Anda di halaman 1dari 26

TEXT BOOK READING

Gastroesophageal
Reflux Disease
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Revisi 2019)
Pendahuluan

Outline Epidemiologi

Faktor risiko

Patogenesis

Manifestasi klinis

Diagnosis

Tatalaksana

Komplikasi
PENDAHULUAN
Penyakit refluks gastroesophageal
(Gastroesophageal reflux disease/GERD) adalah
suatu keadaan patologi sebagai akibat refluks Gejala tipikal GERD = HEARTBURN dan
kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan REGURGITASI
berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan
esofagus, faring , laring dan saluran nafas.

Banyak ahli yang menggunakan istilah esophagitis


refluks, yang merupakan keadaan terbanyak dari
penyakit refluks gastroesofageal

PAPDI. Penyakit refluks gastroesophageal. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. P 1748-1755
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi GERD tertinggi di Asia


Selatan dan Tenggara
Eropa (lebih dari 25%) dan terendah di
Asia Tenggara,
Kanada, dan Prancis (kurang dari
10%). Tidak ada prevalensi
data dari Afrika.

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
FAKTOR RISIKO
FAKTOR RISIKO ENDOGEN
Genetik
Kondisi Medis dan Penyakit Komorbid Mekanisme Risiko
Obesitas Peningkatan tekanan intraabdomen
Diabetes mellitus Perlambatan pengosongan lambung
Sindrom Zollinger-Ellison Peningkatan produksi asam
Kehamilan Peningkatan tekanan intraabdomen, penurunan LES

Hiatal hernia Penurunan LES


Miotomi pada akalasia Kerusakan LES
Sindom Sjogren Gangguan bersihan esofagus
Penyakit psikiatri Gangguan motilitas esofagus

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Revisi 2019)
FAKTOR RISIKO
FAKTOR RISIKO EKSOGEN
Faktor risiko Mekanisme Risiko
Merokok Penurunan LES
Alkohol Penurunan LES, kerusakan mukosa
Obat-obatan (OAINS, β2 adrenegic agonist, Penurunan LES, kerusakan mukosa
calcium channel blockers, benzodiazepine,
dopamine, estrogen, narkotik analgesic, nitrat,
progesterone, prostaglandin, teofilin, anti
depresan trisiklik
Makanan spesifik (seperti minuman bersoda, Distensi gaster, penurunan LES, iritasi mukosa,
makanan berlemak) perlambatan pengosongan lambung
Penggunaan selang nasogtrik lama Mengalirkan refluks asam pada pasien posisi
berbaring
Trauma abdomen Kerusakan diafragma

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Revisi 2019)
PATOGENESIS
Bersifat multifactorial.
Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari refluks gastroesofageal apabila :

1. Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan


refluksat dengan mukosa esofagus

2. Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus,


walaupun waktu kontak antara bahan refluksat dengan
esofagus tidak cukup lama

Ketidakseimbangan factor denfesif yang memproteksi esofagus (antirefluks barrier, esofageal acid clearance,
tissue resistence) dan factor agresif refluks dari gaster (keasamam gaster, volume, isi duodenum)
Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
PATOGENESIS
Antirefluxe Barrier  Menurun nya tonus LES

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
PATOGENESIS
Mekanisme refluks terjadi melalui mekanisme :

Transient LES relaksasi

Penurunan tekanan LES

Swallow-Induced Lower Esophageal Sphincter Relaxations

Hypotensive Lower Esophageal Sphincter Pressure—Strained-Induced or Free Reflux

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
PATOGENESIS
Esofageal acid clearance
Durasi paparan asam ke mukosa dan menyebabkan kerusakan mukosa

Fenomena ini melibatkan 2 hal yang terkait tetapi terpisah prosesnya :


◦ volume, yang merupakan pelepasan sebenarnya bahan refluks dari kerongkongan
◦ Acid clearance yang merupakan pemulihan pH esofagus normal setelah paparan asam melalui titrasi
dengan basa dari sekresi kelenjar saliva dan esofagus.

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
PATOGENESIS
Faktor Gastrik
◦ Volume dan komponen dari refluks gaster
◦ Peningktan volume gaster  peningktan rate tLESR


Sekresi asam lambung

Refluks duodnogastrik

Pengosongan lambung yang terlambat

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis klasik :
◦ Heart burn
◦ Regurgitasi
◦ Disfagia

Gejala klinis lain :


◦ water brash,, odynophagia, sendawa, cegukan, mual, dan muntah

Manifestasi ekstraesofagus :
◦ Nyeri dada
◦ Asma dan gangguan paru lainnya
◦ Penyakit THT

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
DIAGNOSIS

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
PPI test
PPI dosis ganda selama 1-2minggu 
gejala menghilang  GERD

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Revisi 2019)
ENDOSKOPI Ditemukannya mucosal break di esofagus (esophagitis refluks)

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Revisi 2019)
BIOPSI ESOFAGEAL
Inflamasi akut ditandai dengan adanya
neutrofil dan seringkali eosinophil
(Gambar 46.8) sangat spesifik untuk
esofagitis; Namun, sensitivitasnya
rendah, dalam kisaran 15% hingga 40%

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
Esophageal Reflux Testing
Episode refluk gastroesofageal
menimbulkan asidifikasi bagian distal
esofagus.

Pengukuran pH pada esofagus bagian


distal dapat memastikan ada tidaknya
reluks gastroesofageal.

pH di bawah 4 pada jarak 5cm di atas LES


 GERD

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
Esofagografi dengan barium
Esofagus manometri

• murah, mudah didapat, dan tes • manometri sekarang dapat


esofagus noninvasif menilai tekanan LES secara
• Mendemonstrasikan akurat dan relaksasi, serta
penyempitan anatomis esofagus aktivitas peristaltik, termasuk
dan menilai kehadiran dan kontraksi amplitudo, durasi, dan
reduksi dari hernia hiatus. kecepatan.
• KI : GERD tanpa komplikasi

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
TATALAKSANA
Modifikasi gaya hidup

◦ Meninggikan posisi kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum tidur
◦ Berheti merokok dan minum alcohol
◦ Mengurangi konsumsi lema serta mengurangi jumlah makanan yang dimakan
◦ Menurunkan berat badan
◦ Menghindari makanan yang menstimulasi asam lambung

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Revisi 2019)
TATALAKSANA
FARMAKOLOGI
1. Antasida  menghilangkan gejala tapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis
2. H2 receptor antagonis (H2RA)  penekanan sekresi asam
3. PPI  bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K
ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung.
4. Prokinetik  meningkatkan tekanan LES dan acid clearance)
5. golongan Potassium-competive Acid Blockers (P-CAB)  meningkatkan pH>4 lebih cepat
dibandingkan PPI dengan waktu supresi asam yg lebih panjang karena waktu paruh lebih
panjang dan modifikasi forulasi extended release

PPI atau P-CAB pilihan utama

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Revisi 2019)
TATALAKSANA
Tatalaksan Farmaologis Level of evidence Reommendation
Terapi PPI selama 8 minggu I Strong
Terapi PPI maintenance pada I Strong
esophagitis erosive atau Barret’s
esofagus
Terapi PPI on demand pada II Strong
pasien dengan gejala intermiten
pasca terapi intensif
Terapi tambahan H2RA malam II Strong
hari untuk mengurangi NAB
Pemberian prokinetik II Intermediate
Penggunaan obat golongan P-CAB II Strong
(vonoprazam)

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Revisi 2019)
TATALAKSANA
Tatalaksana anti refluks mekanikal endoskopi dan pembedahan

Indikasi :
Pasien dengan gejala GERD esofageal dan atau ekstraesofageal yang respon terhadap
PPI, namun tidak hilang sepenuhnya
Pasien dengan keluhan Heart burn yang menghilang dengan PPI , namun terus
menerus mengalami regurgitasi volume refluks
Pasien dengan gejala refluks disertai dengan nyeri dada, batuk atau mengi
Pasien dengan komplikasi GERD seperti striktur peptic, BE atau terjadi jejas perlukaan
pita suara
Ingin menghentika terapi PPI kronik
GERD persisten atau kambuh
Hiatal hernia yang besar dan simptomatik

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Revisi 2019)
TATALAKSANA
Bedah
Hanya fundoplikasi bedah yang
mengoreksi faktor fisiologis
yang berkontribusi untuk GERD
dan berpotensi menghilangkan
kebutuhan untuk jangka
panjang obat-obatan.

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690
KOMPLIKASI
◦ Hemorrhage, Ulcers, and Perforation
◦ Peptic Esophageal Strictures
◦ Barrett’s Esophagus

Richter, Vaezis. Leisenger And Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease, Eleventh Edition.2018.Chapter 46,p670-690

Anda mungkin juga menyukai