Anda di halaman 1dari 11

ADAT KENDURI PUSAKA(SKO)

DI KERINCI
PUSAKO(SKO)

Pusako dalam bahasa indonesia sama dengan ‘pusaka’yaitu,apa-apa yang diterima dari nenek
moyang,berupa harta benda dan lain-lain.Sedangkan sko berkaitan dengan pihak ibu baik
berupa gelar kaum/suku/kelebu maupun berupa harta pusaka tinggi.Menurut adat Kerinci
pusaka terbagi menjadi empat bagian,yaitu:

1. Pusaka yang datangnya dari bapak dinamai”harta”.

2. Pusaka yang datangnya dari ibu dinamai”sko”.

Sko asal dari ibu terdiri dari dua macam:

a. Sko tanah boleh di-ico (diolah,digarap,dimanfaat).

b. Sko gelar boleh dipakai;yang mana sko gelar itu dihibahkan oleh ibu kepada
mamak(saudara laki-laki ibu),sebagai penerima mandat.

3. Pusaka yang datangnya dari guru dinamai”ilmu”.

4. Pusaka yang datangnya dari orang banyak dinamai”gawe kerapat”atau”gotong royong”.

kenduri sko adalah suatu acara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat kerinci dalam
melestarikan budaya yang sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka. kenduri pusaka dan
kenduri sko adalah suatu rangkaian acara adat yang saling berhubungan satu sama lain .Sebab
disaat kenduri pusaka dilaksanakan maka kenduri sko pun harus dilaksanakan.Kenduri
pusaka dan kenduri sko dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali .Kenduri sko secara adat
kerinci adalah suatu acara pengukuhan gelar suku atau kepala adat. Sedangkan kenduri
pusaka adalah dimana semua pusaka yang ada dari nenek moyang mereka dikeluarkan dari
tempat penyimpanannya untuk disucikan atau dibersihkan oleh para suku atau kepala adat
yang telah dikukuhkan disaat kenduri sko dan disaksikan oleh seluruh masyarakat kerinci.
Mengenai warisan”sko”atau gelar pusaka kelebu (suku) yang turun temurun ,di sandang oleh
mamak kelebu.Gelar sko mamak kelebu merupakan titel jabatan selaku raja adat ,tetua adat
atau kepala suku.Gelar tetua adat tersebut akan di pakai seumur hidup ,tidak di gilirdi ganti
antara saudara –saudara senenek.Sedang kerinci bagian hilir gelar adat di gilir di ganti pada
setiap upacara kenduri sko.

SISTEM KEDEPATIAN

Dalam kehidupan masyarakat Kerinci dikenal sistem sko tiga takah(tingkatan).Pengertian sko
berasal dari kata ‘saka”berarti ,keluarga atau nenek moyang dari pihak ibu.Sko tiga takah
merupakan bentuk struktur pelapisan sosial yang terdapat pada masyarakat Kerinci.Sistem
sko tiga takah itu dalah Depati atau setingkat Depati,Permenti atau Ninik Mamak,dan
Tengganai atau anak jantan. Untuk jadi Depati atau Ninik Mamak dipilh oleh masyarakat
anak janan yang memenuhi persyaratan,karena prinsip adat Kerinci gelar sko yang melekat
pada diri seseorang memiliki sifat kawi(kuat).Depati dan Ninik Mamak adalah simbol
tertinggi pada struktur lapisan sosial masyarakat Kerinci,kedudukan dan fungsi yang melekat
berupa gelar sko menjadikan ia bangsawan jabatan pada sistem”sko tiga takah”.Sko adalah
gelar pusaka turun temurun yang disandang oleh raja adat(kepala suku).

Pemangku adat dalam menjalankan tugas memberi keizinan ajun-arah bagi kegiatan anak-
kemenakannya,ada tiga perkara yang tidak boleh dianju-diarah oleh Depati Ninik
Mamak,yaitu:

1) Jeluang di tengah negeri:ialah ajun-arah yang telah diberikan kepada seseorang,tidak boleh
diberikan kepada orang lain.Tetapi ada batas waktunya sesuai dengan aturan adat
setempat,kemudian arah digulung dan dikembali kepada hak negeri/dusun wewenang Depati
Ninik Mamak.

2) Kayu ara empang berakar,ialah jika rumah atau lumbung padi/rangkiang yang telah
rusak,tetapi masih terdapat tanda berdirinya walaupun sebatang tonggak.

3) Galung terlentang,cocok tanam yang letaknya diluar parit bersudut empat/negeri,yang


sudah dimiliki atau dipelihara seseorang maupun kaum ,misalnya pendam pekuburan dan
belukar yang sudah tidak digarap lagi.

PELAKSANAAN

Perlengkapan kenduri sko


1. Tenda atau Taruk berukuran besar diatas Tanah Mendapo (tempat berlangsungnya Upacara
adat Kenduri Sko).
2. Umbul-umbul atau Bendera berwarna-warni disekitar tempat upacara.
3. Bendera merah putih berbentuk segitiga siku-siku berukuran besar (dalam bahasa Kerinci
bendera ini disebut dengan Karamtang). Karamtang ini dipasang ditempat terbuka pada
ketinggian mencapai 30 meter. Pada bagian puncaknya digantunngkan Tanduk kerbau.
Bendera ini merupakan sebuah isyarat tentang adanya Kenduri Sko dan sekaligus menjadi
undangan bagi masyarakat banyak untuk datang menghadiri upara yang sakral itu.
4. Pakaian adat, keris, dan tongkat yang dipakai oleh para Pemangku adat.
5. Pakaian adat para Dayang (dalam bahasa Kerinci disebut dengan Lita dan Kulok).
6. Pedang Hulubalang untuk keperluan Pencak Silat
7. Sesajian berupa beras kuning, kemenyan, dan adonan sirih nan sekapur – rokok nan
sebatang.
8. Gong, gendang dan rebana untuk keperluan kesenian daerah yang akan ditampilkan dalam
rangkaina prosesi upacara.( DEDI AIDIL FATRA KARDINOS,21 tahun/ eritausang-
aey.blogspot.com/)

Pakaian pemangku adat:


Pakaian yang di pakai oleh para Depati dan Ninik Mamak mempunyai arti dan makna
tertentu menurut adat kerinci.Cara memakainya juga berbeda antara Depati dan Ninik Mamak
,yang terletak pada ikatan kepala dan selempang sarungnya.Jika Depati pakai seluk dan Ninik
Mamak pakai Lita,begitu pula kain sarungnya jika Depati sarung lurus dan Ninik Mamak
sarung miring.Umumnya pakaian Depati dan Ninik Mamak berwarna hitam dengan hiasan
sulaman benang warna kuning pada dada yang bermakna :
a. Hitam melambangkan rakyat banyak yang berarti kekuatan,jadi Depati dan Ninik Mamak
memiliki kekuatan karena rakyatnya.

b. Kuning melambangkan kekuasaan yang berarti berundang berlembago,jadi Depati dan


Ninik Mamak melaksanakan kekuasaan berdasar undang dan lembago.

Busana pemangku adat ini juga digunakan oleh para pemangku adat untuk menghadiri
perhelatan pengantin.

Rangkaian acara
Pukul 08.00 pagi pada hari yang telah ditetapkan, semua masyarakat berdatangan ke Tanah
Mendapo. Dengan antusias mereka ingin menyaksikan rangkaian upacara Kenduri Sko.
Adapun rangkaian acaranya adalah sebagai berikut :
Pertunjukan Kesenian Daerah

1) Pencak Silat
Pencak Silat adalah seni bela diri dengan menggunakan dua mata pedang. Pencak silat ini
dimainkan oleh sepasang anak jantan yang masing-masing memegang satu pedang. Mereka
mempertontonkan keahlian bermain senjata tajam.

2) Tari Persembahan
Tari persembahan adalah tari untuk menyerahkan sekapur sirih kepada para petinggi-petinggi
daerah yang hadir, Depati nan Bertujuh, Permanti nan Sepuluh, Mangku nan Baduo serta
Ngabi Teh SantioBawo. Juga menyerahkan sekapur sirih kepada calon Depati, Ngabi,
Permanti dan Mangku yang akan dinobatkan menjadi pemangku adat yang baru.

3) Tarian asyeak yaituTarian upacara yang pada klimaksnya dapat membuat penari kesurupan
(trance)sehingga tubuh para penari tersebut tidak mempan oleh senjata tajam atau api,meniti
mata keris atau pedang tanpa luka .biasanya tarian jenis ini terasa dominan mempengaruhi
unsur-unsur magis,sehingga tidak bisa dipertunjukkan disembarang waktu.

3. Tari Massal
Tarian ini ditata sedemikian rupa khusus dipagelarkan untuk acara-acara helatan besar seperti
Festival danau Kerinci dan juga Kenduri Sko. Tarian ini ditata dengan konfigurasi
menggambarkan keadaan geografis Kerinci yang berbentuk kawah (landai). Gerakan yang
ditarikan merupakan gerak-gerak tari tradisional Kerinci seperti tari Rangguk dan tari Iyo-yo.

4) Tari Rangguk
Tari Rangguk ini merupakan tarian spesifik Kerinci yang populer. Tarian ini ditarikan oleh
beberapa gadis remaja sambil memukul rebana kecil. Tarian ini diiringi dengan nyanyian
sambil mengangguk-anggukkan kepala seakan memberikan hormat. Tari Rangguk dilakukan
pada acara-acara tertentu seperti menerima kedatangan Depati (tokoh adat Kerinci), tamu dan
para pembesar dari luar daerah.

5) Penurunan Pusaka

Menurunkan pusaka dari Rumah Gadang (dalam bahasa Kerinci Rumah Gedang disebut
Umoh Deh)dibawa ke Tanah Mendapo tempat upacara dilaksanakan. Oleh para sesepuh adat,
pusaka itu lalu dibuka satu persatu, dibersihkan dan dipertontonkan kepada masyarakat
sambil menceritakan asal usul atau sejarah pusaka tersebut.
6. Penobatan para pemangku adat

1. Depati

Semua calon Depati dan Ngabi memakai pakaian adat berwarna hitam dan berbenang emas.
Dipinggang sebelah kanan diselipkan sebilah keris. Untuk calon Permanti dan Mangku juga
memakai pakaian adat dan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu pacat.
Calon Depati baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas
pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.

2. Ninik Mamak

Calon Permanti baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas
pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.

3. Tengganai

.( DEDI AIDIL FATRA KARDINOS,21 tahun/c eritausang-aey.blogspot.com/)

Tradisi masyarakat kerinci dalam mengadakan kenduri sko,salah satunya terdapat pidato adat
yang disebut deto talitai .Deto talitai ialah rangkaian pidato adat yang disampaikan dalam
bahasa berirama ,dilakukan sewaktu upacara kenduri sko(adat)dan pengukuhan gelar
kebasaran tertua adat atau kepala suku Depati ataupun Ninik Mamak.Pidato adat ini
berbentuk prosa berirama dan didalamnya terdapat pepatah petitih .Setelah penyampaian
pidato deto talitai oleh orang yang ditugaskan biasanya seseorang yang berjabatan
Pemangku,Ninik Mamak ,Depati atau setingkat depati. Diikuti dengan maklumat sumpah
karangsetio yang berisi peringatan keras pada orang yang menyandang gelar sko yang
dikukuhkan pada hari ia dinobatkan menjadi ketua adat (depati).sumpah karang setio tersebut
secara umum terdapat pada masing-masing lurah atau wilayah persekutuan adat kerinci.

Dibawah ini di kutip salah satu bunyi pepatah petitih penobatan dalam wilayah persekutuan
adat Depati nan Berujuh Tanah Mendapo :

“Rapek-rapeklah anok janteang anok batino dalon dusun ineih dengea pasak-pasak.Adepun
kamai ineih melakaukan buot dingon karang setio,di ateh baserau ngan baimbea anok
janteang anok batino ,kepado umoh kapado tango ,kapado laheik kapado
jajo,manganengohkan tando kbea sikou breh sratauh ,ndok jadi Depatai dan Permentai.Lah
Bapapah babimboing kapado Depati nan Batujeuh,Pamangkau nan Baduea sarto Permentai
nan Spulauh.Sudeah niang dipabuot,jadinyo Depati Nan Batujeuh ,batinonyo Pamangkau
Nan Baduea,lahirnyo kamai Ngabi Teh Santio Baweo batinnyo Depati Nan Batujeuh ,sudeah
diparbuot di ateh umoh patelai,sandinyo padek tanoh krajaan ,lubeuk mmeh pendannyo
mmeh,sungei bremeh tanjoun bajure,di ateh tanoh ngan sabingkeh,dibawah pawon ngan
sakakai ,bahimpoung piagea ngan tujeuh pucauk pado keri Pendok Anggo Lumpaing.Masauk
pado karang stio ngan samangkauk.Sapo ngising kno miang ,sapo nguyang kno rbeah,sapo
mancak mulih utang,sapo nindeih mulih garoih.Ideak bulieh nuhok kawang saireing,ideak
bulieh nguntein kae dalon lipatan.Ideak bulieh bakuroak bakandon daleang,ideak bulieh
pepak di luo unceing di dalon.Kalou diparbuot ,padoi ditanang lalang tumbouh,kunyaet
ditanang puteih isi,anak dipangkau jadi bateu.Ngadeak ka ilei dikutuk Tuhang,ngadeak ka
mudeik dikutuk Tuhang,dikutuk qur’an 30 jeuh dimakon biso kawai .Ka dateh ideak
bapucauk ,ka bawoh ideak baurak ,di tengoah di jarum kumbang.Dibageh ingak pado sagalo
anok janteang anok batinoa,jiko awak ideak dilabeuhkan glea,dijadikan rekak dengon
rekik,dijadikan rujuk dingon undou.Manggulung si lengan bajeu ,nyingkak kaki sirwang
,nambak bateu di balei,manikang kapalo karto ,ngato awak di luo adeak di luo
pusko,ngandang saumo ideuk.”itoh salah!”

Didendo dingan breh saratauh kbou sikau.Kalou traso awak dilabeuhkan glo,dijadikan gleak
dingan ilei,dijadikan tpauk dingan tarai,traso gedeang ndok malando,traso panjang ndok
malilaik.

Mangupak mangupur balea,bagaligo buleak sakendok atai.Basutang di matao brajea di


atai,babeneak ka mpou kakai.”itoh salah!”Lahe mulih utang batin dimakon karang stio nan
samangkauk.Kinai lah diangauh breh sratauh kbea sikau,suko jadoi suko manjadoi,glo jateuh
pusko tibeo…….”

Terjemahan dalam bahasa Indonesia :

“Rapat-rapatlah anak jantan anak perempuan dalam dusun ini,dengar jelas-jelas.Adapun kami
ini melakukan buat dengan karang setia,diatas berseru dan berimbau anak jantan anak
perempuan ,kepada rumah kepada tanga ,kepada larik,kepada jajar mengenengahkan tanda
kerbau seekor beras seratus hendak jadi Depati dan Permenti.Sudah berpapah berbimbing
kepada Depati Nan Bertujuh,betinanya Pemangku Nan Berdua,lahirnya kami Ngabi Teh
Santio Bawo,batinnya Depati Nan Bertujuh,sudah di perbuat di atas rumah das rumah
pateli,sendinya padat tanah kerajaan,lubuk emas pandannya emas,sungai beremas tanjung
berjurai,di atas tanah yang sebingkah,di bawah payung yang sekaki,berhimpun piagam yang
tujuh pucuk kepada keris Penduk Anggo Lumping.

Masuk pada karang setia yang semangkuk .Siapa mengeseh kena miang,siapa menggoyang
kena rebah,siapa berbuat salah,beroleh hutang,siapa menindih beroleh garis.Tidak boleh
menohok kawan seiring,tidak boleh menggunting dalam lipatan.Tidak boleh berkurung
berkandang dalam,tidak boleh pepat di luar runcing di dalam.Kalau di perbuat ,padi di tanam
ilalang tumbuh ,kunyit di tanam putih isi ,anak dipangku jadi batu.

Menghadap ke hilir dikutuk Tuhan,menghadap ke mudik dikutuk Tuhan,di tengah di makan


bisa kawi,di kutuk Qur’an 30 juz,ke atas tidak berpucuk,ke bawah tidak berurat,di tengah di
jarum kumbang.

Di beri ingat kepada semua anak jantan anak betina,jika kita tidak di berikan gelar,di jadikan
rekak dengan rekik,di jadikan rujuk denagn mundur.Menggulung si lengan baju,menyingkat
kaki celana ,melemparkan batu di balai,menikam kepala kerta mengatakan kita di luar adat,di
luar pusaka ,mengandang seumur hidup.”itu salah!”Di denda beras seratus kerbau seekor.

Kalau terasa kita berikan gelar,di jadikan gelak dengan ilir,di jadikan tepuk dengan tari,terasa
besar hendak melanda,terasa panjang hendak melilit.Mengupak mengupur balai,berbuat
sekehendak hati.Bersutan di mata ,beraja di hati,berbenak ke empu kaki.”Itu salah!”Lahir
dapat hutang ,batin di makan karang setia nan semangkuk.Sekarang sudah di hangus beras
seratus kerbau seekor,suka jadi suka menjadi,gelar jatuh pusaka kita……”

Setelah semua acara acara selesai semua pusaka yang telah dibersihkan diletakkan kembali di
tempat adat yang telah disediakan yang bernama rumah gadang kerinci.
Sike Rebana

Sike Berasal dari kata Zikir. Zikir mengingatkan kita kepada Allah SWT. Sedangkan Rebana
adalah alat musik yang digunakan untuk mengiringi syair-syair pujian kepada Allah, sehingga
masyarakat Sungai Penuh menyebutnya Sike Rebana. Sike Rebana ini ditampilkan secara
massal (grup) dengan mengenakan pakaian muslim.
KESENIAN KHAS KERINCI
1.      Tari Rangguk
Tari Rangguk ini merupakan tarian spesifik Kerinci yang Populer. Tari ini umumnya
ditarikan oleh beberapa orang gadis remaja sambil memukul rebana kecil, tari ini diiringi
dengan nyanyian sambil mengangguk-anggukkan kepala seakan memberikan hormat.
Tari Rangguk dilakukan pada acar-acara tertentu seperti menerima kedatangan Depati
(tokoh adat Kerinci),tamu dan para pembesar dari luar daerah. Kadang-kadang Tari Rangguk
dilakukan dilapangan terbuka diikuti dengan menabuh rebana dan gong beser.
Tarian ini merupakan tarian masal yang dilakasanakan pada saat :
a.      Keduri Sko (Pusaka) pengangkatan / pemberian Gelar Adat (Rio Depati, Mangku, Datuk,
dsb) kepada anak jantan yang dipilih oleh anak batino dari suatu suku / pintu / luhah untuk
memimpin negeri.

b.      setelah panen raya padi sawah.


c.       Penyambutan tamu-tamu Agung Negeri yang datang berkunjung ke Bumi Sakti Alam
Kerinci.
2.      Tari Iyo-iyo
Tari iyo-iyo dibawakan oleh anak batino (perempuan) dengan gerakan yang sangat
gemuali diiringi dengan lagu (Tale) ditingkah suara gendang (tambur) dan bunyi gong.
Pembukaan tari iyo-iyo ini diawali dengan atraksi pencak silat yang disaksikan oleh sesepuh /
tertua adapt serta tamu undangan lainnya.Tarian ini dilaksanakan anak negeri sebagai ucapan
kegembiraan atas pengangkatan pemimpin adat mereka.
3.      Tari Tauh
Tarian ini merupakan tarian khas Daerah Lekuk 50 Tumbi Lempur Kecamatan Gunung
Raya, biasanya diselenggarakan pada saat ada perayaan-perayaankenduri Sko penyambutan
tamu.
Tarian ini dibawakan laki-laki dan perempuan (berpasang-pasangan) sering dilakukan
sambil berdiri dan diiringi dengan misik rebab.gong dan nyanyian klasik yang disebut
mantun yang mengisahkan Kehidupan masyarakat Desa, Percintaan, Adat istiadat dan lain-
lain. Para penari menggunakan busana khas Lumpur yang berwarna hitam atau coklat serta
memakai tutup hiasan perak. Tari Tauh acap dilakukan dilapangan terbuka namun ada juga
didalam ruangan hal itu sesuai dengan waktu dan acara.
4.      Pencak Silat
Pencak silat ada yang dilakukan tunggal, bepasangan atau empat lawan satu dan para
Pendekar ini menggunakan pedang dan Keris yang tajam, serta memakai kostum dan ikat
kepala berwarna hitam. Pencak Silat biasanya ditampilkan pada saat Kenduri Sko atau
Kenduri Adat menyambut tamu dan pereyaan-perayaan lainnya.
5.      Tale (Nyanyian Bersama)
Tale sebutan lagu khas Kerinci sering disenandungkan pada saat acara tradisi menggali
Bandar air (memperbaiki system irigasi desa) secara bergotong royong dihadiri oleh seluruh
anak negeri dan Pejabat Pemerintah.
Tale merupakan kegiatan budaya masyarakat dengan mengaerjakan sawah serta ladang secara
bergotong-royong diiringi oleh nyanyian secara bersama yang dimaksudkan untuk menambah
gairah dan semangat bagi yang bekerja. Budaya Tale ini tidak pernah pudar dari Bumi Sakti
Alam Kerinci, hal ini bias kita saksikan atau sekalian ikut ber-Tale bersama.
Sealin itu ada lagi Tale pelepasan jemaah haji, yang dilaksanakan pada saat pelepasan
sanak keluarga akan berangkat ke Mekah menunaikan Rukun Islam yang ke Lima .
BENDA BERSEJARAH
1.      Masjid Agung Pondok Tinggi
Mesjid Agung Pondok Tinggi terletak kira-kira 500 m dari jantung Kota Sungai Penuh.
Mesjid ini bertama kali dibangun tahun 1874 oleh penduduk Pondok Tinggi dengan cara
gotong royong.
Pada masa itu bangunannya berdinding bambu dan beratap ijuk.  Pada tahun 1890 oleh
masyarakat setempat dilakukan renovasi dengan mengganti dindingnya dengan kayu berukir.
Keunikan mesjid adalah dibangun tanpa menggunakan paku besi tetapi dengan cara
memadukan antara kayu yang satu dengan yang lainnya dan memakai pasak yang dari kayu
hingga dapat berdiri dengan megah. Ornamen yang digunakan di dalam maupun di luar
bangunan merupakan kombinasi antara seni ukir Persia, Roma, mesir dan Indonesia. Mesjid
ini dapat menampung lebih kurang 2000 jemaah.
2.      Tabuh Larangan
Mesjid Agung Pondok Tinggi mempunyai dua beduk besar. Yang besar disebut “Tabuh
Larangan”. Beduk ini dibunyikan, apabila ada kejadian seperti kebakaran, banjir, dan lain-
lain. Beduk besar ini berukuran : panjang 7,5 m, garis tengah bagian yang dipukul 1,15 m,
dan bagian belakang 1, 10 m. Beduk yang kecil berada di luar mesjid dengan ukuran :
panjang 4, 25 m, garis tengah yang dipukul (bagian depan 75 cm dan bagian belakang 69
cm). Beduk ini dibuat dari kayu yang sangat besar, ditarik beramai-ramai dari rimba, dan
dilubangi berghotong-royong.
3.      Mesjid Raya Rawang
Rawang pada mulanya merupakan tempat berkumpulnya Alim Ulama yang ada di
sekitar daerah tersebut, untuk mempelajari dan merumuskan masalah agama (Agama Islam).
Tempat yang digunakan untuk menuntut ilmu agama khususnya, yaitu Mesjid Rawang atas
kesepakatan Unsur Empat Jenis. Tepat pada tanggal 22 Februari 1938, Mesjid Kuno Rawang
pada akhirnya diganti dengan mesjid yang kuat dan megah, yang dikerjakan oleh arsitek dari
luar daerah bernama Angku Lunak. Mesjid ini memiliki konstruksi dengan gaya paduan
Eropa dan Persia, bagian dalam dengan 8 tiang utama sebagai lambang depati IV delapan
Helai kain Alam Kerinci.
4.      Batu Sorban yang ada di Kecamatan Pesisir Bukit
Batu Sorban berbentuk persegi dengan panjang 5 meter berbentuk sangat menarik dan
unik. Batu megalitik ini terletak di Desa Sungai Liuk dengan jarak 4 Km dari pusat Kota
Sungai Penuh. Pada abad ke-4 suku Kerinci masih menganut kepercayaan (animisme).
Pada saat-saat tertentu masyarakat mengadakan ritual atau pertapaan. Konon, ditempat
inilah mereka melaksanakan ritual seperti meletakkan syarat-syarat atau sesaji untuk
menghormati arwah leluhur.
5.      Batu Gong
Batu Gong Nenek Betung terletak di Desa Koto Beringin Kecamatan Kumun Debai
dengan jarak 4 Km dari pusat Kota Sungai Penuh. Batu Gong ini adalah peninggalan sejarah
di zaman Budha, diperkirakan pada abad ke-3 atau ke-4 Masehi.
Pada dinding batu ini terdapat motif yang bergambar / berbentuk gong, gambar
binatang, jari tangan dan gambar manusia, hal ini memberi makna bahwa di tempat ini telah
ada manusia dalam kegiatan ritual dari pemeluk kepercayaan, animisme. Benda ini sangat
baik untuk diteliti lebih lanjut. Batu Gong ini mirip dengan batu yang dijumpai di daerah hilir
Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci dengan rupa dan bentuk maupun letak posisidi
tanah serta ukuran panjang yang diperkirakan sama.
6.      Kuburan Nenek Siak Lengih
Makam Nenek Siak Lengih terletak di Desa Pelayang Raya dengan jarak ± 600 meter
dari pusat kota. Objek ini memiliki luas ± 300 meter. Tambo Kerinci kuno menguraikan
sekelumit sejarah Nenek Siak Lengih.
Beliau bisa dikatakan sesosok wali, yang mempunyai (gelar) yang cukup banyak yaitu :
Syekh Samilullah, Makhmudin Sati, Tuanku Siak Belindung, Malin sabiyatullah, beliau
maupun keturunannya banyak menyebarkan agama islam ke seluruh Pulau Sumatera.  Akan
tetapi tempat ini sekarang dianggap keramat oleh sebagian orang. Tidak sedikit orang yang
datang ke tempat ini untuk berbagai maksud dengan membawa sesajian, seperti ; ada
segelintir orang yang berharap mendapat ilham dan rezeki dari arwah para leluhur (nenek).
7.      Rumah Larik
Rumah Larik (Laheik) / rumah panjang yang merupakan tempat tinggal orang Kerinci
pada zaman dahulu. Salah satunya yang masih ada sampai sekarang yaitu Rumah larik Iun
Rio Jayo, yang terletak di Kecamatan Sungai Penuh, berjarak ± 600 meter dari pusat kota.
Dinding depan dan tiang rumah berukiran berelief flora berbentuk Selampit Simpai
Pilin Berganda. Ukiran tersebut menggambarkan ke arah abstrak, tidak ada awal maupun
ujungnya, bermakna mengarah pada sifat Tuhan Yang Maha Esa, artinya Tuhan itu tidak ada
awal maupun akhirnya yaitu Esa (satu). Makna berikutnya Selampit Simpai menggambarkan
bahwa suatu ikatan persaudaraan yang sangat erat di antara keluarga, karib kerabat, kalbu,
pintu, dan tumbi yang tak pernah putus.  Rumah larik yang posisinya memanjang lurus
menghadap ke timur dan barat sepanjang 100 meter atau lebih dan tiap-tiap sambungan tiang
tidak memakai palu hanya pasak yang terbuat dari bambu betung yang sangat tua. Menurut
pendapat orang-orang tua dahulu, posisi bangunan memanjang antara timur dan barat agar
terhindar dari bencana gempa dengan getaran bergelombang pada posisi peremukaan tanah
antara timur dan barat sehingga tidak menimbulkan korban jiwa maupun robohnya bangunan.
Ornamen Rumah Larik ini sangat baik untuk diteliti.

Anda mungkin juga menyukai