Anda di halaman 1dari 197

Daftar Pustaka

1. Sujono, S., Kensaku, T. Hidrologi untuk Pengairan,


Jakarta,1977
2. Barren Vrisman, P. dkk., Introduction to
Hidrology, London, 1977
3. Ray. K. L. Mau A. K., Joseph L. P., Hidrologi
untuk Insinyur, Jakarta,1989
4. Ersin Seyhan, Dasar-Dasar Hidrologi, Gajah Mada
University Pres, 1990
5. C. D. Soemarto, Hidrologi Teknik, Surabaya, 1986
6. Sri Harto, Analisis Hidrologi, Jakarta 1993
7. Yusron Lubis, Hidrologi untuk Bangunan Air,
Bandung, 1984

04/04/22 1
8. Santosh Kumar Garg, Water Resources and
Hydrology, New Delhi, 1979
9. Victor, M. P., Engineering Hydrology (Principles
and Practices), Prentice Hall, Englewood Elipps,
New Jersey, 1989.
10. Dept. PU. Ditjen Pengairan, Cara Menghitung
Design Flood, Jakarta 1980.
11. Charles T. Harn, Statistical Methods in Hydrology ,
Iowa, 1977
12. G. W. Kite, Frequency and Risk Analisis in
Hydrology, USA, 1988.
13. Soewarno, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis
Data Hidrologi, Bandung, 1995
14. A.T. Hjilmfelt, Jr.
J.J. Cassidy, Hydrology for Engineers and
Planners, Iowa State University Press/ Ames,
04/04/22 IOWA, 1975 2
Sesi Perkuliahan I

Pengenalan
Hidrologi

04/04/22 3
Pengenalan Hidrologi
ilmu yang berkaitan dengan air di bumi,

terjadinya, peredaran, dan agihannya sifat-sifat
kimia dan fisikanya, reaksi dengan
lingkungannya, termasuk hubungannya
dengan makhluk-makhluk hidup
(International Glossary of Hidrologi, 1974)

04/04/22 4
Ilmu lain yang berkaitan :
• Hydrography :
– menyangkut kegiatan-kegiatan survei, sungai, pendataan, debit
pengaliran dan tinggi air
• Hydrometri :
– menyangkut pengukuran dan pendataan aliran sungai, saluran-
saluran dan pengaliran yang melewati suatu waduk/danau
• Hydrogeologi :

– mempelajari gerakan-gerakan dan sifat-sifat pengaliran di


dalam tanah yang ditinjau dari sudut pandang ahli geologi

04/04/22 5
Ilmu Pendukung :
• Meteorologi :
 ilmu cuaca, tentang perubahan-perubahan di atmosfera.
• Klimatologi :
 tentang iklim, terhadap temperatur udara, kelembaban, hujan,
penguapan
• Soil science :
 antara keadaan tanah dan gerakan air baik, run off maupun
aliran bawah tanah
• Mekanika fluida :
 sifat-sifat gerakan air
• Statistik :
 menganalisa untuk mendapatkan kumpulan dari suatu hasil
pendataan
04/04/22 6
Hidrologi dibedakan menjadi 2 bagian:
bagian

• Surface hidrologi :
– yaitu hidrologi yang mempelajari air permukaan

• Sub surface hidrology :


– yaitu ilmu hidrologi yang mempelajari air di bawah tanah.

04/04/22 7
Kegunaan Hidrologi :

• Meramalkan debit banjir sungai


• Menentukan kebutuhan air bagi tanaman
• Menentukan kapasitas bangunan
• Menentukan pilihan berbagai alternatif bangunan
sehingga secara teknis dan ekonomis menguntungkan

04/04/22 8
Siklus Hidrologi (Hidrologic Cycle)

5
7 2 4
6
3
8
9 1
10
12 11
13
Laut

(1) & (3) Evaporation 8. Hujan


2. Transpiration 9. “Overland Flow”
4. Awan 10. Infiltration
5. Awan Penyebab Hujan 11. Interflow
6. Presipitasi 12. Percolation
04/04/22 7. Penguapan sebelum sampai tanah 13. Air Tanah 9
Agihan Vertikal Air Tanah

SOIL MOISTURE ZONE


ZONE OF AERATION INTERMEDIATE BELT
(UNSATURATED) CAPILARY ZONE

UNDER HYDROSTATIC
ZONE OF PRESSURE
SATURATION

04/04/22 10
Akuifer
SUMUR ARTESIS
RECHARGE AREA
GRS SUMUR DANGKAL
PIESOMETRIK
MA BL BAS

IMPERVIOUS
LAYER

PREVIOUS
LAYER

IMPERVIOUS LAYER

“Unconfined” dan “Confined Aquifer”


04/04/22 11
Skema “Water Balance”

SR
P E DARATAN

GWF
LAUT

04/04/22 12
Diagram disederhanakan dari daur hidrologi (Ward,1967)

Awan

si
sa
en
nd
Ko
Pr e ir
sip p A
ita Ua
si
intersep Evapot
si ranspir
asi

Infiltrasi lim
pas
an
permukaan
nah
s ta
a
ng
na ir

e
Ta n A

Pe tana

L
rem
h
ira

air
Al

bes
an
h
Model Daerah Aliran Sungai Rekayasa (Allen, 1975)
Transpirasi Evaporasi Presipitasi

Permukaan Cadangan detensi

Limpasan
Infiltrasi permukaan

Mintakat
aerasi Kapasitas lapangan

Perkolasi yang
Kenaikan kapiler dalam
Saluran
Air tanah sungai

Perembesan ke
saluran

04/04/22 14
Water Balance untuk Lautan
berlaku persamaan :

P  E  SR  S  GWF
– Dengan :
• P = presipitasi (hujan)
• E = penguapan (evaporsi)
S = “ change in storage”
• SR = “surface run-off ”
• GWF = “Ground Water run-off ” aliran air tanah

04/04/22 15
Water Balance untuk Daratan
berlaku persamaan :

P  E  SR  S  GWF
– Dengan :
• P = presipitasi (hujan)
• E = penguapan
• ∆S = perubahan dalam tampungan (storage)
• SR = aliran permukaan (surface run-off)
• GWF = aliran air tanah

04/04/22 16
Dengan memperhatikan persamaan diatas secara
umum Ven Te Chow (1964) menuliskan :

• Dengan I  O  ∆ s
• I = Aliran masuk “in flow”

• O = Aliran keluar/kehilangan “out flow”

• ∆S = “change in storage’

04/04/22 17
Water balance untuk sebuah waduk

 Untuk S > 0
 
1 + 2 + 3 = 4 + 5 + 6  S
S Untuk S < 0

1 + 2 + 3  S = 4 + 5 + 6


Dengan :  = “surface run-off”
 = “sub-surface run-off”
 = presipitasi (hujan)
 = evaporasi (penguapan)
 = kebutuhan air (irigasi, tenaga listrik)
04/04/22  = kebutuhan /rembesan 18
Beberapa istilah
• Interception
• Depression storage
• Surface detention
• Infiltrasi
• Soil moisture
• field capacity

04/04/22 19
Proses peredaran air yang terjadi,
oleh Hoyt (1939)dijelaskan dengan
lima fase :
Fase 1
Merupakan fase akhir musim kemarau. Pada fase ini tidak
terdapat masukan sama sekali, sehingga proses yang ada
semata-mata merupakan keluaran dari DAS, yaitu penguapan
dan limpasan. Akibat penguapan yang terjadi di bagian atas
tanah, kelembaban makin menurun, yang berarti “ soil moisture
defficiency” (perbedaan antara “field capacity” dengan
kelembaban nyata) makin besar. Selama itu akibat aliran (Aliran
dasar) sungai terjadi terus menerus, yang berarti pengatusan dari
akuifer, yang mengakibatkan penurunan muka air pada akuifer.
04/04/22 20
Fase II
Merupakan fase pada permulaaan musim hujan,
dengan jumlah hujan yang masih sedikit. Jumlah
hujan ini sebagian besar tertahan sebagai intersepsi
(interseption). Selebihnya akan masuk ke dalam tanah
sebagai air infiltrasi. Air ini masih akan digunakan
untuk mengembalikan tanah ke kapasitas lapangan
(field capacity), sehinggaada air yang mencapai
akuifer, yang berarti aliran dasar tidak berubah.
Demikian pula bila limpasan dapat terjadi, masih
akan tersimpan sebagai tampungan sebagai
tampungan cekungan (depression storage) sehingga
04/04/22 21
belum menambah aliran di sungai
Fase III
adalah fase pertengahan musim hujan. Jumlah air hujan
telah cukup besar. Intersepsi telah mencapai nilai
maksimum, kondisi tanah telah berada pada kapasitas
lapangan, dan kehilangan air akibat tampungan
cekungan sangat kecil. Jumlah air perkolasi (percolation)
menaikkan kandungan air akuifer yang menyebabkan
kenaikan aliran dasar sungai. Demikian pula limpasan
memberikan sumbangan pada perubahan debit sungai.

Fase IV dan Fase V


adalah fase musim kemarau, dengan keadaan yang
hampir
04/04/22 sama dengan fase I. 22
Distribusi Kuantitatif Air
Menurut Wolman(1962)

75 % S e b a g a i e s d a n g la c i e r
24 % A ir d i b a w a h ta n a h
0 ,3 % A ir d i d a n a u
0 ,0 6 % S e b a g a i “ s o il m o is te re ”
0 ,0 3 5 % S e b a g a i a ir d i a tm o s fe r
0 ,0 3 % D i s u n g a i-s u n g a i

04/04/22 23
Hidrologi
Sesi Perkuliahan II

04/04/22 24
• Curah hujan jam-jaman (hourly-rainfall)
• Curah hujan harian (daily-rainfall)
• Curah hujan bulanan dan tahunan
(monthly and annual rainfall)
• Hujan rata-rata
• Hujan titik dan hujan daerah (point
rainfall and areal rainfall)
• Intensitas curah hujan
04/04/22 25
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada curah hujan adalah :
• Intensitas curah hujan
• Sifat penyebaran
• Frekuensi

Stasiun Pencatat Curah Hujan :


• Pencatat curah hujan otomatis
• Pengukur curah hujan biasa (ordinary rain gauge)

Penempatan Stasiun Pencatat Curah Hujan :


• Mengenai pemasangannya
• Mengenai distribusinya pada suatu daerah
04/04/22 26
Untuk berbagai keperluan dan analisis,
dibutuhkan pula intensitasnya (jumlah hujan dalam mm tiap jam),
sehingga untuk keperluan itu harus digunakan “rain recorder”
yang akan mencatat terus-menerus

Ada beberapa tipe recorder, antaranya :


1. Tipping bucket
2. Syphon
3. Weighing bucket

04/04/22 27
Untuk tipe “tipping bucket”, air hujan dari corong akan
masuk ke dalam salah satu ruang dalam “bucket”-nya,
yang apabila telah penuh, akan terjungkir dan signal
akan diteruskan pada recordernya

Pada ”syphon”, tipping bucket digantikan dengan sistem


sipon, yang akan mengosongkan air apabila muka air
mencapai ketinggian tertentu

04/04/22 28
Contoh hasil catatan dari suatu rainfall-recorder
yang disederhanakan

corong grill
Bejana Ukur brush
tinggi

Ground level
Standard Raingauge Raingauge

MANNUAL RAINGAUGE
04/04/22 29
ke recorder

Automatic raingauge
(rain-recorder)

Rekaman “rain -recorder”


04/04/22 30
• Debit Spesifik ( Specific Discharge )
• Debit Banjir Rencana ( Design Flood Discharge )

Besar Debit Spesifik : q=Q/A

dimana q : debit spesifik


Q : debit
A : luas water shed
04/04/22 31
Dari hasil perumusan
Seminar Rainfall Run-off Relation and Design Flood
( diselenggarakan di Bandung, 1974 )

Return period untuk beberapa bangunan air :

• Earth / rockfill dam Tr = 1000 th


• Masonry / concrete dam Tr = 500 - 1000 th
• Weir Tr = 50 - 100 th
• Flood diversion tunnel Tr = 20 - 50 th
• Tanggul Tr = 10 - 20 th
• Drainage canal sawah Tr = 5 - 10 th
04/04/22 32
Pada dasarnya, jaringan (network) terdiri dari :
• Kerapatan jaringan (network-density), yaitu besar luasan DAS yang
diwakili satu stasiun
• Pola penempatan stasiun-stasiun hujan tersebut dalam DAS

Jaringan pengukur hujan minimum ( menurut WMO )

Area in sq km per station


Type of region Normal condition Difficult condition

I. Flat region of temperate,


mediterranean, tropical zones 600 - 900 900 - 3000
II. Mountainous regions of
temperate, mediterranean, and 100 - 250 250 - 1000
tropical zones
III. Arid and polar zones 1500 - 10000 -
04/04/22 33
Syarat-syarat teknis pemasangan stasiun hujan :

1. Tinggi corong di atas permukaan tanah harus sedemikian


sehingga pengaruh angin sekecil mungkin
2. Pengukur hujan harus diletakkan minimal 4 x tinggi
rintangan (bangunan, pohon) yang terdekat
3. Jangan “over exposed” ataupun “under exposed”
4. Harus dilindungi terhadap gangguan dari luar (orang,
binatang)
5. Diusahakan dekat dengan tenaga pengamat
6. Syarat-syarat teknis alat harus dipenuhi
7. Syarat lain yang menyangkut kerapatan jaringan
04/04/22 34
Pengaruh tinggi corong terhadap ketelitian pengukuran :
Tinggi
(inches) 0 2 4 6 8 12 18 30
(mm) 0 51 102 154 203 305 457 762
% ketelitian
terhadap 108 105 103 102 101 100 99 98
tinggi standard

Hubungan antara kecepatan angin dengan pengurangan pengukuran :


Kecepatan angin % pengurangan
km / jam pengukuran
0 0
10 8
20 21
30 32
40 41
60 47
04/04/22 80 50 35
Hujan Rata-rata DAS

Pengukuran yang diperoleh dari masing-masing pengukur hujan


adalah data yang merupakan data hujan “lokal” (point rainfall),
sedangkan untuk keperluan analisis, yang diperlukan adalah data
hujan daerah aliran (areal rainfall / catchment rainfall)

04/04/22 36
Cara Rata-Rata Aljabar
(Arithmatic Mean Method)

Hitungan dilakukan dengan membagi rata pengukuran pada semua stasiun


hujan dengan jumlah stasiun dalam daerah aliran sungai yang
bersangkutan
Hujan rata-rata :
I
X1  X 2  X 3  X 4
P
4
II III
IV Dengan X1, X2,X3, dan X4 adalah
tinggi hujan pada stasiun I, II, III,
04/04/22 dan IV, dalam mm 37
Cara Poligon THIESEN
(THIESEN POLIGON METHOD)

Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun yang
bersangkutan, untuk digunakan sebagai faktor koreksi (weighing factor) dalam
menghitung hujan rata-rata

Poligon didapat dengan cara menarik


I garis hubung antara masing-masing
stasiun, sehingga membentuk segitiga-
segitiga.
Kemudian menarik garis-garis sumbu
III
masing-masing segitiga
II

04/04/22 38
pengamatan luas % luas pengamatan
X (mm) (ha/km2) berbobot
X1 y1 I1 X1I1
X2 y2 I2 X2I2
X3 y3 I3 X3I3
X4 y4 I4 X4I4
y XI

X1 adalah hujan rata-rata untuk daerah aliran sungai tersebut

04/04/22 39
Cara Isohiet
(Isohyetal Method)

Isohiet (Isohyet) adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang


mempunyai tinggi hujan yang sama

P1
P2
I Cara ini menggunakan isohiet
P3 sebagai garis-garis yang membagi
P4 daerah aliran sungai menjadi daerah-
II daerah, yang luasnya dipakai sebagai
faktor koreksi (weighing factor)
III dalam perhitungan
IV P5

04/04/22 40
Cara perhitungan sama dengan Cara Poligon Thiesen di atas,
dengan pengertian bahwa :

P1  P2 P2  P3
X1  X2 
2 2

P3  P4 P4  P 5
X3  X4 
2 2

Dan I1,I2,I3,I4 adalah luas relatif masing-masing


daerah antara dua isohiet

04/04/22 41
Menurut Whitmore (1960),
hujan rata-rata diperhitungkan dengan :

i (2a  b)
r  B 
3a  b

dengan : r = hujan rata-rata, dalam mm


B = panjang dari isohiet yang rendah (B), dalam km
a = panjang dari isohiet yang tinggi (A), dalam km
i = interval isohiet (A-B), dalam mm

04/04/22 42
Perkiraan Data Hilang
I. “Normal Ratio Method”
II. “Inverseh Square Distance” atau “Reciprocal Method”

Normal Ratio Method


(Linsley, Kohler, Paulhus ; 1958)

1  Nx Nx Nx 
Px   PA  PB  PC 
3  NA NB NC 

Px = hujan yang diperkirakan pada stasiun X, dalam mm


Nx = hujan tahunan normal pada stasiun X, dalam mm
NA,NB,NC = hujan tahunan normal pada stasiun A,B, dan C, dalam
mm
PA,PB,PC = hujan pada saat yang sama dengan hujan yang
04/04/22 dipertanyakan pada stasiun A,B, dan C, dalam mm 43
Inverseh Square Distance atau Reciprocal Method atau
Metode Rata-rata Aritmetik

1 1 1
2
P A
2
P B
2
PC
(dXA) (dXB) (dXC)
PX 
1 1 1
2
 2

(dXA) (dXB) (dXC) 2

Px = tinggi hujan yang dipertanyakan, dalam mm


PA,PB,PC = tinggi hujan pada stasiun-stasiun di sekitarnya,
dalam mm
dXA,dXB,dXC = jarak dari stasiun X ke masing-masing stasiun
A,B, dan C dalam km
04/04/22 44
. .
hujan kumulatif stasiun x (mm)
. .
. . .
.. .
.. .
..
.
rata-rata kumulatif beberapa stasiun (mm)

Double Mass Curve


04/04/22 45
T. 100 tahun

T. 50 tahun
tinggi hujan (mm)

T. 10 tahun

lama hujan (jam)

Hubungan antara tinggi hujan, lama hujan, dan kala ulang

04/04/22 46
Intensitas (mm/jam) T = 100 tahun

T = 50 tahun

T = 10 tahun

lama hujan (jam)

Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan kala hujan

04/04/22 47
6 jam
luas

12 jam
18 jam

tinggi hujan

Hubungan antara tinggi hujan, luas, dan lama hujan


04/04/22 48
INTENSITAS HUJAN

Untuk mendapatkan intensitas hujan dapat digunakan


rumus-rumus, antara lain :
Mononobe, Talbot, Sherman, dan Ishiguro

04/04/22 49
Rumus Mononobe

2
R24  24  3
I  
24  t 

Keterangan :
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = waktu curah hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
04/04/22 50
Rumus Talbot

I . t I 2  I 2 .t I 
a
a N I 2  I I 
I
tb
b
I I . t   N I 2 .t 

N I 2   I I 

04/04/22 51
Rumus Sherman
a
I n
t
dengan penjelasan :

log a 
 
log I  log t 2 log t.log I log t 
N  log t 2 log t log t 

 log I  log t  N log t.log I 


n
N  log t 
2

 log t  log t 
04/04/22 52
a
Rumus Ishiguro I
vt  b

 I . vt I 2 I 2 . vt  I  I  I.vt   N I 2 . vt 


a b
 
N I 2  I  I    I  I 
N I2

keterangan :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = waktu curah hujan (menit)
a,b,n = konstanta
N = jumlah data
04/04/22 53
Intensitas Hujan, I (mm/jam) Intensity Duration Frequency (IDF)
(Halim Perdana Kusumah - Jakarta)
400

I100
300
I50

I25
200
I10

I5
100

0 30 60 120 180 240 300 360

Lamanya Hujan, t (jam)


04/04/22 54
Sesi V
PENGANTAR EVAPORASI
Pengertian :
Evaporasi
Transpirasi

Faktor yang berpengaruh


.Radiasi matahari
.Angin
.Kelembaban
.Suhu
04/04/22 55
Kuliah Hidrologi WA-4
Pengertian
• Penguapan adalah proses berubahnya bentuk zat cair (air) menjadi gas
(uap air) dan masuk ke atmosfer.
• Di dalam hidrologi, penguapan dibagi menjadi dua:
1. evaporasi
2. transpirasi
• Evaporasi (Ep) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan air
(seperti laut, danau, sungai), permukaan tanah (genangan di atas tanah
dan penguapan dari permukaan air tanah yang dekat dengan
permukaan tanah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Intersepsi
adalah penguapan yang berasal dari air hujan yang berada pada
permukaan daun, ranting dan badan tanaman.
• Transpirasi (Et) adalah penguapan melalui tanaman, dimana air
tanah diserap oleh akar tanaman yang kemudian dialirkan melalui
batang sampai ke permukaan daun dan menguap menuju atmosfer.
• Oleh karena sulitnya membedakan antara penguapan dari
badan air, tanah dan tanaman, maka biasanya evaporasi
dan transpirasi dicakup menjadi satu yaitu
evapotranspirasi.
• Evapotranspirasi dapat didefinisikan sebagai penguapan
yang terjadi di permukaan lahan, yang meliputi permukaan
tanah dan tanaman yang tumbuh di permukaan lahan
tersebut. Apabila ketersediaan air (lengas tanah) tak
terbatas, maka evapotranspirasi yang terjadi disebut
evapotranspirasi potensial (ETP). Akan tetapi pada
umumnya ketersediaan air di permukaan tidak tak terbatas,
sehingga evapotranspirasi terjadi dengan laju lebih kecil
dari evapotranspirasi potensial. Evapotanspirasi yang
terjadi sebenarnya terjadi di suatu daerah disebut
evapotranspirasi nyata.
Kapan Penguapan Dilibatkan/Diabaikan?
• Mengingat kuantitas penguapan harian relatif kecil, dalam
hal tertentu dimana penguapan bukan merupakan unsur
dominan, jumlah penguapan kadang tidak terlalu
diperhatikan. Misalnya pada kasus analisis debit banjir,
besarnya penguapan dari tampungan air di alur sungai
umumnya diabaikan. Akan tetapi untuk keperluan irigasi,
penguapan merupakan data masukan utama untuk hitungan
kebutuhan air irigasi.
• Pada kasus analisis imbangan air di waduk yang mempunyai
luas tampungan relatif kecil, nilai penguapan harian menjadi
masukan penting, terutama pada musim kemarau.
Perhitungan menyangkut perancangan dan pengoperasian
waduk akan sangat memerlukan data evaporasi yang akurat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Evapotranspirasi

1. Radiasi matahari
2. Temperatur
3. Kelembaban
4. Angin
1. Radiasi matahari
Radiasi matahari merupakan sumber utama panas.
Hal tersebut mempengaruhi jumlah evapotranspirasi
di atas permukaan bumi yang tergantung pada garis
lintang dan musim.
2. Temperatur
Semakin tinggi temperatur, semakin besar kemampuan
udara untuk menyerap uap air. Selain itu, semakin tinggi
temperatur, energi kinetik molekul air meningkat, sehingga
molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara
di atasnya dalam bentuk uap air.
3. Kelembaban
• Perbedaan tekanan uap menyebabkan terjadinya penguapan. Apabila jumlah uap air yang
masuk ke udara semakin banyak, tekanan uap airnya juga semakin tinggi. Akibatnya
perbedaan tekanan uap semakin kecil, sehingga menyebabkan berkurangnya laju
penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh uap air, tekanan udara telah
mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti.
4. Kecepatan angin
• Apabila proses evaporasi terus berlangsung, udara akan menjadi jenuh
terhadap uap air dan evaporasi akan terhenti. Agar proses penguapan
dapat berjalan terus, lapisan udara yang telah jenuh harus diganti
dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada
angin. Di daerah terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih
besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
Pengukuran Evaporasi
• Besarnya evaporasi dapat diperkirakan dengan
pendekatan teoritis maupun dengan pengukuran
langsung. Cara pertama memerlukan banyak data
meteorologi dan data penunjang lain yang tidak
selalu mudah didapatkan. Oleh karena itu
pengukuran langsung di lapangan sering dilakukan
untuk keperluan analisis secara lebih praktis.
1. Atmometer

• Alat pengukur evaporasi ini


cukup sederhana, berupa
bejana berpori yang diisi air.
Besarnya penguapan dalam
jangka waktu tertentu,
misalnya harian didapatkan
dari nilai selisih pembacaan
sebelum dan sesudah
percobaan. Beberapa jenis
atmometer antara lain Piche,
Livingstone dan Black
Bellani.
2. Evaporation Pan
• Untuk mengukur evaporasi dari muka air bebas dapat digunakan
panci penguapan (evaporation pan). Terdapat tiga macam panci
penguapan yang sering digunakan, yaitu panci penguapan klas A
(class A evaporation pan), panci penguapan tertanam (sunken
evaporation pan) dan panci penguapan terapung (floating
evaporation pan). Pada prinsipnya pengukuran evaporasi
dengan ketiga macam alat tersebut sama, yaitu dengan
pembacaan tinggi muka air di panci pada dua saat yang berbeda
sesuai dengan interval waktu pengukuran yang diinginkan. Pada
setiap pengamatan umumnya juga dilakukan pengukuran
temperatur air. Pan evaporasi lebih sering digunakan untuk
mengukur evaporasi harian yang dinyatakan dalam mm/hari.
Ilustrasi cara pemasangan panci evaporasi klas A ditunjukkan
pada gambar di bawah.
Panci Evaporasi Klas A

Bejana logam 1.21 m = 14’


Tidak dicat
(galvanize)

25.4cm = 10”
Rangka kayu

4”
• Mengingat cara pengukuran tidak dapat mewakili
keadaan yang sebenarnya, hasil pengukuran
dengan panci evaporasi akan selalu lebih besar
dari nilai penguapan yang sesungguhnya. Untuk
itu, nilai penguapan yang sesungguhnya dapat
diperkirakan dengan mengalikan koefisien panci
(pan coefficient) yang besarnya antara 0.65-0.85
tergantung dari spesifikasi alat.
Panci Penguapan Tertanam
• Penggunaan alat panci penguapan tertanam
didasari pada kelemahan panci klas A tersebut,
yaitu dengan upaya memperhitungkan pengaruh
latent heat yang terdapat dalam tanah di sekitar
massa air yang menguap dengan cara memasang
panci masuk ke bawah permukaan tanah. Sebagai
contoh adalah Colorado sunken pan seperti dapat
dilihat pada gambar di bawah. Koefisien panci alat
ini besarnya 0.75-0.86.
3’x3’

4’’

3’
Panci Penguapan Terapung
• Untuk panci terapung, pada dasarnya bentuk alat
mirip dengan tipe lain. Alat tipe ini dapat
digunakan untuk mengukur penguapan di danau
atau waduk dimana alat diapungkan di atas ponton
yang diikat dengan angker dan dilengkapi dengan
kisi-kisi untuk mencegah terjadinya percikan air
(splashing) ke dalam panci penguapan. Ilustrasi
pemasangan alat tipe ini disajikan pada gambar di
bawah.
Kisi-kisi Kisi-kisi

Ponton

Angker
Angker
Perkiraan Evaporasi dengan Pendekatan
Teoritik
• Seperti telah disinggung pada uraian tentang fator-faktor yang mempengaruhi
laju penguapan, pendekatan teoritik untuk perkiraan nilai penguapan
memerlukan data parameter klimatologi.
• Data tersebut meliputi
– temperatur udara (T),
– kelembaban relatif udara atau relative humidity (RH),
– kecepatan angin pada ketinggian tertentu, yang umumnya diukur pada
ketinggian 2 m di atas permukaan tanah (U2),
– lama penyinaran matahari atau sunshine duration dalam jam (n),
– lama penyinaran matahari maksimum pada suatu hari tertentu di lokasi
pengukuran (N),
– radiasi matahari (Rn)
– dan kemungkinan data lain tergantung pada pendekatan yang digunakan
untuk menurunkan rumus empiris hitungan evaporasi.
Pendekatan Hitungan Evaporasi

• Setidaknya ada 3 prinsip pendekatan


hitungan evaporasi, yaitu
1. Persamaan keseimbangan air (water balance),
2. Persamaan keseimbangan energi (energy
balance method)
3. Aerodynamic method.
Pendekatan Water Balance

• Cara ini sangat sederhana dengan rumus


berikut ini:

I  O  S
dengan:
I = total inflow,
O = total outflow,
ΔS = selisih jumlah tampungan
Pendekatan Energy Balance Method

• Sumber energi panas untuk proses penguapan


pada permukaan air adalah perubahan panas neto
(net radiation flux) di permukaan bumi (Rn).
Besarnya Rn merupakan selisih antara serapan
panas efektif di permukaan bumi dan pancaran
panas ke udara (emitted radiation) seperti
dijelaskan pada rumus dan gambar berikut ini.
Incoming Ri αRi reflected
radiation (α= albedo)
Re emitted

Surface

Rn =(1-α)Ri - Re
(1-α)Ri
Net radiation
Absorbed
absorved

Rn  Ri 1     Re
Pendekatan Aerodynamic Method

• Selain suplai energi panas, faktor lain yang mengontrol laju


evaporasi adalah kemampuan untuk memindahkan uap air dari
permukaan air. Proses pemindahan uap air ini akan tergantung
kepada besarnya pertambahan kelembaban arah vertikal (gradient
of humidity) dan kecepatan angin di udara dekat permukaan air.
Kedua proses tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan
persamaan perpindahan massa dan momentum di udara. Penurunan
rumus hitungan evaporasi dengan cara ini menghasilkan persamaan
berikut (Chow, dkk., 1988):

E a  Be as  e a 
dengan:
Ea = evaporasi dari muka air bebas selama periode
pengamatan,
B = faktor empiris tergantung kepada konstanta von
Karman (k), rapat massa udara (ρa), rapat massa air
(ρw), kecepatan angin pada 2 m di atas permukaan
(U2) dan tekanan udara ambient (p),
eas = tekanan uap jenuh di udara pada temperatur sama
dengan temperatur air,
ea = tekanan uap nyata pada ketinggian pengamatan.
Rumus Hitungan Perkiraan
Evapotranspirasi
• Hitungan perkiraan laju evapotranspirasi, yaitu
jumlah evaporasi dari permukaan tanah dan
transpirasi dari tanaman juga diturunkan dengan
memperhatikan faktor-faktor seperti halnya pada
penurunan rumus evaporasi.
• Persamaan yang umum digunakan diantaranya
adalah cara Penman dan Thornthwaite.
Rumus Thornthwaite

• Salah satu contoh rumus hitungan evapotranspirasi


potensial dengan menggunakan indeks panas bulanan
adalah rumus Thornthwaite sebagai berikut ini.

a 1, 514
 10  Tm  12
 Tm 
ET  1,62  I   
 I  m 1  5 

a  675 109 I 3  771107 I 2  179 104 I  492 103


dengan:
ET = evapotranspirasi potensial bulanan,
I = indeks panas tahunan,
Tm = suhu rerata pada bulan ke m,
a = konstanta.
Contoh
• Di suatu daerah yang terletak pada garis lintang
10° lintang selatan diperoleh data temperatur
rerata bulanan seperti disajikan dalam tabel
berikut ini.
• Hitung evapotranspirasi potensial bulanan!

Bulan Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agt. Sep. Okt. Nov Des.
Suhu (°C) 26,6 27,1 26,8 27,3 26,9 26,3 25,8 25,9 26,3 26,7 26,4 26,2
Penyelesaian

• Hitungan evapotranspirasi dilakukan dengan


menggunakan tabel di bawah ini.
• Terlebih dulu dihitung nilai I untuk seluruh bulan dan
kemudian hasilnya dijumlahkan sehingga diperoleh:

1, 514
12
 Tm 
I     150,11
m 1  5 
(Lihat tabel di bawah)
• Kemudian dihitung nilai a berdasar nilai I yang
telah diperoleh:

a  675 109 I 3  771107 I 2  179 104 I  492 103


a  675 10 9 (150,11) 3  77110 7 (150,11) 2  179 10 4 (150,11)  492 10 3

a = 3,725
• Dari nilai a dan I yang telah diperoleh dan untuk
setiap nilai Tm, dihitung ET setiap bulan:

3, 725
 10  Tm 
ET  1,62 
 150,11 
Bulan T m (°C) I ET (cm)

Jan. 26,6 12,56 13,65


Feb. 27,1 12,92 14,63
Mar. 26,8 12,70 14,03
Apr. 27,3 13,07 15,03
Mei 26,9 12,78 14,23
Juni 26,3 12,35 13,08
Juli 25,8 11,99 12,18 ET setiap
Agt. 25,9 12,06 12,36 bulan
Sep. 26,3 12,35 13,08
Okt. 26,7 12,63 13,84
Nov 26,4 12,42 13,27
Des. 26,2 12,28 12,90
Jumlah 150,11 162,27 ET selama 1
tahun
Nilai ET yang telah diperoleh pada tabel di atas
seharusnya masih harus dikoreksi/dikalikan dengan
faktor pengali sebagai penyesuaian terhadap letak garis
Rumus Penman
• Rumus lain untuk memperkirakan nilai evapotranspirasi
potensial berdasarkan gabungan pendekatan cara energy
balance method dan aerodynamic method juga banyak
dikembangkan. Salah satu rumus yang sering dipakai di
Indonesia dan beberapa negara Asia adalah rumus
Penman. Rumus Penman untuk hitungan
evapotranspirasi acuan (ETo) adalah sebagai berikut:
ETo  cW .Rn  (1  W ). f u 
. ea  ed 

Dengan:
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari),
W = faktor bobot temperatur,
Rn = radiasi neto ekuivalen dengan nilai evaporasi
(mm/hari),
f(u) = fungsi faktor kecepatan angin,
ea-ed = selisih tekanan uap jenuh dan nyata pada
temperatur udara (mbar),
c = faktor koreksi efek perubahan kondisi siang
malam.
Pengukuran Evaporasi dan
Evapotranspirasi

• Atmometer

• Panci Evaporasi

04/04/22 96
Perkiraan besarnya evaporasi
• Cara budget air
• E=P+IU–O  S
• Cara budget energi
• Persamaan empiris
– Thornthwite
– Blaney – Criddle
– Penman
– Turc – Langbein – wundt

04/04/22 97
Contoh Perhitungan dengan cara Penman

• Data yang diperlukan


– Lokasi (garis lintang)
– Ketinggian (elevasi)
– Suhu udara (o C)
– Kelembaban relatif
– Kecepatan angin ( h = 2m)
– Rasio keawanan (n/N)
– Koefisien dan parameter empiris

04/04/22 98
Prosedur Perhitungan
a. data suhu udara (t) menghasilkan
a1. Tekanan uap jenuh ea (atau e sat) (tabel )
a2.  kemiringan tekanan uap jenuh (tabel )
a3. Suhu absolut kelvin Ta = toC + 273
b. data kecepatan angin
b1. Tekanan uap air ed = h * ea
c. data lokasi atau gariis lintang (LS atau LU) didapat
c1. Harga radiasi maksimal RA (lihat tabel )
c2. Harga konstanta a dan b ( a = 0,2, b=0,8)
a = 0.29 dan b = 0,42 bb triadmodjo
c3. Lama kecerahan sinar matahari yang mungkin
atau albedo (lihat tabel)
c4. Koefisien pemantulan/albedo(air bebas = 0,6)
04/04/22 99
d. Perhitungan
• d1. Parameter dari aliran uap (Ea)
Ea = 0,35(ea-ed) * (0,5+0,54 U2)
• d1. Radiasi benda hitam steven boleman
Ta4 = 118,0 * 10-9 * Ta
• d2. Radiasi bersih disimpan di tanah RI
RI = RA (1-r) (a + b* n/N)
• d3. Radiasi yang dipantulkan kembali
RB =  Ta 4 (0,47 – 0,077/ed) (0,2 + 0,8 * n/N)
• d4. Jumlah bersih tenaga matahari yang tertinggal
H = RI – RB
• d5. Evaporasi air bebas
 H/60 + *Ea
Eo = ---------------------
+

04/04/22 100
Contoh perhitungan
• Perhitungan dengan menggunakan Metode Penman
dilakukan dengan memasukkan parameter pencatatan
klimatologi di Stasiun Klimatologi yang berada pada
07˚52’ LS dan 110˚55’ BT dengan ketinggian +104,00 m.
Data klimatologi yang digunakan meliputi data
kelembaban udara, kecepatan angin, lama peyinaran
matahari, dan suhu udara. Contoh perhitungan
Evapotranspirasi menggunakan Metode Penman pada
bulan Januari adalah sebagai berikut:

04/04/22 101
Data
- Temperatur (t) = 26,51 ˚C
- Kelembaban relatif (h) = 83,91 %
- Kecepatan angin (U2) = 2,13 m/dt
- Rasio keawanan (n/N) = 43,51 %
- Koefisien pemantulan (r) = 0,25

04/04/22 102
Perhitungan dari tabel
- Radiasi angot (RA) = 945,16 cal/cm2/hari
(Tabel Lampiran Perhitungan.)
- Tekanan uap jenuh rata – rata (ea) = 26,04 mmHg
(Tabel Lampiran Perhitungan.)
- Tekanan uap jenuh air di udara (ed) = ea x h
= 26,04 x 83,91 %
= 21,85 mmHg
- Tangen lengkung tekanan uap jenuh (Δ) = 1,53 mmHg/˚C
(Tabel Lampiran perhitungan)

04/04/22 103
Contoh mencari nilai RA & ea
Angka Angot (RA) 26.51 Tekanan Uap Jenuh (ea)
LS Jan Jan Feb
0 885
10 965 26 25.31 26.0448 25.9099
lintang 7.9 948.2 27 26.74 0 0
7o52'

26.51 Tangen Lengkung Tekanan Uap Jenuh dari Ud


Jan
t Δ
26 1.49 1.53
27 1.57
04/04/22 104
Mencari Ta , Ta4, dan RI

- Suhu absolut (Ta) = 273 + t ˚C


= 273 + 26,51
= 299,51 K
- Radiasi benda hitam (Ta4) = 118,0 x 10-9 Ta
= 118,0 x 10-9 x 299,51
= 949,62 cal/cm2/hari
- RI  
= RA  1  r   a  b  n
N
= 945,16 (1- 0,25) (0,28 + 0,48.43,51)
= 346,53 cal/cm2/hari

04/04/22 105
Menghitung Rb, H dan Ea

- RB  
= Ta 4  0,47  0.077  ed  0,2  0,8  n
N

= 949,62 (0,47–0,077 21,85 ) (0,2+0,8.43,51 5)
= 57,28 cal/cm2/hari
-H = RI – RB
= 346,53 – 57,28
= 289,25 cal/cm2/hari
- Parameter aliran uap (Ea) = 0,35  ea  ed   0,5  0,54  U 2 
= 0,35 (26,04-21,85) (0,5+0,54. 2,13)
= 2,42 mm/hari

04/04/22 106
Menghitung Eto dan Eto 30 hari

H    Ea
- Evapotranspirasi Potensial harian (Eto) = 60

1,53  289,25  0,49  2,42
= 60
1,53  0,49
= 4,24 mm/hari
- Evapotranspirasi Potensial bulanan = Eto x n hari
= 4,24 x 31
= 131,406 mm/bln

04/04/22 107
Hidrologi

SESI PERKULIAHAN
III & IV

04/04/22 108
INFILTRASI

• Infiltrasi
• Laju Infiltrasi
• Kapasitas Infiltrasi Kondisi permukaan,
struktur tanah, tumbuh-
tumbuhan, dan suhu

• Limpasan • Intensitas hujan


• kapasitas infiltrasi

04/04/22 109
Kurva Kapasitas Infiltrasi
Kurva kapasitas infiltrasi limpasan permukaan
Bagian atas curah hujan lebih limpasan
detensi permukaan
Bagian bawah curah hujan yang meresap ke tanah

fo

fc

t Standard ICC
04/04/22 (Infiltration capacity curve) 110
Kecepatan Infiltrasi (Infiltration Rate)
Kurve Infiltrasi ; Horton, 1930 :

f  fc  fo - fc . e  k.t
k kecil
kecepatan infiltrasi

i < fp fo
k besar
i > fp

fc fc

t t
Liku infiltrasi Variasi Infiltrasi dengan harga k
f = kapasitas infiltrasi pada suatu saat t (cm/jam)
fo = kapasitas infiltrasi permulaan
fc = kapasitas infiltrasi setelah mencapai harga tetap
k = konstante
t = waktu dihitung dari permulaan hujan
04/04/22 111
Persamaan Kurva Kapasitas Infiltrasi

Horton :

f  fc  fo - fc . e  k.t cm/jam

f : kapasitas infiltrasi pada suatu saat t


fo : kapasitas infiltrasi permulaan
fc : kapasitas infiltrasi setelah mencapai harga tetap
k : konstante
t : waktu dihitung dari permulaan hujan
04/04/22 112
f  f c   f o  f c .e  kt

log f  f c   log f o  f c   K .t log e

log f  f c   log f o  f c    K .t log e

1
t log f  f c   log f o  fc 
K log e
1 1
t log f  fc   log  f o  fc 
K log e K log e

04/04/22 113
1
m
K log
Bentuk e :
Umum y  mx  c
x  log f  f c 

1
c log fo  f c 
K log e

 Persamaan linear  Slope  negatif

 Jika t bertambah maka inf. berkurang


04/04/22 114
1
m -
Time (t)

K log10 e

Log10(f-fc)
04/04/22 115
Cara menentukan kapasitas infiltrasi :
1. Langsung Alat ukur infiltrasi

Infiltro meter
Rain simulator

Data hujan

2. Dianalisis Stasiun pengamat

Data limpasan
04/04/22 116
Analisis Hidrograf
Grafik hubungan antara waktu dan distribusi run off

Basin kecil ( < 10 ha )


ICC (Infiltration capacity curve)
Basin besar

Basin kecil Data curah hujan Intensitas H

Data pengukur debit Akibat curah hujan di atas

117
04/04/22
Penting

• Infiltrasi Selisih curah hujan - limpasan permukaan

• Antara waktu mulai hujan dan waktu mulai terjadi


limpasan suatu lag

• Infiltrasi dimulai pada saat mulai ada hujan lebih dan terus
terjadi meskipun hujan itu berhenti

• Pada akhir hujan lebih, infiltrasi terjadi pada seluruh daerah


lama-lama berkurang secara konstan selama periode
tertentu
118
04/04/22
Prosedur menentukan ICC Horner & Lloyd
1. Data curah hujan intensitas hujan
pola intensitas hujan
2. Data pengukuran debit hidrograf
(digambar di bawah 1 skala sama)
3. Cari besar hujan yang menyebabkan limpasan P
4. Cari besar limpasan luas daerah di dalam hidrograf dibagi luas
daerah Q
5. Cari infiltrasi selama periode tersebut F=P-Q
6. Cari lama waktu terjadi infiltrasi t
periode ekstra
t  waktu selama hujan lebih 
3
F
f
7. Cari t plot sebagai ordinat pada jarak t/q dari saat terjadinya hujan
04/04/22 119
lebih pada gambar intensitas hujan
Intensitas hujan, cm/jam 60
Luas Catchment Area = 0,5 hektare
50

40
• Curva
30
• infiltrasi
20
fa
10 fb
0
10 20 30 40 50 10 20 30 40

11,8 15,8
waktu
Run off, m3/detik

A = 100 m3 B = 150 m3

04/04/22 22 51 15 55 120
waktu
 5   5   10 
Pa   40 x    50 x    60 x   17,5 cm
 60   60   60 
 15   10 
Pb   45 x 
  35 x   17,08 cm
 60   60 
100
Qa  100 m 3  x 100  2 cm
5000
150
Qb  150 m 3 x 100  3 cm
5000
Fa  Pa - Qa  17,5 - 2  15,5 cm
04/04/22 121
51 - 40
ta  20   23,67 menit
3
Fa 15,5
ta/2  11,84 menit fa    39,3 cm/jam
ta 23,67
Fb  Pb - Qb  17,08 - 3  14,08 cm
55 - 35
tb  25   31,67 menit
3
tb/2  15,84 menit
Fb 14,08
fb    0,445 cm/menit
tb 31,67
 26,40 cm/jam

04/04/22 122
Basin besar
• Periode ekstra kecil, dibanding dengan waktu terjadinya hujan
lebih diabaikan
• Hidrograf tidak sensitif mengikuti variasi curah hujan

Ada 3 metode

• Data hujan dan data aliran cukup


• Data hujan, data aliran kurang cukup
untuk analisis infiltrasi indeks Q
Basin Recharge - Ia
• Index W 
Lama waktu hujan
(memisahkan kehilangan permulaan dari infiltrasi)
04/04/22 123
Langkah-langkah penyelesaian indeks Q

• Dari data hujan, tentukan intensitasnya, dan gambar sebagai pola intensitas
hujan
• Gambarkan hidrograf dari data aliran, tentukan base flow dan aliran langsung
• Jumlahkan aliran langsung, jumlahkan hujan yang ada
• Ubah aliran langsung tebal air
• Basin recharge : R - Q
• Cari lama hujan yang mungkin menyebabkan aliran langsung misal t
R -Q
Index Q 
t

• Kontrol apakah indeks Q hujan efektif yang terjadi = aliran langsung ??


Jika tidak sama :
• Trial t baru hujan eff = aliran langsung
04/04/22 124
• Gambarkan indeks Q pada pola intensitas hujan (sebagai kontrol)
12
Luas catchment area = 250 km2 11
10

mm/jam
Hujan mm jam m3/dt jam m3/dt 9
8
16 - 17 0 16 200 3 315 7
17 - 18 1 17 200 4 280 6
5
18 - 19 11 18 200 5 260
4
19 - 20 8 19 265 6 230 3
2,43 Q
20 - 21 12 20 425 7 210 2
1
21 490 8 200 0
21 - 23 5 22 500 9 200 17 18 19 20 21 23 24 1 2 3
23 - 24 4 23 455 10 200 jam
500
24 - 1 2 24 425
m3/dt

1 - 2 1 1 390
2 - 3 0 2 350 200

04/04/22 125
jam
Waktu Aliran Aliran Aliran
(Pukul) Dasar Langsung
1770 x 3600
m3/dt m3/dt m3/dt Aliran langsung :  0,0254 m
250 x 10 6
18 200 200 0
19 265 200 65  25,4 mm
20 425 200 225
21 490 200 290
22 500 200 300 Trial t = 9 jam
23 455 200 255 Basin recharge : 44 - 25,4 = 18,6 mm
24 425 200 225 18,6
1 390 200 190 Index Q   2,1 mm 3 /jam
9
2 350 200 150
3 315 200 115 Hujan di bawah 2,1 mm/jam tidak efektif
4 280 200 80 Kontrol hujan eff : 40 - 6 . 2,1
5 260 200 60 = 40 - 12,6
6 230 200 30 = 27,40  25,4
7 210 200 10
8 200 200 0
14 1770
04/04/22 126
Trial t = 6 jam
Basin recharge : 40 - 25,4 = 14,6 mm

14,6
Index Q   2,43 mm 3 /jam
6

Hujan di bawah 2,43 mm/jam tidak efektif


Kontrol hujan efektif : 40 - 6 . 2,43
: 40 - 14,58
: 25,42 25,4 mm

 Index Q  2,43 mm 3 /jam dapat dipergunakan


dengan hujan selama t  6 jam

(sebagai kontrol plot pada pola intensitas)

04/04/22 127
SESI PERKULIAHAN VII-VIII

HIDROMETRI
DAN ALIRAN
04/04/22
SUNGAI 128
HIDROMETRI :
• Ilmu utk mengukur air
• Ilmu utk mengumpulkan data dasar
bagi analisa hidrologi
• Data dasar :
Tinggi Muka Air (TMA)
DEBIT aliran

04/04/22 129
Tinggi Muka Air (TMA)
- Dengan Papan Duga (staff gauge)

Papan Duga Vertikal Papan Duga Vertikal

04/04/22 130
Tinggi Muka Air (TMA)
- Dengan alat ukur otomatik
(Automatic Water Level recorder/AWLR)

Banjir ! !
?

04/04/22 131
Pengukuran Debit :
Area-Velocity method : Q = A.V

Current Meter

A = luas tampang basah


V = kecepatan aliran yang diukur dg current meter
04/04/22 132
Rating Curve :
Grafik hub antara kedalaman air
(H) dan debit (Q)

Q ( m3/detik)
Rating Curve
dimana ?.

04/04/22 H (m) 133


Istilah penting : Hidrograf : hub antara
tinggi/debit dengan waktu

debit
waktu

A Base flow:
Time Of Concentration: Debit minimum yg masih ada
waktu yg dibutuhkan oleh air krn adanya aliran keluar dari
utk mengalir dr titik yg terjauh akifer
04/04/22 134
sampai statiun pengukuran A
Berdasarkan kontinuitas aliran, SUNGAI :
• EPHEMERAL RIVERS:
- aliran pd saat hujan saja
- m.a.t. << dasar sungai

t
04/04/22 135
• INTERMITTEN RIVERS:
- aliran selama musim hujan dan tidak mengalir selama
musim kering (kecuali kalau ada hujan)
- m.a.t. << dasar sungai pd musim kering

hujan

kering
t
04/04/22 136
• PERENNIAL RIVERS:
- mengalir sepanjang tahun -> wouw…. rawan
- m.a.t. selalu >> dasar sungai banjir dong !

t
04/04/22 137
SESI VII
• MID SEMESTER
• KUNJUNGAN LAPANGAN

04/04/22 138
Sesi perkuliahan IX

04/04/22

139
Jump to first page
SIFAT-SIFAT DAERAH ALIRAN
(CATCHMENT) KECIL
DISTRIBUSI HUJAN DIANGGAP SAMA
SEPANJANG WAKTU DAN TEMPAT

DURASI HUJAN LEBIH LAMA DARI


“CONCENTRATION TIME”

HUJAN (TERUTAMA) DARI ALIRAN PERMUKAAN

PROSES PENAMPUNGAN HUJAN DIABAIKAN

04/04/22

140
Jump to first page
Pengertian :

Banjir
Aliran yang relatif lebih tinggi  tidak tertampung lagi
oleh alur sungai / saluran

Debit banjir maksimum tahunan Q


Puncak debit / hidrograf
tertinggi selama 1 tahun
pencatatan  m3 / dt
t
Banjir rata-rata tahunan
04/04/22 Jumlah banjir maksimum tahunan dibagi jumlah tahun

141
Jump to first page
Kala ulang
Selang waktu pengulangan banjir pada kurun
waktu tertentu (T) , mis : 5 tahunan, 10 tahunan
Probabilitas kejadian banjir
Kemungkinan terjadinya banjir pada sembarang tahun
(p)
Debit banjir rencana
Debit maksimum dari suatu sungai yang besarnya
didasarkan kala ulang tertentu
Debit desain
Debit banjir maksimum yang ditentukan
04/04/22
berdasarkan kala ulang, faktor keamanan, ekonomi,
dan142
sosial
Jump to first page
Metode rational

• Untuk daerah yang belum memiliki data


hujan / debit (ungauged sites)
• Untuk daerah pengaliran sungai yang kecil
(small catchments)
04/04/22

143
Jump to first page
Qp = Puncak debit
C = Koefisien run off
Qp = C . I . A I = Intensitas hujan rata-rata
A = Luas catchment
I A Q
Q = 2 ,7 8 O C . I . A  m m /ja m ha l/d t
2
Q = 0 ,2 7 8 C . I . A  m m /ja m km m 3/d t
Q = 1 ,0 0 8 C . I . A  in c i/ ja m acre C fs = f3/d t

U S S U A L L Y
N E G L E C T E D
04/04/22

144
Jump to first page
Aplikasi Metode Rasional
Beberapa Qp pada area 1 km2 dengan
karakteristik sbb :
AA = 0,4 km 2 ; AB = 0,6 km2
CA = 0,6 ; CB = 0,3
tcA = 20 menit ; tcB = 60 menit A
B
Gunakan assumsi kala ulang (t) = 10 tahun
dengan fungsi IDF
1000T 0 , 2
I 
(t r  20) 0 , 7

04/04/22

145
Jump to first page
SOLUSI
L a m a h u ja n tr I n te n s ita s H u ja n K o n t r ib u s i a r e a B
( m e n it) ( m m / ja m ) (k m 2)
20 1 1 9 ,8 3 0 ,2
30 1 0 2 ,5 0 0 ,3
40 9 0 ,2 2 0 ,4
50 8 0 ,9 9 0 ,5
60 7 3 ,7 6 0 ,6

Qp = 0,278 x 119,83 (0,6 x 0,4 + 0,3 x 0,2 ) = 10 m3/dt

Kontribusi area B dihitung dengan assumsi bahwa


04/04/22
konsentrasi aliran linear ke outlet
146
Jump to first page
Sesi Perkuliahan X

ANALISA FREKUENSI

04/04/22 147
ANALISA FREKUENSI
Analisa yang dilakukan berdasarkan sifat
statistik data yang tersedia untuk memperoleh
probabilitas besar air hujan (debit) di masa yang
akan datang
Sifat statistik data yang akan datang dianggap
sama dengan sifat statistik data yang tersedia
Jenis distribusi frekuensi yang sering digunakan
1. Normal dan Log Normal
2. Pearson tipe III Log Person Type III.
3. Gumbel

04/04/22 148
I. DISTRIBUSI NORMAL
Px Luas dibawah kurva = 1


P(  x  )   P( x)  1

 x  x
• Untuk aplikasi digunakan tabel luas berdasar
x μ
t
04/04/22
σ 149
Contoh :
Suatu DPS mempunyai Rrata-rata = 2527 mm/th dan  = 586
mm
/th.
Bila data hujan sebarannya normal, tentukan :
1.Peluang curah hujan kurang dari 2000 mm/th
2.Peluang curah hujan lebih dari 3500 mm/th
3.Peluang hujan antara 2400 dan 2700 mm/th
4.Bila hujan (R) rata-rata dihitung dari data 100 tahun,
berapa jumlah data yang R-nya antara 2400 2700 mm/th ?
04/04/22 150
Solusi
1.

tabel
2000 2527 x
2000  2527
t  0.899
586
P ( X  2000)  P (t  0.8999)  0.1867
 R  2000 mm berpeluang 18.67%
04/04/22 th 151
2.

25273500 x
3500  2527
t  1.66
586
P ( X  3500)  P (t  1.66)
 1  P (t  1.66)  1  0.9515
 0.0485
 Hujan  3500 mm berpeluang 4.85152%
04/04/22
th
3.

2400 2527 2700

2400  2527
P ( x  2400)  t 
586
 0.216
2700  2527
P ( x  2700)  t 
586
04/04/22
 0.296 153
P (2400  x  2700)  P (0.216  t  0.296)
 P(t  0.296)  P (t  0.216)
 0.6141  0.4168  0.1973
 Hujan antara 2400  2700 mm memp. peluang 19.75%
th

4.
Jumlah data yang curah hujannya antara 2400-2700
mm
/th adalah = 0.1973 x 100 data
= 19.73 data
04/04/22 154
Analisa distribusi Grafis
Frekuensi Analitis

Cara grafis mem-plot data pada kertas probabilitas

N 1 m
Rumus Weibul : T  ; P
m N 1

Cara matematis digunakan bila grafik tidak lurus

Rumus Umum ; X T  x  k .s
Xt = nilai variat x pada periode ulang T tahun
x = nilai variat x rat-rata
04/04/22 155
k = faktor frekuensi ; s = standart deviasi
II DISTRIBUSI GUMBLE
S
X  X  (Y  Yn )
Sn
Rumus Umum Garis Lurus
X  X  k.S
Gumbel  X T  X  k.S

Y = nilai reduksi variat dari variabel yang


diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun 
tabel
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat  tabel
04/04/22 156
Sn = deviasi standart dari reduksi variat  tabel
I I I. DISTRIBUSI LOG
PEARSON tipe III
Rumus Umum Garis Lurus
Y  Y  k.S

Y = nilai logaritmik dari data X


Y = nilai rata-rata dari y
S = standart deviasi dari y
K = karakteristik dari distribusi log pearson tipe III
04/04/22
 tabel 157
Sebelum membahas penerapan analisa frekuensi
dalam perhitungan banjir rencana , berikut
beberapa pengertian yang perlu dipahami

Prose pengalih ragaman


Analisa Hidrologi (transformasi) hujan debit
melalui sistem DAS

Output : Perkiraan besar Q atau R Rencana


untuk suatu bangunan air tertentu

04/04/22 158
Q/R rencana (design flood)

Nilai kala ulang (return periode yang


ditetapkan)
T

T Bangunan masih harus berfungsi baik,


minimal selama T tahun (secara
struktural /fungsional)

04/04/22 159
Besaran banjir untuk
Design flood menentukan dimensi
bangunan - bangunan hidro-
lik sehingga kerusakan
Debit puncak yang ditimbulkan oleh
Volume banjir banjir tidak boleh terjadi
selama besaran banjir itu
TMA
tidak terlampaui
hidrograf

04/04/22 160
Penetapan banjir Rancangan
(QR)

Tergantung :
1. Data yang tersedia
2. Daerah yang dilindungi  Teknis

3. Dana yang ada  Ekonomi

4. Ukuran / jenis proyek  Sosial

5. Kebijaksanaan politik  Keuangan


04/04/22 161
Dalam praktek analisis hidrologi :
Teknis  cara penetapan QR dipengaruhi :
• Data yang ada
• Tingkat ketelitian
• DAS yang ditinjau

1. Banjir maksimum terukur


 Digunakan bila tak ada data sama sekali
 Digunakan pada kondisi memaksa
 Digunakan pada tahap awal perencanaan (FS)
04/04/22 162
2. Rumus Empirik
Berdasarkan pengamatan/percobaan
• Digunakan bila : - data sedikit, DAS kecil
• Menghasilkan satu debit puncak yang tergantung
paremeter DAS
• Example : Rumus Rasional Q = C.I.A
• Banyak kesalahan dibandingkan cara statistik 
tergantung besaran C yang digunakan  subyektif
Usually
neglected
I A Q
Q= 1,008 C.I.A Inci/jam Acre Cfs = f3/dt
Q= 0.278 C.I.A Inci/jam Km2 m3/dt
Q= 2.78
04/04/22
C.I.A Inci/jam Ha l/dt 163
3.Pemanfaatan Data Hujan
 Berdasar persamaan rasional/empirik
 Parameter DAS sebagai unsur pokok  subyektif
 Lebih cocok untuk urban area
 Dapat dikaitkan dengan return – periode yang
dikehendaki

Diragukan kesesuaian
Weduwen, Melchior, Havpers  dengan kondisi Ind. (Sri
Harto, ’85)
  
Penyimpangan
89,72 % 85,26 % 55,01 %  dibandingkan dengan
04/04/22 164
analisis frekuensi data debit
4.Probable Maximum Flood (PMF)
• Q>>>> bangunan sangat mahal
• Untuk bangunan multipurpose dan menyangkut
“human life” (spillway pada bendungan)
• Probable maximum precipitation (PMP) digunakan
jika data debit tidak ada
Estimasi PMP : X Max  X n  K Max .Sn

15 ( hershfield '61 )
Contoh penggunaaan PMF : Bend. Jatiluhur, Wadaslintang,
Mrica, Wonogiri, Saguling, Cirata, Bili-bili
04/04/22 165
5.Analisis frekuensi (cara Statistik)
• Cara terbaik dengan memanfaatkan langsung data aliran
sungai
• Distribusi normal, Log Normal, Log-PersonIII, Gumble

Urutan analisis
1. Parameter : x ,S, Cv, Cs, Ck
2. Urutkan data dari besar  kecil
3. Plot pada kertas
4. Tarik garis (curve fitting) dengan metode : Graphical(visual),
least square, moment, maximum likelly hood

Analitis : X  X  k.S  persamaan umum analisa


frekuensi hidrologi
04/04/22 166
 Hub. K  T  tabel
6. Model hidrologi

Sajian sederhana (simple representation) dari


sistem hidrologi yang kompleks

• Stokastik  konsep probabilitas


• deterministik

04/04/22 167
Sesi perkuliahan XII/XIII/XV

PERHITUNGAN DEBIT BANJIR


(METODE STATISTIK)
04/04/22 168
DEBIT BANJIR RENCANA {m3/det}
 Sebagai dasar perencanaaan bangunan
keairan
Pengertian

Banjir : aliran yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh
alur sungai /saluran

Debit banjir maksimum tahunan


Q
Debit aliran sesaat dengan puncak hidrograf
tertinggi selama 1 tahun pencatatan
04/04/22 169
t
Banjir Rata - rata tahunan : • Jumlah banjir
Q  Q m2    Q mn  maksimum tahunan
 dibagi tahun kejadian
maks1

n
Kala ulang
Selang waktu pengulangan suatu kejadian (banjir)
pada kurun waktu tertentu (T), misal : 5 th, 10 th,
…100 th.

Probabilitas kejadian debit banjir


 Kemungkinan terjadinya banjir pada sembarang
tahun (P)
04/04/22 170
Debit banjir rencana

 Debit maksimum dari suatu sungai/


saluran yang besarnya didasarkan kala
ulang tertentu

Debit desain
 Debit banjir maksimum yang ditentukan berdasarkan
kala ulang, faktor keamanan, ekonomi, dan sosial

04/04/22 171
PERHITUNGAN DEBIT
BANJIR (RENCANA)
Data yang diperlukan :
 Karakteristik Daerah Pengaliran Sungai (DPS)
(luas, kemiringan, bentuk, data-data geologi,…
dll)
 Hujan : tinggi curah hujan, intensitas hujan,
periode pencatatan.
 Debit sungai  debit banjir tahunan
 Morfologi sungaai :~ L, B, i, n
04/04/22 172
Metode penghitungan :
Rumus Empiris  DAS kecil.
Prosedur Statistik
Unit hidrograf

Penentuan metode perhitungan:


 berdasar :
 Data yang tersedia
 Keputusan (engineering judgment) si designer
04/04/22 173
Cara statistik
• Berdasarkan data hidrologi yang lalu 
untuk prediksi kemungkinan terjadi
banjir dimasa yang akan datang.

• Phenomena hidrologi : banjir, hujan,


waktu terjadinya sangat random (sangat
tidak beraturan)

04/04/22 174
Variabel statistik hidrologi
• Kontinyu ( a)
• Deskrit (b)
500

400
Tgl Jam H Q
300
1-1-76 12.00 0.5 4
Debit m3/det

5-6-76 10.00 0.3 1.1


200

100

3-12-80 4.30 0.4 2.5
0
J F M A M J J A S O N D
Bulan
A) Continous
04/04/22
Time Series B) Discontinous Time Series
175
Var. debit  Q = 100 m3/det

Variat = sebuah nilai numerik dari sebuah variabel

Susunan data var. Hidrologi. :


• Deret berkala : data disusun menurut waktu (a) & (b)
(Time series)
• Distribusi : data disusun menurut besarnya
(kecil besar atau sebaliknya
• Frekuensi : jumlah kejadian dari sebuah variate
dari variable diskrit
• Distribusi frekuensi :
S frek

04/04/22 176
3 Nilai data
Devasi rata- Nilai rata - rata penyim-pangan
mutlak dari rata -rata hitungan
rata untuk semua nilai variat

Penyimpangan

1 n
MD 
n

i 1
xi  x

MD = mean deviaton ( penyimpangan rata-rata)


xi = nilai variat ke-i
x = rata-rata xi
04/04/22
n = jumlah data 177
•Deviasi Standar dan Varian
n n

 (x i  x) 2

2
 (x i  x) 2

S i 1
S  i 1
n n
Deviasi standar Varian
S>>> penyebaran data sangat besar terhadap nilai rata-ratanya
•Koefisien variasi (CV = variation coefficient)
S S = deviasi standar
CV  x = rata-rata hitung
x
S
dalam
04/04/22 persen : CV   100 % 178
x
•Kemencengan (skewness)
= nilai yang menunjukkan derajat ketidak simetrisan dari
suatu bentuk distribusi

Pengukuran kemencengan  coeffisien of skewness (CS)

α
CS  3 (untuk populasi)
σ
α S = deviasi
CS  3 (untuk Sample)
S standar
n
a n
(n - 1)(n - 2) xi  x 
3

04/04/22 i 1 179
frekuensi

frekuensi
x  Md nilai Md x nilai
frekuensi

nilai
x Md
•Median (Md) = nilai tengah dari suatu distribusi
= variabel yang membagi distribusi menjadi 2
04/04/22 bagian yang sama 180
1. Distribusi Normal
Data debit hujan yang telah dihitung besar periode
ulangnya, jika digambarkan pada kertas grafik
peluangnya  garis lurus

Persamaan Umum Garis Lurus


x  x  k.S
X = nilai debit pada periode ulang T tahun
x = nilai rata-rata variat
S = deviasi standar nilai variat
K 04/04/22
= faktor frekuensi 181
contoh
Tentukan debit dengang periode ulang 2 ,5 , 10, 20, dan 50
jika datanya mengikuti model distribusi normal
Data x = 92,16 juta m3/th
S = 25,95 juta m3/th
Pers. Garis Lurus X = 92,16 + (25,95).k

Berdasarkan nilai variabel reduksi gauss, diperoleh


X2 = 92,16 + (25,95) . 0 = 92,16 juta m3/th
X5 = 92,16 + (25,95) . 0,84 = 113,95 juta m3/th
X10 = 92,16 + (25,95) . 1,28 = 125,37 juta m3/th
X20= 92,16 + (25,95) . 1,64 = 134,71 juta m3/th
X50 = 92,16 + (25,95) . 2,05 = 145,35 juta m3/th
Note :  Tabel data
04/04/22 182
 tabel nilai var. reduksi gauss
2. Metode Gumbel
S
 x  (Y - Yn ) .
Sn
Rumus umum garis lurus : x  x  k .S
Gumbel  xT  x  k .S
XT = hujan/debit dengan periode ulang T tahun
x= hujan/debit rata-rata
S = standar deviasi
Y = nilai reduksi variat dari variable yang diharapkan
terjadi pada periode ulang T. Tabel  hubungan
antara T dan Y
Yn = nilai rat-rata dari reduksi variat  nilainya tergantung
dari jumlah data  tabel
Sn = deviasi standar dari reduksi variat  tergantung n 
04/04/22 183
tabel
contoh
Hitung debit banjir maksimum DPS Citarum
Nanjung pada periode ulang 2, 5, 10, 50, dan 100
tahun dengan data sebagai berikut
n = 30 ; x = 286,20 m3/det ; S = 55,56 m3/det
Rumus umum garis lurus
S
Gumbel  xT  x  (Y - Y30 ) .
S30
55,56
x2  286,2  (0,3665 - 0,5362) .  275m 3 /det
1,1124
x5  286,2  (1,4999 - 0,5362) .49,946  334 m 3 /det
x10  286,2  (2,2504 - 0,5362) .49,946  372 m 3 /det
x20  286,2  (2,9019 - 0,5362) .49,946  404 m 3 /det
x50  286,2  (3,9019 - 0,5362) .49,946  454 m 3 /det
286,2  (4,6001 - 0,5362) .49,946  489 m 3184
x100 04/04/22 /det
3. Metode Log Pearson type III

Rumus garis lurus : y  y  k .S

y = nilai logaritmik dari x


= nilai rata-rata dari y
y
S = standar deviasi dari y
K = karakteristik dari distribusi log pearson
type III  tabel

04/04/22 185
Prosedur menentukan kurve distribusi log pearson
tipe III

1) Tentukan logaritma dari semua nilai variat x


2  Hitung nilai rata - rata; log x 
 log x
n
3 Hitung nilai deviasi standar dari log x ;
 log x  log x 2

S log x 
n 1
n log x- log x 
3

4  Hitung koefisien skewness ; cs 


n  1n  2S log x 3

 Persamaan semula menjadi ; log x  log x  k (S log x)

5) Tentukan anti log dari log x


04/04/22 186
contoh
Tentukan debit pada T = 2, 5, 10, 25, & 50 tahun.
Dengan data sebagai berikut : (tabel data)
Dari data diperoleh :
log x  1,4247
S log x  0 ,1754
cs  -0 ,4009
Persamaan : log x = 1,4247 + k (0,1754)
Dari cs = - 0,4009  nilai k dari tabel
Q5 = log X5 = 1,4247 + 0,855 . (0,1754)
log X5 = 1,5746  X5 = 37,55
Q50 = log X50 = 1,4247 + 1,834 . (0,1754)
04/04/22 187
log X5 = 1,7463  X5 = 55,76
Hasil selengkapnya :
Periode Ulang Peluang Q
No
(th) (%) (m3/det)
1 2 50 27,30
2 5 20 37,55
3 10 10 43,71
4 25 4 50,86
5 50 2 55,76
04/04/22 188
SESI PERKULIAHAN IX

Penelusuran Banjir
(FLOOD ROUTING)
04/04/22 189
Penelusurn Banjir Di Sungai
TUJUAN
 Menentukan UH dibeberapa lokasi bedasarkan UH
dari tempat lain di sungai yang sama
 Peramalan banjir jangka pendek

METODE MUSKINGUM
Penelusuran banjir sungai dengan assumsi
Tidak ada anak sungai yang masuk
Penambahan /pengurangan air diabaikan
Hidrograf diket Hidrograf
dicari = ?
A
04/04/22 B 190
Persamaan kontinuitas : I - O =  S ................. 

Untuk interval waktu  t


I 1 I 2 O1  O2
I ;O  ; S  S 2  S1
2 2
I 1 I 2 O1  O2
 . t  . t  S 2  S1 ................... 
2 2

I1 & I2  diket dari hidrograf / debit yang diukur


O1 & S1  diket dari periode sebelumnya
O2 & S2  ? (dibutuhkan persamaan lain)....................
04/04/22 191
S = K { x . I + ( 1 - x ) O } .................................................... 
K = koefiien tampungan ( jam/hari)
x = faktor penimbangan yang mempengaruhi S
S1 = K { x . I1 + ( 1 - x ) O 1} ................................................ 
S2 = K { x . I2 + ( 1 - x ) O 2} ................................................ 
, ,   O2 = C0I2 + C1I1 + C2O1
Yang mana : C0 + C1 + C2 =1
K .x  0,5.t
Co  
K  Kx  0,5.t
K .x  0,5.t
C1 
K  Kx  0,5.t
K .  Kx  0,5.t
C2 
04/04/22 K  Kx  0,5.t 192
X dan K diperoleh dr. grafik hubungan antara S dan
XI + ( 1 - x ) O  yang berupa garis lurus

S
m3

X = X3
X = X1 X = X2 

xI + (1-x)O m3/dtk

S
K = tg   x ( I )  (1  x )O  .............dt

04/04/22 193
Contoh
I
Pada bagian sungai A - B
A
I = debit masuk di A data
B O
O = debit keluar di B data
Hitung K dan X dari ke-2 data tersebut
Hitung hidrograf debit keluar di B jika diketahui I di A pada lain
periode.
(lihat Hidrologi teknik - CD Soemarto hal 182-188)

04/04/22 194
Penelusuran Banjir Di Waduk

I ds/dt ds
I O 
dt
O
S
I = inflow
O
O = outflow

S = Storage

I1  I 2 O1  O2 S 2  S1
 
2 2 t
04/04/22 195
2S2 2 S1
 O2  I1  I 2   O1
t t

Unknown Known
(belum diketahui) (sudah diketahui)

Outflow hidrograf inflow hidrograf


kondisi awal (base flow dan storage)
kondisi fisik waduk
aturan operasi waduk

04/04/22 196
Contoh Reservoir routing melalui pelimpah

Diketahui : - lebar spillway = 10 m


- coef debit = Cd = 1,7
- Elevasi puncak Spillway = + 1070 m
- Elevasi puncak Dam = + 1076 m
- Base Flow 17 m3/dtk
- Elevasi awal waduk = + 1071 m
* Dengan melakukan routing, berapa elevasi maximum
muka air waduk?
* Gambar outflow hidrograf
(lihat Victor
04/04/22 M. Ponce, Engineering Hydroogy, hal 261-263) 197

Anda mungkin juga menyukai