 anak setiap menit
 Sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara berkembang

 Sebagian besar kematian tersebut bisa dicegah jika ada akses


terhadap pelayanan dasar berbiaya rendah

2
DI DUNIA, 450 BAYI BARU LAHIR MENINGGAL SETIAP JAM
DI INDONESIA, 10 BAYI BARU LAHIR MENINGGAL* SETIAP JAM

Lain-lain
13% Asfiksia

Masalah Asupan 27%

10%
Pendarahan

6%
Infeksi

5%
Tetanus Berat Badan Lahir
Rendah/ Prematur
4
10%
29%
Sumber: WHO 2002, 2004, Lancet 2005
Di seluruh dunia, 900 Balita meninggal setiap jam
Di Indonesia 25 anak meninggal setiap jam

18%

32%
Perinatal
Lain-lain

7%
Campak

Diare
ria

19% ISPA
Mala

19%
5
5%
ISPA: Infeksi Saluran Pernapasan Atas

Sumber: SKRT 2003, WHO 2002


BERAT BADAN LAHIR RENDAH
A. DEFINISI
 Berat Badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
B. EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan
batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
  Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi
dengan berat lahir lebih dari 2500 gram 
 Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil
studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan
rentang 2.1%-17,2 %.
  Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR
sekitar 7,5 %. 
 Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010
yakni maksimal 7%.
C. ETIOLOGI
 Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran
prematur.
 Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor
plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda,
serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. 1
Faktor Ibu
Faktor Janin

Faktor Lingkungan
KOMPLIKASI
 Berat badan lahir rendah yang terjadi pada bayi
menimbulkan dampak komplikasi outcome bayi yang
dilahirkan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mauren Heck 1991 dan disempurnakan
kembali oleh mauren tahun 1996,
1. Komplikasi Langsung
2. Komplikasi tak langsung
DIAGNOSIS

 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan penunjang
THERAPI
 Medikamentosa2
 Diatetik10

 Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang


cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan
nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
 Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya
naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu.
 Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat
badan lahir dan keadaan bayi

2. IDAI. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan


Medis Kesehatan Anak.,. Jakarta.: IDAI; 2004.
10. Mitra Zarrati ea. Relationship between Breast Feeding and
Obesity in Children with Low Birth Weight. Iranian Red Crescent
Medical Journal 2013 15(8)
 Supportif
 menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak
kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat
sesuai petunjuk.
 "Kangaroo mother care“

penelitian menyebutkan dari Enam belas studi, termasuk 2.518 bayi


kriteria inklusi. Pada debit atau 40-41 minggu, KMC dikaitkan dengan
penurunan risiko kematian (RR 0,60, 95% Confidence Interval (CI)
0,39-0,93; tujuh percobaan, 1614 bayi), infeksi nosokomial / sepsis
(khas RR 0,42, 95% CI 0,24-0,73), hipotermia (RR 0,23, 95% CI 0,10-
0,55), dan lama tinggal di rumah sakit (rata-rata khas perbedaan 2,4 hari,
95% CI 0,7-4,1). Pada tindak lanjut terbaru, KMC dikaitkan dengan
penurunan risiko kematian (RR 0,68 khas, 95% CI 0,48-0,96; sembilan
percobaan 1952 bayi) dan berat infeksi / sepsis (RR 0,57, 95% CI 0,40-
0,80). Kesimpulan penelitiannya adalah Bukti dari review ini diperbarui
mendukung penggunaan KMC pada bayi BBLR sebagai alternatif untuk
perawatan neonatal konvensional terutama di rangkaian terbatas sumber
daya. Informasi lebih lanjut diperlukan mengenai efektivitas dan
keamanan dari awal berkelanjutan KMC di bayi unstabilized BBLR.
HIPOTERMIA
BATASAN
 Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari
36.5ºC pada pengukuran suhu melalui ketiak
PRINSIP DASAR
 Hipotermi sering terjadi pada neonatus terutama pada
BBLR karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang
belum sempurna, permukaan tubuh bayi relatif luas,
kemampuan produksi dan menyimpan panas terbatas.
 Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena
terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu
lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah)
atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian.
 Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh
yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung
paru dan kematian
KLASIFIKASI HIPOTERMI
WHO, 1997 menyatakan:
 Stres dingin: 36,0-36,4  ° C (96,8-97,5  ° F);
memprihatinkan-hangat bayi dan berusaha untuk
mengidentifikasi penyebab (s).
 Hipotermia moderat: 32,0-35,9  ° C (89,6-96,6  ° F);
pemanasan bahaya-segera bayi dibutuhkan.
 Hipotermia berat: <32,0  ° C (<89,6  ° F); outlook adalah
perawatan makam-terampil sangat dibutuhkan.
MEKANISME KEHILANGAN
PANAS
 Radiasi: dari bayi ke lingkungan dingin
terdekat.
 Konduksi: langsung dari bayi ke sesuatu yang
kontak dg bayi
 Konveksi: kehilangan panas dari bayi ke udara
sekitar
 Evaporasi: penguapan air dari kulit bayi
LANGKAH PROMOTIF / PREVENTIF
 Rawat bayi kecil di ruang yang hangat (tidak
kurang 25C dan bebas dari aliran angin).
 Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda
yang dingin (misal dinding dingin atau jendela)
walaupun bayi dalam inkubator atau di bawah
pemancar panas.
 Jangan meletakkan bayi langsung di
permukaan yang dingin (mis. alasi tempat
tidur atau meja periksa dengan kain atau
selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
 Pada waktu dipindahkan ke tempat lain, jaga
bayi tetap hangat dan gunakan pemancar
panas atau kontak kulit dengan perawat.
Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti
setiap saat, agar tetap hangat walau dalam
keadaan dilakukan tindakan. Misal bila dipasang
jalur infus intravena atau selama resusitasi
dengan cara:

 Memakai pakaian dan mengenakan topi.


 Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan
lembut dan selimuti.
 Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk
pemantauan atau tindakan.
 Berikan tambahan kehangatan pada waktu
dilakukan tindakan (mis. menggunakan
pemancar panas).
 Ganti popok setiap kali basah.
 Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di
kulit (mis. kain kasa yang basah), usahakan
agar bayi tetap hangat.
 Jangan memandikan atau menyentuh bayi
dengan tangan dingin.
 Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel
(lihat lampiran)
Keadaan bayi Frekuensi Pengukuran

Bayi sakit Tiap jam


Bayi kecil Tiap 12 jam

Bayi keadaan membaik Sekali sehari

Berat Suhu inkubator (oC) menurut umura


bayi 35 oC 34 oC 33 oC 32 oC

< 1500 g 1-10 hari 11 hari – 3 3-5 minggu >5


minggu minggu
1500-2000 1-10 hari 11 hari–4 >4
g minggu minggu
2100-2500 1-2 hari 3 hari-3 >3
g minggu minggu
> 2500 g 1-2 hari > 2 hari

a
Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1 oC setiap
perbedaan suhu 7 oC antara suhu ruang dan inkubator.
CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
Kontak kulit  Untuk semua bayi
 Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat,
atau menghangatkan bayi hipotermi (32 – 36,4oC)
apabila cara lain tidak mungkin dilakukan

Kangaroo  Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <


Mother Care 2500 g, terutama direkomendasikan untuk
(KMC) perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan
< 1800 g
 Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis,
gangguan napas berat).
 Tidak untuk Ibu yang menderita penyakit berat
yang tidak dapat merawat bayinya.
 Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh
keluarga (pengganti ibu)
CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
Pemancar  Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1,500 g
panas atau lebih
 Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan
tindakan, atau menghangatkan kembali bayi
hipotermi

Lampu  Bila tidak tersedia pemancar panas, dapat


penghangat digunakan lampu pijar maksimal 60 watt dengan
jarak 60 cm

Inkubator  Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat


< 1,500 g yang tidak dapat dilakukan KMC
 Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas
berat)
CARA PETUNJUK PENGGUNAAN

Boks  Bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan


penghangat boks penghangat dengan menggunakan lampu
pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas

Ruangan  Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 g


hangat yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau
prosedur pengobatan,
 Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan
napas berat)
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
 Bayi terpapar suhu  Suhu tubuh 32 ºC – Hipotermia sedang
lingkungan yang rendah 36.4 ºC
 Waktu timbulnya kurang  Gangguan napas
dari 2 hari  Denyut jantung < 100
kali/menit
 Malas minum
 Letargi
 Bayi terpapar suhu  Suhu tubuh < 32 ºC Hipotermia berat
lingkungan yang rendah  Tanda lain hipotermia
 Waktu timbulnya kurang sedang
dari 2 hari  Kulit teraba keras
 Napas pelan dan
dalam
 Tidak terpapar dengan  Suhu tubuh Suhu tubuh tidak
dingin atau panas yang berfluktuasi antara 36 stabil (lihat Dugaan
berlebihan ºC – 39 ºC meskipun sepsis)
berada di suhu
lingkungan yang stabil
 Fluktuasi sesudah
periode suhu stabil
MANAJEMEN
HIPOTERMI BERAT
 Segera hangatkan bayi di bawah pemancar
panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila
mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan
hangat, bila perlu.

 Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu.


Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan
selimuti dengan selimut hangat.

 Hindari paparan panas yang berlebihan dan


posisi bayi sering diubah.
MANAJEMEN
HIPOTERMI BERAT
 Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi
napas lebih 60 atau kurang 30 kali/menit,
tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi),
lihat bab tentang Gangguan napas.

 Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai


dengan dosis rumatan, dan pipa infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk
menghangatkan cairan.
MANAJEMEN
HIPOTERMI BERAT
 Periksa kadar glukose darah, bila kadar
glukose darah kurang 45 mg/dL (2.6 mmol/L),
tangani hipoglikemia.

 Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga


kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu
tubuh kembali dalam batas normal.

 Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai


dengan yang disebutkan dalam penanganan
Kemungkinan besar sepsis.
MANAJEMEN
HIPOTERMI BERAT

 Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi


siap :
 Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI
peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum;
 Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali,
pasang pipa lambung dan beri ASI peras
begitu suhu bayi mencapai 35 ºC.
MANAJEMEN
HIPOTERMI BERAT

 Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik


paling tidak 0.5 ºC/jam, berarti upaya
menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan
dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
 Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk
menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam.
MANAJEMEN
HIPOTERMI BERAT
 Setelah suhu tubuh bayi normal:

 Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi;

 Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan


ukur suhunya setiap 3 jam.
 Pantau bayi selama 24 jam setelah
penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap
dalam batas normal dan bayi minum dengan
baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi
dapat dipulangkan dan nasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap
hangat selama di rumah.
MANAJEMEN
HIPOTERMI SEDANG
 Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang
hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.

 Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi


dengan melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan
bayi lekat).

 Bila ibu tidak ada:


 Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat
pemancar panas. Gunakan inkubator dan ruangan
hangat, bila perlu;
 Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.
 Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi
lebih sering diubah.
MANAJEMEN
HIPOTERMI SEDANG

 Anjurkan Ibu untuk menyusui lebih sering.


Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI
peras menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum.

 Mintalahibu untuk mengamati tanda bahaya


(mis. gangguan napas, kejang) dan segera
mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
MANAJEMEN
HIPOTERMI SEDANG

 Periksa kadar glukose darah, bila < 45 mg/dL (2.6


mmol/L), tangani hipoglikemia.

 Nilai tanda bahaya, Periksa suhu tubuh bayi setiap


jam, bila suhu naik minimal 0.5 ºC/jam, berarti
usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan
memeriksa suhu setiap 2 jam.

 Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang


0.5 ºC/jam, cari tanda sepsis.
MANAJEMEN
HIPOTERMI SEDANG

 Setelah suhu tubuh normal:

Lakukan perawatan lanjutan.

Pantau bayi selama 12 jam berikutnya,


periksa suhu setiap 3 jam. Bila suhu tetap
dalam batas normal dan bayi dapat
minum dengan baik serta tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan,
bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara
menghangatkan bayi di rumah
HIPOGLIKEMI
BATASAN
 Hipoglikemi adalah keadaan hasil
pengukuran kadar glukose darah
kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L)
 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dhananjaya dkk, dengan tujuan untuk mempelajari frekuensi

hipoglikemia, fitur klinis dan faktor risiko terkait dengan perkembangan hipoglikemia pada bayi baru lahir.

Desain Studi Cross- sectional, dengan Metode Gula darah yang disaring oleh glucometer di 3,24,48 dan 72

jam usia atau setiap kali gejala sugestif hipoglikemia berkembang. Rinci sejarah klinis, pemeriksaan dan

penyelidikan laboratorium yang diperlukan untuk mendiagnosis neonatus risiko tinggi.

 Hasil : 38 Bayi yang baru lahir adalah hipoglikemik dari yang 60 % adalah asimptomatik dan 40 % adalah

dengan gejala. Pria adalah 22 (57,89 %), Wanita 16 (42.10 %), kejadian keseluruhan hipoglikemia adalah 4,2

% , dalam hal itu, prematur 11,9 %, 2.9 % Term, SGA 14,75 %, 22,22% LGA . 21 kasus (55,26 %) disajikan

hipoglikemia pada hari 2 , 10 (26,31 %) pada hari 1 dan 3 7 (18,42 %) pada hari ke-3. Faktor risiko ibu

memberikan kontribusi terhadap pengembangan hipoglikemia adalah IGDM / IDM (40 %), partus lama

(15,35 %) dan eklampsia (40 %). Difaktor risiko baru lahir yang menyebabkan hipoglikemia, asfiksia lahir

memiliki insiden tertinggi 26,86 % diikuti oleh RDS dan septikemia kedua 15 %. Dalam asfiksia saat lahir,

bayi cukup bulan lebih rentan terhadap hipoglikemia dengan kejadian 61,11 %

 Clinical profile of hypoglycemia in newborn babies in a rural hospital setting a b*C.D.Dhananjaya , B.Kiran.

Int J Biol Med Res. 2011; 2(4): 1110 – 1114


PRINSIP DASAR
 Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan
glukosa rendah.
 Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir,
karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat
terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik
akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat
bahkan sampai kematian.
 Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari
ibu dengan diabetes melitus.
 Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk
ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari
pertama pasca lahir.
 Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa
yang ada
LANGKAH PREVENTIF / PROMOTIF
 Penganan/ pengendalian kadar glukosa ibu
Diabetes Mellitus (Lihat pengelolaan ibu DM di
Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan
Neonatal).
 Penanganan keadaan yang dapat
mengakibatkan BBLR.
 Penanganan keadaan yang dapat
meningkatkan penggunaan glukosa bayi (mis.
pada asfiksia, hipotermi, hiperterm, gangguan
pernapasan)
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan
minum ASI dini
DIAGNOSIS
Anamnesis
 Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan
 Riwayat bayi prematur
 Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan
(BMK)
 Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan
(KMK)
 Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
 Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
DIAGNOSIS
Pemeriksaan klinis
Hipoglikemi sering asimtomatis, pada keadaan ini terapi
sudah harus dilakukan agar prognosis menjadi lebih
baik.
Gejala yang sering terlihat adalah:
 tremor ("jitteriness")
 bayi lemah, apatis, letargik, keringat dingin
 sianosis
 kejang
 apne atau nafas lambat, tidak teratur
 tangis melengking atau lemah merintih.
 hipotoni
 masalah minum
 nistagmus gerakan involunter pada mata
MANAJEMEN
 Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV
bolus pelan dalam lima menit.
 Jika jalur IV tidak dapat dipasang
dengan cepat, berikan larutan glukose
melalui pipa lambung dengan dosis
yang sama.
 Infus Glukose 10% sesuai kebutuhan
rumatan, kemudian lakukan rujukan
 Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak
dapat menyusu, berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
 Nancy dkk, meneliti mengenai efek screening hipoglikemia
terhadap kualitas menyusuinya. Hipoglikemia sementara pada
periode neonatal dini adalah fenomena adaptif umum sebagai
perubahan baru lahir dari janin terus menerus konsumi
glukosa transplasenta untuk pasokan setelah penghentian gizi
ibu pada saat lahir. Penelitian telah menunjukkan bahwa
dalam istilah, lahir sehat, proses dinamis ini adalah membatasi
diri dan tidak dianggap patologis. The American Academy of
Pediatrics dan WHO merekomendasikan bahwa screening
glukosa darah neonatal disediakan untuk bayi baru lahir yang
beresiko atau gejala dan menyimpulkan bahwa skrining
hipoglikemia universal, tidak perlu, dan berpotensi berbahaya.
13

Nancy C. Haninger C, MSM and Cynthia L. Farley, CNM, PhD.


Ssreening for hypoglycemia in healthy term neonates: effects on
breastfeeding Journal of Midwifery & Women’s Health
2001;46(5)
MANAJEMEN
 Kebutuhan rumatan sebaiknya sejalan dengan kecepatan
glucose infussion rate (GIR) 4-6 mg/kgBB/menit

 Cara menghitung GIR adalah:


Jumlah tetesan mikro per menit (ml/jam) X konsentrasi glukosa
6 X BB

Anda mungkin juga menyukai