Kepemimpinan Dalam Kesetaraan Gender
Kepemimpinan Dalam Kesetaraan Gender
Kepemimpinan Dalam Kesetaraan Gender
KESETARAAN GENDER
OLEH : MIFTAHUDDIN
Apa Beda Pemimpin, Pimpinan
Dan Kepemimpinan ?
DEFINISI KEPEMIMPINAN
George R. Terry (2006: 495), Kepemimpinan merupakan suatu hubungan yang ada di dalam diri seseorang
atau pemimpin dan mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan sadar dalam hubungan tugas agar
tercapainya sebuah tujuan yang diinginkan.
Robbins dan Judge (2015: 410), menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi
suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau serangkaian tujuan.
Kepemimpinan kata dasarnya adalah pemimpin, dalam istilah Islam pemimpin dikonotasikan dengan kata
khalifah, amir atau imamah.
Khalifah adalah pengganti yaitu seseorang yang menggantikan tempat orang lain yang lain dalam beberapa
persoalan.
Imamah berarti yang menjadi pemimpin, yang menjadi suri teladan atau contoh yang harus diikuti atau yang
mendahului, dan
Amir mempunyai arti pemimpin (Qaid Zaim) dan dalam kamus Inggris diartikan dengan orang yang
memerintah, komandan, kepala dan raja.
Sedangkan menurut AI-Taftazani yang telah dikutip oleh Dhiauddin Rais, dalam bukunya yang berjudul "
Teori Politik Islam ", keimamahan didefenisikan sebagai kepemimpinan umum dalam urusan dunia dan
agama. Sebagai khalifah atau wakil dari Nabi saw.
Apa Itu Sex ?
Apa Itu Gender ?
Apa Bedanya ?
DEFINISI SEX DAN GENDER
Sex ; Status perbedaan biologis antara pria dan wanita. Perbedaan biologis tersebut dapat dilihat dari alat
kelamin serta perbedaan genetik. Seseorang memiliki seks atau jenis kelamin sebagai perempuan, apabila ia
memiliki vagina dengan 46 kromosom XX. Sedangkan pria memiliki organ reproduksi berupa penis dengan 46
kromosom XY.
Gender ; karakteristik pria dan wanita yang terbentuk dalam masyarakat. Gender dikonstruksi secara sosial
oleh budaya dan pemikiran manusia.
Perbedaannya ;
Sex terbentuk dengan alami, dapat dilihat sejak seorang individu lahir. Sedangkan gender dibentuk oleh
sosial dan budaya.
Seks cenderung tidak bisa dipertukarkan,. Sementara itu, gender bisa dipertukarkan. Misalnya,
perempuan bisa bersifat maskulin dan laki-laki ada yang bersifat feminim.
MENAKAR GENDER DAN FEMINISME
Secara umum feminisme dan gender pada dasarnya adalah konsep yang sederhana dimana perempuanhanya
ingin memperoleh keadilan dalam segala hal terutama pendidikan, bukan untuk melebihi pria dankodratnya.
kelompok feminis memberikan konsep gender berangkat dari perbedaan laki-lakidan perempuan yang terjadi
karena dibentuk oleh perbedaan sosial bukan dinilai dari aspek kodrati.
Gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan darisegi sosial
budaya, maka sex secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari
segi anatomi biologi.
Refleksi sejarah diperlihatkan pula bahwa dari awal gerakan perempuan (first wave feminism) di duniapada tahun 1800-
an. Ketika itu para perempuan menganggap ketertinggalan mereka disebabkan olehkebanyakan perempuan masih buta
huruf, miskin dan tidak memiliki keahlian.
Diikuti setelahnyaperempuan-perempuan kelas menengah abad industrialisasi mulai menyadari kurangnya peran
merekadi masyarakat. Mereka mulai keluar rumah dan mengamati banyaknya ketimpangan sosial dengan korbanpara
perempuan.
Sampai kemudian muncul Simone de Beauvoir, seorang filsuf Perancis yangmenghasilkan karya pertama berjudul The
Second Sex yang berisi rancang teori feminis. Dari buku tersebutbermunculan pergerakan perempuan Barat (Second
Wave feminism )yang menggugat persoalan ketidakadilanseperti upah yang tidak adil, cuti haid, aborsi hingga kekerasan
mulai didiskusikan secara terbuka.
Tokohyang terkenal Susan B. Anthony, Elizabeth Cady Stanton dan Marry Wollstonecraft yang berjuangmengedepankan
perubahan sistem sosial dimana perempuan bisa ikut dalam pemilu ( D.W.Rossides,1978: 130).
aktifitas feminisme maupun pegiat gender berbeda antarnegara dengan setting budaya masing-masing dan
sebuah isme dalam perjuangan gerakan feminis juga mengalami interpretasi dan penekanan yang berbeda di
beberapa tempat.
Feminis di Italia lebih mengarahkan kesamaan peran dalam menyupayakan pelayanan-pelayanan sosial, dan
hak-hak perempuan sebagai ibu, istri dan pekerja. Hal yang sama digiatkan oleh feminist di Indonesia yang
ditauladani darigerakan RA. Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya’ Dien
Feminisme dan Gender dalam Islam
Beberapa respon teologis dalam al-Qur’an yang menilai adanya persamaan gender :
1. Kemanusian perempuan dan kesejajaran nya dengan laki-laki (Q.S. al-Hujurat:13)
ارفُ ۡوا ؕ اِ َّن اَ ۡك َر َم ُكمۡ ِع ۡن َد هّٰللا ِ اَ ۡت ٰقٮ ُكمۡ ؕ اِ َّن هّٰللا َ َعلِ ۡي ٌم َخبِ ۡي ٌر ۤ
َ َل لِتَ َعeِٰياَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ۡق ٰن ُكمۡ ِّم ۡن َذ َك ٍر َّواُ ۡن ٰثى َو َج َع ۡل ٰن ُكمۡ ُشع ُۡوبًا َّوقَبَٓا ِٕٕٮ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
danmenjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnyaorang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
2. Perempuan dan laki-laki diciptakan dari unsur tanah yang sama dan dari jiwa yang satu (Q.S. al-A’raf:
189)
هّٰللا ۡ س َّوا ِح َد ٍة َّو َج َع َل ِم ۡنهَا َز ۡو َجهَا لِيَ ۡس ُك َن اِلَ ۡيهَا ۚ فَلَ َّما تَ َغ ٰ ّشٮهَا َح َملَ ۡت َحمۡ اًل َخفِ ۡيفًا فَ َمر
َ ۡن ٰاتَ ۡيتَـنَاeَِّتبِ ٖه ۚ فَلَ َّم ۤا اَ ۡثقَلَ ۡت َّد َع َوا َ َربَّهُ َما لَ ِٕٕٮ
صالِحًا ٍ هُ َو الَّ ِذ ۡى َخلَقَ ُكمۡ ِّم ۡننَّ ۡـف
لَّـنَ ُك ۡونَ َّن ِم َن ال ٰ ّش ِك ِر ۡي َن
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar diamerasa
senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan,dan teruslah
dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon
kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kamianak yang saleh, tentulah
kami terraasuk orang-orang yang bersyukur”.
3. Proses dan fase pembentukan janin laki-laki dan perempuan tidak berbeda (Q.S. al-Qiyamah: 37-39)
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). kemudian mani itu menjadisegumpal
darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. lalu Allah menjadikan daripadanyasepasang: laki-
laki dan perempuan.
4. Islam menjamin kebahagian di dunia dan akherat bagi perempuan bila komitmen dengan iman
danmenempuh jalan yang saleh, seperti halnya dengan laki-laki (Q.S. al-Nahl: 97).
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kamiberi balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan
5. Islam tidak menilai perempuan adalah penghalang kemajuan (Q.S. al-Ahzab: 35)
ٰۤ ُ
ك
َ eِول ِٕٕٮ ف َويَ ۡنهَ ۡو َن َع ِن ۡال ُم ۡن َك ِر َويُقِ ۡي ُم ۡو َن الص َّٰلوةَ َوي ُۡؤتُ ۡو َن ال َّز ٰكوةَ َويُ ِط ۡيع ُۡو َن هّٰللا َ َو َرس ُۡولَهٗؕ ا
ِ ض يَ ۡا ُمر ُۡو َن بِ ۡال َم ۡعر ُۡو
ٍۘ ضهُمۡ اَ ۡولِيَٓا ُء بَ ۡع ُ ت بَ ۡع ُ َو ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡو َن َو ۡال ُم ۡؤ ِم ٰن
َسيَ ۡر َح ُمهُ ُم هّٰللا ُؕ اِ َّن هّٰللا َ َع ِز ۡي ٌز َح ِك ۡي ٌم
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin], laki-lakidan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuanyang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-lakidan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki danperempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan danpahala yang besar.
6. Diluar peran kodrati seperti dalam politik, sosial budaya, ekonomi, pranata sosial lainnya,
Islammemberikan ajaran tanggung jawab dan bahu membahu antara laki-laki dan perempuan sebagai
mitra sejajar (Q.S al-Taubah: 71)
ٰۤ ُ
ك
َ eِول ِٕٕٮ ف َويَ ۡنهَ ۡو َن َع ِن ۡال ُم ۡن َك ِر َويُقِ ۡي ُم ۡو َن الص َّٰلوةَ َوي ُۡؤتُ ۡو َن ال َّز ٰكوةَ َويُ ِط ۡيع ُۡو َن هّٰللا َ َو َرس ُۡولَهٗؕ ا
ِ ض يَ ۡا ُمر ُۡو َن بِ ۡال َم ۡعر ُۡو
ٍۘ ضهُمۡ اَ ۡولِيَٓا ُء بَ ۡع ُ ت بَ ۡع ُ َو ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡو َن َو ۡال ُم ۡؤ ِم ٰن
َسيَ ۡر َح ُمهُ ُم هّٰللا ُؕ اِ َّن هّٰللا َ َع ِز ۡي ٌز َح ِك ۡي ٌم
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar,mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Muhammadiyah secara khusus membahas Persoalan ini dalam Majelis Tarjih dan Tajdid. Respons yang
ditampilkan Majelis Tarjih diwujudkan dalam tiga klaster kajiannya yang secara khirarkhis menurun, yaitu
(1) keputusan yang telah ditanfidz; (2) fatwa yang dapat dijadikan pedoman; serta (3) wacana yang
diketengahkan dalam bentuk seminar atau simposium.
A. Wacana Kepemimpinan Perempuan dalam Islam
ajaran Islam memberikan dukungan terhadap eksistensi keadilan gender melalui prinsip-prinsip umum yang
dikandungnya. Prinsip-prinsip dimaksud adalah:
(1) Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki potensi yang sama untuk menjadi hamba Allah yang ideal
yang disebut mutaqin.
(2) Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah Allah di muka bumi samasama memiliki tugas memakmurkan
bumi,
(3) Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima perjanjian primordial,
(4) Laki-laki dan perempuan sama-sama terlibat dalam drama kosmis,
(5) laki-laki dan perempuan sama-sam berpotensi meraih prestasi
D. Analisis Gender atas Wawasan Muhamamdiyah tentang
Kepemimpinan Perempuan
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang kepemimpinan perempuan yang
diwujudkan dalam pembahasannya tentang kepemimpinan perempuan dalam bidang politik dan
kepemimpinan perempuan dalam ibadah (khususnya hukuman perempuan menjadi imam shalat bagi
jama’ah yang di dalamnya terdapat laki-laki), kajian Muhammadiyah yang menunjukkan keberpihakannya
terhadap kesetaraan perempuan dengan laki-laki. Hal itu terlihat pada semangat yang ditampilkan putusan,
fatwa serta wacana yang disajikan yang memberikan tempat bagi perempuan untuk berperan sebagaimana
halnya laki-laki.