Anda di halaman 1dari 8

MATERI WAWANCARA.

PESTA ADAT MERBAYO & MATE NCAYUR TUA


~ MATE NCAYUR TUA
Dalam masyarakat Pakpak dikenal berbagai macam upacara kematian, diantaranya adalah
upacara Mate Ncayur Ntua. Upacara kematian tersebut dilakukan saat seseorang
meninggal dunia dalam usia tua. upacara kematian Ncayur Ntua memiliki beberapa
syarat yaitu : hanya dapat dilaksanakan bila mana seseorang meninggal dunia pada
usia tua atau (bahasa gen Z )Orang Yang sudah Sepuh, telah Menikah dan semua anak
keturunannya sudah berumah tangga serta Memiliki Cucu.

Mate Ncayur Tua ini ada tiga jenis tingkatan upacara kematian Ncayur Ntua yang didasarkan
pada besar kecilnya pelaksanaan upacara yaitu

1. Males bulung simbernaek, yaitu merupakan jenis upacara yang paling tinggi
tingkatannya karena wajib memotong Kerbau atau Lembu. Besar kecilnya upacara ini diukur
dari jenis ternak yang dipotong dan jumlah ternak kerbau yang dipotong. Waktu dulu jumlah
hewan kadang mencapai 15 ekor. Tingkatan ini hanya dapat dilakukan orang-orang tertentu
seperti keturunan raja atau keluarga kaya.

2. Males bulung buluh, merupakan jenis upacara yang dikategorikan menengah. Pada
tingkatan ini biasanya hewan yang dipotong sebagai lauk binatang kaki empat yang lebih
kecil yaitu kambing atau babi.

3. Males bulung sampula, merupakan upacara yang paling kecil dalam duka cita. Ternak
yang dipotong cukup ayam dan dimainkan musik genderang.

Ketika Seseorang meninggal Didalam adat Pakpak maka puang benna dan puang
pengamaki yang meninggal, akan mengadakan Tenggo Raja ( musyawarah).

Setelah selesai musyawarah, kemudian kelompok puang berangkat menuju tempat


pembaringan Almarhum dengan membawa satu ekor ayam, tikar spesifik, sumpit berisi beras
dan sumpit pandan. Beras dan ayam tersebut dinamakan sebagai nakan persirangan (makanan
perpisahan). Sedangkan tikar dianggap sebagai tempat tidur perpisahan terakhir. Semua
diletakkan di bagian kepala Almarhum. Setelah puang memberikan kewajibannya, kemudian
hadir pula kelompok berru dengan membawa oles (ulos) dan ditutupkan ke tubuh Almarhum.
Oles ini disebut oles penaput, dengan makna agar roh selalu memberkati para keturunan yang
ditinggalkan. Selain berru hadir pula sinina. Pelaksanaan upacara selanjutnya pada malam
hari adalah dengan menari mengelilingi Almarhum. Sebelum acara menari, pihak sukut
menyampaikan sepatah kata kepada puang, berru dan semua yang hadir. Adapun inti dari
kata-kata tersebut adalah bahwa walaupun dilakukan acara menari dan pukul genderang,
bukan karena keturunan Almarhum kelebihan materi, akan tetapi adalah pengganti tangis.
Adapun acara menari berturut-turut mulai dari sukut, puang, sibeltek, dengan kuta, supan-
supan (kawan Almarhum semasa hidupnya), perkebas,cucu/cicit Almarhum dan terakhir
kelompok muda-mudi. Mereka menari sambil meratapi si Almarhum dengan posisi tangan
yang berbeda-beda. Kalau sukut dan berru posisi telapak tangan mengahdap keatas,
maknanya adalah minta berkat dari para puang. Sedangkan posisi telapak tangan puang
telungkup yang maknanya pemberkatan.

Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama pada jam 24 tengah malam yang disebut
dengan nakan pedungo-ndungoi. Tujuannya adalah agar mereka jangan sampai tertidur,
makan bersama ini dilakukan setiap malam sebelum penguburan. Pada hari penguburan
sebagai puncak upacara kira-kira jam 7 pagi di depan rumah sukut telah ditancapkan jeretan
yaitu sebuah tiang kayu dengan panjang sekitar 2 meter dan diameter 5-7cm, kayu yang
digunakan adalah kayu simbernaek yaitu bermakna naik dan meningkat. Pada ujungnya
diikatkan pula beberapa ranting daun jabi-jabi (daun pohon beringin) yang bermakna menjadi
atau berhasil, daun sanggar (pipin) yang bermakna sebagai penangkal hal-hal yang tidak baik,
daun sipilpilen (daun paku) melambangkan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi
segala tantangan, semuanya diikat dengan kulit bambu yang melambangkan ikatan
persaudaraan agar tetap terjaga dengan baik. Hal lain yang dipersiapkan adalah era-era yaitu
kumpulan dari daun silinhujang, daun jabi-jabi yang diikat pada ujung kayu dengan
menggunakan tali ijuk. Era-era ini nantinya pada waktu menari akan dibawa oleh puang
sambil memutar-mutar, mengelilingi Kerbau. Selain era-era tersedia juga tombak yang
digunakan oleh puang untuk menombak Kerbau. Setelah kerabat hadir, maka kira-kira pukul
delapan pagi Kerbau pun digiring ke tengah halaman dan diikat pada jeretan. Kemudian pada
waktu musik (genderrang) dibunyikan, semua hadirin menari bersama sambil mengelilingi
kerbau sebanyak tujuh kali. Kerbau yang telah diberi tanda dengan kapur (ipalit) di dekat
rusuk sebelah kanan kemudian ditombak dengan menggunakan tombak (kujur). Pada saat itu
pula padi yang telah disediakan sukut ditumpahkan keatas punggung kerbau (page tumpar).
Setelah putaran ketujuh semua peserta upacara bersorak. Pada saat itulah berru mbelen
menyiramkan beras ke atas sambil mengucapkan kata-kata ?Pihir mo tendinta karina mi juma
mi rumah? (Keraslah jiwa kita keladang dan kerumah) acara ini disebut menataki kerbo
(Menari sambil mengelilingi kerbau). Setelah selesai acara menari, kemudian Kerbau digiring
untuk dipotong, dijadikan sebagai sulang dan lauk dalam upacara tersebut.

Pada saat berangkat ke pemakaman, alat musik tradisi yang tadinya dibunyikan (genderang)
disimpan dengan baik dan diletakkan dengan posisi terbalik. Menurut keyakinan masyarakat
Pakpak hal ini dilakukan agar anak-anak jangan sampai membunyikannya, sebab bila
dibunyikan belum sampai tiga hari tiga malam setelah penguburan, maka dapat diyakini ada
lagi yang akan meninggal pada waktu dekat di kampung tersebut. Satu hal dalam adat
Pakpak, pemakaman orang usai lanjut harus dilakukan pada pagi hari yang disebut perkeke
mataniari. Waktunya sekitar jam 10.00-12.00 siang hari. Maknanya agar keturunan almarhum
memperoleh peningkatan rejeki, kesehatan dan keselamatan seperti layaknya matahari terbit.
Acara terakhir adalah penyelesaian utang-utang adat dimana semua puang yang membawa
ayam, beras dan tikar akan menerima sarung ditambah uang. Berru yang membawa kain
sarung (mandar) akan mendapat ayam, beras dan tikar.

~ ADAT MERBAYO

Menurut masyarakat pakpak istilah perkawinan biasa disebut dengan Merbekkaskom, yang
berasal dari kata Bekkas dan Kom. Bekkas artinya tempat atau keberadaan, sedangkan Kom
mempunyai arti berhenti. Maksudnya apabila seseorang masih remaja berarti belum
mempunyai tanggung jawab atau masih bebas yang menyangkut adat istiadat. Setelah
menikah hal tersebut akan berubah dan diberi peranan yang lebih kompleks dan besar dalam
keluarga maupun ditengah-tengah masyarakat. Ada 6 tahap dalam perkawinan adat Pakpak,
yaitu

1. Mengririt (meminang) berasal dari kata ririt, artinya seorang pemuda dan kerabatnya
terlebih dahulu mengenal lebih dalam seorang gadis yang akan dinikahinya. Mengindangi
berasal dari kata indang yang artinya disaksikan atau dilihat secara langsung bagaimana
watak dan kepribadian atau sifat-sifat si gadis. Proses mengririt ini dominan dilakukan oleh
orang tua atau kerabat dekatnya. Mengririt bukan hanya menjadi kewajiban pihak laki-laki
saja, namun juga merupakan kewajiban perempuan. Setelah ada kesesuaian antara pihak laki-
laki dan perempuan, maka segera dilakukan acara tukar cincin (mersiberren tanda burju).

2. Mersiberren tanda burju dalam tahap ini peranan pihak ketiga tetap penting. Dari pihak
perempuan sebagai saksinya adalah bibinya (namberru), sedangkan dari pihak laki-laki
saksinya adalah senina (satu marga). Pada saat tukar cincin dilakukan pertukaran barang
(cincin, kain dan lain-lain) dan diakhiri dengan membuat ikrar atau janji yang disebut
merbulabon. Contoh merbulabon adalah dengan membelah daun sirih dan setiap bagian
dimakan masing-masing oleh yang membuat ikrar. Sanksi dalam hukum umumnya dikenakan
kepada yang melanggar, tetapi pengingkaran terhadap janji diyakini mempunyai pengaruh
buruk sampai sampai kegenerasi selanjutnya. Setelah selesai tukar cincin maka baik saksi
laki-laki maupun saksi perempuan langsung memberitahukan kesepakatan tersebut kepada
kedua orang tua masing-masing

. 3. Menglolo/mengkata utang pada tahapan ini (menentukan mas kawin) rombongan yang
datang untuk menglolo disebut penglolo dan rombongan yang mengkata utang disebut
pengkata utang. Sebelum orang-orang ini berangkat, terlebih dahulu orang tua si calon
pengantin perempuan mengundang keluarga dekat untuk menyampaikan akan datangnya
rombongan pengkata utang dari calon pengantin laki-laki.Keluarga perempuan berkumpul
dengan kerabat dekatnya untuk mendiskusikan tentang jenis permintaan sebagai mas kawin.
Biasanya jenis mas kawin dapat berupa emas, perak, gerantung (alat musik), kebun, sawah,
tanah, hewan ternak (kerbau/lembu), mesin jahit, sejumlah uang dan kain. Saat ini yang
umum berlaku adalah hanya berupa uang dan emas.

4.Muat nakan peradupen adalah suatu tahapan yang biasa dilakukan oleh pihak orang tua
calon pengantin laki-laki sebelum upacara perkawinan dilaksanakan. Caranya dengan
mengundang kerabat dekat. Tujuan utamanya adalah untuk merundingkan tentang bagaimana
menghadapi kerabat calon pengantin perempuan pada saat upacara, dengan kata lain
menyangkut apa yang menjadi hak dan kewajiban kelompok kerabat dalam konteks
perkawinan. Kegiatan ini dipimpin oleh seorang persinabul (juru bicara) yang ditunjuk oleh
masing-masing pihak keluarga. Hal-hal yang dirunding dalam dalam muat nakan peradupen
adalah jumlah mas kawin yang harus disediakan, jenis barang yang harus disediakan,
masalah teknis upacara dan hal-hal lain yang menyangkut kelancaran upacara perkawinan.

5. Tangis berru pangiren, sehari setelah acara rundingan dengan pihak laki-laki selesai,
maka ibu sang calon pengantin perempuan memberikan makanan kepada calon pengantin
perempuan (anak gadisnya) secara khusus dengan cara memotong seekor ayam. Makanan ini
disebut nakan penjalon yang artinya mas kawin dari calon pengantin laki-laki telah diterima,
kiranya sang gadis menerima keputusan tersebut dengan rela dan senang hati.
6. Upacara merbayo/perkawinan, setelah secara adat pihak keluarga laki-laki menyerahkan
mas kawin baik itu berupa uang, emas dan kain dan pihak perempuan telah menerima mas
kawin, maka upacara perkawinan pun akan dilaksanakan. Setelah tiba hari yang ditentukan,
pihak laki-laki berangkat ke rumah pengantin perempuan. Sesampai dihalaman, pihak
pengantin perempuan berdiri di depan pintu sambil menjunjung pinggan berisi beras yang
dialas dengan sumpit (kembal). Di depan pintu rumah telah diletakkan bara api yang nantinya
dilangkahi oleh rombongan. Adapun makna api tersebut adalah untuk menghangatkan jiwa
para kerabat pengantin laki-laki. Kemudian persinabulo dari pihak pengantin perempuan
memandu jalannya upacara perkawinan. Kemudian pihak pengantin laki-laki memasuki
rumah dan disambut dengan siraman beras oleh pihak pengantin perempuan. Selanjutnya
pihak pengantin laki-laki menyerahkan oleh-oleh yaitu makanan yang disebut nakan luah.
Lauknya terdiri dari ayam yang telah dipotong-potong sesuai ketentuan. Idealnya lauk
tersebut dibungkus dengan daun, akan tetapi saat ini sering digunakan rantang dan panci.
Kemudian pihak pengantin perempuan menyerahkan makanan ringan, tepung beras, pisang
dan tebu. Acara ini disebut merdohom, biasanya dalam acara ini ditanyakan berapa jumlah
makanan yang disediakan dan setiap makanan ditutupi dengan daun pisang dan piringnya
dilapisi dengan sumpit (kembal). Setelah acara ini selesai maka dilanjutkan dengan
pelaksanaan perkawinan. Bagi yang beragam Kristen terlebih dahulu dilakukan pemberkatan
di gereja sedangkan bagi yang beragama Islam melakukan syukuran akad nikah sebelum
acara makan bersama dan acara adat dilakukan. Setelah selesai akad nikah kemudian
dilanjutkan dengan acara makan bersama.

Pertanyaan Wawancara seputar Adat merbayo dan Mate Ncayur Ntua.

 Siapa pelaku dalam upacara adat merbayo dan mate Ncayur Ntua?

Pelaku atau orang yang terlibat dalam Upacara Adat Merbayo ialah pihak laki – laki yang
ingin meminang Gadis tersebut (Sukut) , dan Kerabat gadis yang dipinang (dinikahi).

Pelaku atau orang yang terlibat dalam upacara adat Mate Ncayur Ntua ialah puang benna
dan puang pangamaki. Jadi ketika Seseorang yang sudah memenuhi syarat Ncayur Ntua
meninggal, maka harus lebih dahulu dipanggil puang benna dan puang pangamaki yang
meninggal.

Keterangan arti dari puang benna dan puang pangamaki : Puang benna untuk laki laki
yaitu pamannya dan seluruh keluarga pamannya (itu masuk kedalam puang benna)
Terus untuk perempuan puang benna nya ialah saudaranya laki laki (bahasa Pakpak nya
Turang) dan bahasa Bataknya ito nya dan orang tuanya.

Puang pangamaki ialah kerabat dari mertua (berlaku untuk laki laki dan perempuan)

 Kegiatan apa yang dilakukan upacara adat merbayo dan mate Ncayur Ntua?

Didalam Upacara Adat Merbayo ada 6 tahap kegiatan yang harus dilakukan agar tercapai
Adat Merbayo.

 Mengririt ( meminang)
 Mersiberen tanda Burju
 Mengkata utang/ menglolo
 Muat nakan peradupen
 Tangis berru pangiren
 Upacara adat merbayo

Didalam Upacara Adat mate Ncayur Ntua kegiatan nya ada

 tenggo raja (musyawarah)


 menari sambil meratapi si Almarhum dengan posisi tangan yang berbeda-beda. Kalau
sukut dan berru posisi telapak tangan mengahdap keatas, maknanya adalah minta
berkat dari para puang. Sedangkan posisi telapak tangan puang telungkup yang
maknanya pemberkatan.
 Makan bersama pada jam 24 tengah malam yang disebut dengan nakan pedungo-
ndungoi. Tujuannya adalah agar mereka jangan sampai tertidur, makan bersama ini
dilakukan setiap malam sebelum penguburan.
 Pada hari penguburan sebagai puncak upacara kira-kira jam 7 pagi di depan rumah
sukut telah ditancapkan jeretan yaitu sebuah tiang kayu dengan panjang sekitar 2
meter dan diameter 5-7cm, kayu yang digunakan adalah kayu simbernaek yaitu
bermakna naik dan meningkat. Pada ujungnya diikatkan pula beberapa ranting daun
jabi-jabi (daun pohon beringin) yang bermakna menjadi atau berhasil, daun sanggar
(pipin) yang bermakna sebagai penangkal hal-hal yang tidak baik, daun sipilpilen
(daun paku) melambangkan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi segala
tantangan, semuanya diikat dengan kulit bambu yang melambangkan ikatan
persaudaraan agar tetap terjaga dengan baik
 Era – era
Era-era ini nantinya pada waktu menari akan dibawa oleh puang sambil memutar-
mutar, mengelilingi Kerbau. Selain era-era tersedia juga tombak yang digunakan oleh
puang untuk menombak Kerbau. Setelah kerabat hadir, maka kira-kira pukul delapan
pagi Kerbau pun
digiring ke tengah halaman dan diikat pada jeretan. Kemudian pada waktu musik
(genderrang) dibunyikan, semua hadirin menari bersama sambil mengelilingi kerbau
sebanyak tujuh kali
 Pada saat berangkat ke pemakaman, alat musik tradisi yang tadinya dibunyikan
(genderang) disimpan dengan baik dan diletakkan dengan posisi terbalik. Menurut
keyakinan masyarakat Pakpak hal ini dilakukan agar anak-anak jangan sampai
membunyikannya, sebab bila dibunyikan belum sampai tiga hari tiga malam setelah
penguburan, maka dapat diyakini ada lagi yang akan meninggal pada waktu dekat di
kampung tersebut.
 Acara terakhir adalah penyelesaian utang-utang adat dimana semua puang yang
membawa ayam, beras dan tikar akan menerima sarung ditambah uang. Berru yang
membawa kain sarung (mandar) akan mendapat ayam, beras dan tikar.

 Dimana dilaksanakannya upacara adat merbayo dan mate Ncayur Ntua?


Untuk lokasi upacara adat merbayo umumnya dilakukan dirumah pihak
perempuan,namun sah- sah saja dirumah pihak laki-laki jika sudah ada perjanjian
antara kedua belah pihak.
Serta untuk lokasi upacara adat Mate Ncayur Ntua dilakukan dikediaman yang
meninggal, untuk acara puncak umumnya dilakukan di teras rumah / halaman
kediaman keluarga meninggal.

 Bagaimana situasi dalam upacara adat merbayo dan mate Ncayur Ntua?
Untuk situasi upacara adat merbayo ada situasi sedih saat acara tangis berru pangiren ,
dan situasi bahagia tentu di setiap momen acara.
Situasi adat Mate Ncayur Ntua ada situasi sedih dan senang juga
Sedih tentu pasti nya karena kehilangan sosok Orangtua tercinta.
Namun, bahagia nya sang anak melihat orang tua nya bisa punya garis keturunan
sampai memiliki cucu. Serta bagi orang Pakpak meninggal dalam keadaan Ncayur
Ntua adalah salah satu kehormatan.

 Apakah upacara adat merbayo dan mate Ncayur Ntua masih dilakukan?
Menurut narasumber upacara adat merbayo dan Mate Ncayur Ntua masih sangat
kental di orang pakpak. Kegiatan ini tentu wajib dilakukan orang etnis Pakpak.
Dikarenakan Malu dan sangat tidak terpandang dalam masyarakat ketika seseorang
yang tidak beradat.

Anda mungkin juga menyukai