Anda di halaman 1dari 37

KONSERVASI EX SITU

Tim pengampu

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS ANDALAS
GANJIL 2021
BEBERAPA METODA EX SITU
Kenapa Keanekaragaman Hayati perlu
01 di konservasi

Penyebab hilangnya Keanekaragaman


02 Hayati

Outline Konservasi Ex Situ sebagai Upaya


03 Pelestarian

Metode konservasi Ex Situ


04

Kelebihan dan Kekurangan konservasi


05 Ex Situ
Kenapa perlu dilakukan pelestarian?

Terjadinya Penurunan Jumlah Keanekaragaman Hayati Dunia dan Indonesia, Menjadikan


Perlunya Dilakukan Pelestarian Kehati Agar Menghindari Kepunahan
Kehilangan Keanekaragaman Hayati
Merupakan Kerugian Yang Besar Dan
Tidak Dapat Dikembalikan
Apa Penyebabnya?
Kerusakan Habitat
Bencana Alam

Eksploitasi

Spesies Invasif
dan penyakit

Perubahan Iklim

Polusi
DEFORESTASI

Penyebab Utama Kehilangan Keanekaragaman


Hayati
DEFORESTASI DAN KEHILANGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Angka Deforestasi Netto Indonesia Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan
2018-2019 Tahun 2018-2019 (Ha/Th)
APL (Areal Sulawesi Tengah 2,292.4 1,499.4 3,791.8
Provinsi Penggunaan Lain) / Total
Kawasan Hutan Sulawesi Selatan 1,387.7 628.0 2,015.7
Bukan Kawasan Deforestasi
Hutan Sulawesi Tenggara 4,544.1 2,013.1 6,557.2
Gorontalo 261.3 116.8 378.1
Aceh 6,737.5 4,870.5 11,608.0 Sulawesi Barat -229.2 0.4 -228.8
Sumatera Utara 9,583.9 2,818.5 12,402.4 Maluku 1,214.7 57.2 1,271.8
Sumatera Barat 7,626.0 1,698.9 9,324.8 Maluku Utara 1,780.7 546.2 2,326.8
Riau 136,998.3 5,012.9 142,011.1 Papua Barat 1,855.3 3,440.8 5,296.1
Jambi 26,109.6 1,272.3 27,382.0 Papua 6,468.1 4,744.1 11,212.2
Sumatera Selatan 57,857.6 2,797.5 60,655.1 INDONESIA 375,866.7 86,591.8 462,458.5

Bengkulu 1,959.4 201.2 2,160.6


Lampung 182.3 443.2 625.4
Grafik Deforestasi Indonesia
Kepulauan Bangka 1,574.3 580.2 2,154.4
Belitung 1,200,000.0
Kepulauan Riau 356.7 205.3 562.0
DKI Jakarta - - - 1,000,000.0
Jawa Barat 3,782.4 1,194.9 4,977.4

Deforestasi (Ha/Th)
1,859.6 44.5 1,904.0 800,000.0
Jawa Tengah
DI Yogyakarta 141.4 185.0 326.4
600,000.0
Jawa Timur 5,066.4 738.3 5,804.7
Banten 67.3 16.1 83.4 400,000.0
Bali 89.3 1.7 91.0
200,000.0
12,382.4 3,589.4 15,971.9
Nusa Tenggara Barat
0.0
1,279.2 2,233.6 3,512.8
Nusa Tenggara Timur Tahun
Kalimantan Barat 15,109.1 8,985.9 24,095.0
Kalimantan Tengah 17,974.3 8,265.8 26,240.2
Keterangan:
6,309.9 1,789.4 8,099.3
Kalimantan Selatan KH : Kawasan Hutan
Kalimantan Timur dan APL : Areal Penggunaan Lain
Kalimantan Utara
43,031.6 26,552.9 69,584.6
Sulawesi Utara 213.0 47.8 260.8
Peta Deforestasi Indonesia 2019 (Titik Merah)
5 Provinsi Deforestasi Terparah 2019

Provinsi Riau Provinsi Sumatra Selatan Provinsi Kalimantan Timur

Provinsi Jambi Provinsi Kalimantan Tengah


Bagaimana dengan Sumatera Barat?

Peringkat 12
Deforestasi tahun 2019
9.324,8 Hektar
Konflik Satwa
dengan
Manusia

Pelestarian
Keanekaragaman
Hayati
Rusak Ekosistem

Hilangnya
Menurunnya
Keanekaragaman hayati
Kualitas Oksigen

Terganggunya Terjadinya Bencana


Siklus Air (Banjir, longsor,dll)
APA YANG HARUS
DILAKUKAN?
1. Reforestasi 2. Konservasi
STRATEGI KONSERVASI
Konservasi ex situ

Konservasi ex situ adalah pelestarian


keanekaragaman hayati di luar habitat aslinya.
Konservasi ex situ

1. Penyimpanan benih
2. Penyimpanan in vitro/Kultur Invitro
3. Penyimpanan DNA/Gen
4. Penyimpanan serbuk sari
5. Kebun Raya
6. Kebun Koleksi
Konservasi ex situ

Keragaman genetik dipelihara jauh dari habitat/lokasi aslinya.

Teknik-teknik ini umumnya sesuai untuk konservasi tanaman,


Kerabat Jauh dan spesies liar.

(Maxted et al., 1997)


1. Konservasi Penyimpanan Benih

Pengumpulan sampel benih di satu lokasi dan ditransfer ke bank


gen untuk disimpan.

Sampel biasanya dikeringkan sampai kadar air rendah yang


sesuai dan kemudian disimpan pada suhu di bawah nol.
Keuntungan:
1. Efisien dan Reproducible
2. Penyimpanan aman untuk jangka menengah dan panjang
3. Keragaman setiap spesies target dapat dipelihara
4. Kemudahan Akses untuk karakterisasi, evaluasi dan pemanfaatan.
5. Minim perawatan setelah benih disimpan.

Kekurangan:
1. Sulit untuk dilakukan pada benih Rekalsitran
2. Menghambat perkembangan evolusi tanaman akibat dipindah dari
habitat Alami
Penyimpanan Invitro

Dilakukan penyimpanan berupa Sel hingga Planlet pada kondisi terkontrol pada
media pertumbuhan

Citrus sp
1. Disimpan pada kondisi tidak beku.

2. Air didalam jaringan masih berbentuk


cairan, namun semua proses
metabolisme diperlambat.

3. Proses pertumbuhan dihambat


dengan cara membatasi beberapa
faktor : temperature (5-10°C),
nutrient medium (1/10 strength MS
plus sucrose 1 %), hormone (ABA 5-
10 mg/l), osmotic inhibitor (3-6 %
manitol)
Konservasi bunga bangkai
In vitro storage
Advantages:

1. Bisa untuk Spesies Rekalsitran


2. Kondisi Steril dari Mikroorganisme
3. Kemudahan akses untuk evaluasi dan pemanfaatan

Disadvantages:

1. Variasi Somaklonal mungkin terjadi


2. Butuh prosedur spesifik kultur dari Induksi-Regenerasi untuk setiap
tanaman
3. Butuh biaya dan teknologi
Kebun Koleksi
Pengumpulan benih atau bahan perbanyakan dari satu lokasi
dan ditanam di lapangan/kebun koleksi. Sejumlah besar aksesi
dari beberapa spesies dapat dilestarikan
Kebun koleksi
Advantages:

1. Bisa untuk Spesies Rekalsitran


2. Kemudahan akses untuk karakterisasi, evaluasi dan pemanfaatan

Disadvantages:
1. Rentan serangan OPT, Kerusakan dan Mati
2. Perlu area yang luas
3. Jumlah keragaman genetik yang dapat ditanam mungkin terbatas
4. Biaya perawatan besar
KEBUN RAYA/ARBORETUM

Mirip dengan kebun koleksi namun menggunakan areal yang lebih luas

Istilah Arboretum biasanya untuk spesies pohon


Advantages:

1. Fleksibel untuk konservasi tanaman liar dan tanaman “belum


bernilai ekonomi”

2. Menjadi objek wisata edukasi bagi pelajar/masyarakat

Disadvantages:

1. Rentan serangan OPT, Kerusakan dan Mati


2. Perlu area yang luas
3. Biaya perawatan besar
Penyimpanan Polen
Penyimpanan serbuk sari pada kondisi suhu rendah

Advantages:
1. Biaya murah
2. Mudah dilakukan
3. Jumlah polen yang disimpan banyak
Disadvantages:
4. Perlu mengembangkan protokol regenerasi individu untuk
menghasilkan tanaman haploid; penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk menghasilkan tanaman diploid
5. Hanya genetik tetua jantan yang dapat disimpan
Complementary conservation

Hypothetical representation of the proportions of the gene pool


conserved using seven different conservation techniques for
different crops.

Orthodox seeds Root or tuber crop Forest species


G G A G
F A
E
F
D
E
C
A D F B
B
B C C
ED

A: seed storage B: field gene bank C: in vitro storage


D: pollen storage E: DNA storage F: genetic reserve
G: on farm reserve
Ada beberapa bank Plasma Nutfah yang
perlu diketahui,
yaitu :

IRRI : International Rice Institute berlokasi di Los Banos,


Philipina dengan koleksi tanaman padi
AVRDC : Asian Vegetable Research Development Center.
Lokasi : Taiwan. Koleksi : kacang hijau, kedele,
kacang tanah, kara      
ICRISAT : International Crop Research Institute for Semi
Arid Tropic. Lokasi : Haiderabad, India. Koleksi :
Kacang – kacang
ITTA : International Institute of Tropical Agriculture.
Lokasi : Ibadan, Nigeria
CYMMIT : International Maize and Wheat
Improvement Center. Lokasi : Meksiko.
Koleksi : jagung, sorghum, wheat

USDA : Departemen Pertanian USA. Koleksi : barley


dan wheat

CIP : International Potato Center. Lokasi : Lima, Peru.


Koleksi : tanaman kentang

CIAT : Centro International de Agriculture Tropical.


Lokasi : Kolombia. Koleksi : tanaman
hortikultura.
Jumlah persebaran komoditi di Indonesia, dan
badan yang menanganinya dapat dijelaskan pada
table, sebagai berikut:

Jumlah Koleksi
Komoditi IARC Jumlah Koleksi
Indonesia
Padi IRRI, 90.000 3.500
Jagung CIMMYT, 11.000 850
Kedelai USDA1) 9.178 900
Kacang tanah ICRISAT, 11.448 1.194
Kacang hijau AVRDC 7.965 1.025
Kacang tunggak IITA, 15.200 100
Kacang gude ICRISAT, 10.104 20
Ubi kayu CIAT, 3.700 550
Ubi jalar CIP, 4.454 820
Sorghum ICRISAT, 24.600 70
Mangga NBPGR2) 998 200

Anda mungkin juga menyukai