Anda di halaman 1dari 14

PERKAITAN ARBITRASE

HENDRI DARMA PUTRA, S.H., M.H


DOSEN FAKULTAS HUKUM UNINUS BANDUNG
Para pihak dalam perjanjian
Arbitrase
Para pihak adalah subyek hukum, baik
menurut hukum perdata maupun hukum
publik, yang telah mengadakan perjanjian
arbitrase yang secara tegas menyatakan
bahwa semua sengketa atau beda pendapat
yang timbul atau yang mungkin timbul dari
hubungan hukum tersebut akan diselesaikan
dengan cara arbitrase atau melalui alternatif
penyelesaian sengketa.
Sifat perjanjian Arbitrase
• Bersifat Asesor (Tambahan)
 Bukan perjanjian “bersyarat” yang mana pelaksanaan dan
pemenuhan perjanjian bergantung pada suatu kejadian di
masa mendatang;
 Pelaksanaan perjanjian arbitrase tidak didasarkan pada
kejadian tertentu di masa mendatang;
 Fungsi perjanjian arbitrase berkaitan dengan cara dan
lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa
antara para pihak.
• Ditentukan oleh para pihak sendiri
• Bisa menjadi satu maupun tidak menyatu dalam materi
kontrak
Bentuk perjanjian Arbitrase
• Harus dibuat secara tertulis.
• Akibat hukum adanya perjanjian
arbitrase dalam kontrak yaitu para pihak
yang bersengketa wajib menyelesaikan
sengketa mereka pada Lembaga yang
telah ditunjuk dan disepakati.

• PASAL 3 UU NOMOR 30 TAHUN 1999:
“Pengadilan negeri tidak berwenang untuk
mengadili sengketa para pihak yang telah
terikat dalam perjanjian arbitrase.”
PASAL 11 UU NOMOR 30 TAHUN 1999
(1) Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis
meniadakan hak para pihak untuk
mengajukan penyelesaikan sengketa
atau beda pendapat yang termuat dalam
perjanjiannya ke pengadilan negeri.
(2) Pengadilan negeri wajib menolak dan
tidak akan campur tangan dalam suatu
penyelesaian sengketa yang telah
ditetapkan melalui arbitrase, kecuali
dalam hal‑hal tertentu yang ditetapkan
dalam Undang‑undang ini.
• Syarat terpenting untuk dapat mengajukan
permohonan penyelesaian sengketa
kepada Arbitrase adalah adanya terlebih
dahulu suatu Perjanjian Arbitrase antara
para pihak yang bersengketa.
Perjanjian Arbitrase dapat dituangkan ke
dalam bentuk:
1.Salah satu pasal di dalam perjanjian yang
dibuat oleh para pihak sebelum timbul
sengketa (Klausula Arbitrase); atau
2.perjanjian tersendiri yang dibuat para pihak
setelah timbul sengketa.
CONTOH KLAUSULA ARBITRASE BANI:
“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian
ini, akan diselesaikan dan diputus oleh
BADAN ARBITRASE NASIONAL
INDONESIA (BANI) menurut peraturan-
peraturan administrasi dan peraturan-
peraturan prosedur arbitrase BANI, yang
keputusannya mengikat kedua belah pihak
yang bersengketa sebagai keputusan
dalam tingkat pertama dan terakhir”.
CONTOH KLAUSULA ARBITRASE BAPMI
(Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia):
"Setiap sengketa yang timbul dari dan/ atau
sehubungan dengan Perjanjian ini dan/ atau
pelaksanaan Perjanjian ini, baik mengenai cidera
janji maupun perbuatan melawan hukum,
termasuk mengenai pengakhiran dan/ atau
keabsahan perjanjian ini, akan diselesaikan dan
diputus melalui Arbitrase BAPMI di Jakarta,
dalam suatu Majelis Arbitrase yang
beranggotakan 3 (tiga) Arbiter, berdasarkan
Peraturan-peraturan BAPMI, dan Putusan
Arbitrase tersebut bersifat final dan mengikat."
CONTOH KLAUSULA ARBITRASE ICC:
“All disputes arising in connection with the
present contract shall be finally settled
under the Rules of Concilliation and
Arbitration of the International Chamber of
Commerce by one or more arbitrators
appointed in accordance with the said
Rules”.
CONTOH KLAUSULA ARBITRASE
Singapore International Arbitration Centre
(SIAC) :
“Any dispute arising out of or in connection
with this contract, including any question
regarding its existence, validity or
termination, shall be referred to and finally
resolved by arbitration in (Singapore) in
accordance with the Arbitration Rules of
Singapore International Arbitration Centre
(“SIAC Rules”) for the time being in force
which rules are deemed to be incorporated
by reference to this clause”.
Perjanjian Arbitrase setelah Timbul Sengketa:
Dalam hal para pihak sepakat memilih penyelesaian
sengketa melalui Arbitrase setelah sengketa terjadi,
maka kesepakatan itu harus dibuat secara tertulis
dan memuat:
1.masalah yang dipersengketakan;
2.nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;
3.nama lengkap dan tempat tinggal Arbiter/Majelis
Arbitrase;
4.tempat Arbiter/Majelis Arbitrase akan mengambil
keputusan;
5.nama lengkap sekretaris persidangan;
6.jangka waktu penyelesaian sengketa;
7.pernyataan kesediaan dari Arbiter
Mahasiswa dapat menggali materi ini dari berbagai literatur yang tersedia

Anda mungkin juga menyukai