DOSEN FAKULTAS HUKUM UNINUS BANDUNG Para pihak dalam perjanjian Arbitrase Para pihak adalah subyek hukum, baik menurut hukum perdata maupun hukum publik, yang telah mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegas menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang timbul atau yang mungkin timbul dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase atau melalui alternatif penyelesaian sengketa. Sifat perjanjian Arbitrase • Bersifat Asesor (Tambahan) Bukan perjanjian “bersyarat” yang mana pelaksanaan dan pemenuhan perjanjian bergantung pada suatu kejadian di masa mendatang; Pelaksanaan perjanjian arbitrase tidak didasarkan pada kejadian tertentu di masa mendatang; Fungsi perjanjian arbitrase berkaitan dengan cara dan lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa antara para pihak. • Ditentukan oleh para pihak sendiri • Bisa menjadi satu maupun tidak menyatu dalam materi kontrak Bentuk perjanjian Arbitrase • Harus dibuat secara tertulis. • Akibat hukum adanya perjanjian arbitrase dalam kontrak yaitu para pihak yang bersengketa wajib menyelesaikan sengketa mereka pada Lembaga yang telah ditunjuk dan disepakati. • • PASAL 3 UU NOMOR 30 TAHUN 1999: “Pengadilan negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase.” PASAL 11 UU NOMOR 30 TAHUN 1999 (1) Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaikan sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke pengadilan negeri. (2) Pengadilan negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam hal‑hal tertentu yang ditetapkan dalam Undang‑undang ini. • Syarat terpenting untuk dapat mengajukan permohonan penyelesaian sengketa kepada Arbitrase adalah adanya terlebih dahulu suatu Perjanjian Arbitrase antara para pihak yang bersengketa. Perjanjian Arbitrase dapat dituangkan ke dalam bentuk: 1.Salah satu pasal di dalam perjanjian yang dibuat oleh para pihak sebelum timbul sengketa (Klausula Arbitrase); atau 2.perjanjian tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa. CONTOH KLAUSULA ARBITRASE BANI: “Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA (BANI) menurut peraturan- peraturan administrasi dan peraturan- peraturan prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir”. CONTOH KLAUSULA ARBITRASE BAPMI (Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia): "Setiap sengketa yang timbul dari dan/ atau sehubungan dengan Perjanjian ini dan/ atau pelaksanaan Perjanjian ini, baik mengenai cidera janji maupun perbuatan melawan hukum, termasuk mengenai pengakhiran dan/ atau keabsahan perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus melalui Arbitrase BAPMI di Jakarta, dalam suatu Majelis Arbitrase yang beranggotakan 3 (tiga) Arbiter, berdasarkan Peraturan-peraturan BAPMI, dan Putusan Arbitrase tersebut bersifat final dan mengikat." CONTOH KLAUSULA ARBITRASE ICC: “All disputes arising in connection with the present contract shall be finally settled under the Rules of Concilliation and Arbitration of the International Chamber of Commerce by one or more arbitrators appointed in accordance with the said Rules”. CONTOH KLAUSULA ARBITRASE Singapore International Arbitration Centre (SIAC) : “Any dispute arising out of or in connection with this contract, including any question regarding its existence, validity or termination, shall be referred to and finally resolved by arbitration in (Singapore) in accordance with the Arbitration Rules of Singapore International Arbitration Centre (“SIAC Rules”) for the time being in force which rules are deemed to be incorporated by reference to this clause”. Perjanjian Arbitrase setelah Timbul Sengketa: Dalam hal para pihak sepakat memilih penyelesaian sengketa melalui Arbitrase setelah sengketa terjadi, maka kesepakatan itu harus dibuat secara tertulis dan memuat: 1.masalah yang dipersengketakan; 2.nama lengkap dan tempat tinggal para pihak; 3.nama lengkap dan tempat tinggal Arbiter/Majelis Arbitrase; 4.tempat Arbiter/Majelis Arbitrase akan mengambil keputusan; 5.nama lengkap sekretaris persidangan; 6.jangka waktu penyelesaian sengketa; 7.pernyataan kesediaan dari Arbiter Mahasiswa dapat menggali materi ini dari berbagai literatur yang tersedia