Anda di halaman 1dari 68

TRAUMA

MUSCULOSCELETAL

By
AMRIH WIDIATI
TRAUMA
MUSCULOSCELETAL
 PENGERTIAN ?

 MACAM TRAUMA MUSCULOSCELETAL


1. KONTUSI
2. STRAIN
3. SPRAIN
4. FRAKTUR
5. DISLOKASI
KONTUSIO
 CEDERA JARINGAN LUNAK
 PENYEBAB :
 TENDANGAN
 PUKULAN
 JATUH
 MANIFESTASI :
 MEMAR
 HEMATOM
 EKIMOSIS
 GEJALA :
 NYERI
 BENGKAK
 PERUBAHAN WARNA
STRAIN
 TARIKAN OTOT

 PENYEBAB :
 REGANGAN BERLEBIH
 STRES LOKAL
 MANIFESTASI :
 ROBEKAN MICROSCOPIS
 PERDARAHAN JARINGAN
 GEJALA :
 NYERI TEKAN LOKAL
 NYERI TERLOKALISIR PADA
SAAT PENGGUNAAN OTOT
SPRAIN
 CEDERA LIGAMEN DISEKITAR SENDI

 PENYEBAB :
 GERAKAN MENJEPIT DAN MEMUTAR YANG
BERLEBIHAN DI SEKITAR SENDI
 MANIFESTASI :
 ROBEKAN LIGAMEN
 PEMBULUH DARAH TERPUTUS
 GEJALA :
 NYERI – SANGAT NYERI
 EDEMA
 PERUBAHAN WARNA
DISLOKASI
 INSTABILITAS STRUKTUR SENDI

 PENYEBAB :
 GERAKAN MEMUTAR YANG BERLEBIHAN DI SEKITAR
SENDI
 TRAUMA
 MANIFESTASI :
 ROBEKAN CAPSUL
 TULANG KELUAR DARI CAPSUL SENDI
 GEJALA :
 NYERI – SANGAT NYERI
 BENGKAK
 PERUBAHAN WARNA
DERAJAT INSTABILITAS DISLOKASI

 1stDegree  : Occult Joint instability (samar) kelihatan


hanya jika ada stressor

 2nd Degree : Subluxation (dislokasi tidak lengkap, lebih


ringan dari luxation)   
        
 3rd Degree : Dislocation (Luxation) à joint surfaces have
completely lost contact
SENDI RENTAN
DISLOKASI TRAUMATIK

 Shoulder
 Elbow
 Hip
 Inter phalangeal
 Ankle
FRAKTUR
 HILANGNYA KONTINUITAS TULANG

 PENYEBAB :
 TRAUMA
 STRESS / FATIQUE
 PATOLOGIS

 JENIS FRAKTUR :
 LOKASI ( DIA, META , DAN EPIFISIS )
 LUAS ( COMPLETE DAN INCOMPLETE )
 KONFIGURASI ( TR , OBQ , SPRLL , COM )
 HUB FRAKTUR ( TERBUKA DAN TERTUTUP )
TRAUMA
MUSCULOCELETAL

 TIDAK MENGUBAH PRIORITAS RESUSITASI


ABCD
 PERLU PEMERIKSAAN BERULANG UNTUK
MENCEGAH -> MISSED INJURIED
 PERLU PENANGANAN -> TEPAT & CEPAT
PRE – HOSPITALITY
CARE
 DI TEMPAT KEJADIAN :

1. PEMERIKSAAN FISIK
 PERDARAHAN : ADA / TIDAK
 FRAKTUR : ADA / TIDAK
 DEFORMITAS : ADA / TIDAK
 POSISI EKSTEMITAS : CEDERA NEUROLOGIS
 MOTORIK SENSORIK : NILAI
 SEX : KEMUNGKINAN RESIKO

2. TRANSPORTASI
 WAKTU GOLDEN PERIOR
 IMMOBILISASI SELAMA TRANSPORTASI
COMPLETE
TRAUMA CARE

MELIPUTI

1. PRIMARY SURVEY & RESUSITATION

2. SECONDARY SURVEY

3. RE-EVALUASI
PRIMARY SURVEY &
RESUSITATION

4 HAL UTAMA

◦ ABCD
◦ RESUSITASI
◦ IMOBILISASI FRAKTUR
◦ SAFE TRANSPORTATION
PRIMARY SURVEY
ABCD

A : AIRWAYS

B : BREATHING

C: CIRCULATION

D : DISABILITY
ABCD
A ( AIRWAYS MAINTENACE )
 Pertahankan Jalan Nafas
 Manual / Dengan Alat Bantu (pipa orofaring, pipa
endotrakheal, dll )
 Jaga Stabilitas Tulang Leher
  Periksa Jalan nafas dan cari adanya :
1.Benda asing
2.Fraktur mandibula/facial
3.Fraktur trakeal/laryngea
ABCD
B ( BREATHING )
 Menjaga ventilasi nafas berlangsung baik
 Pastikan pathways oksigenasi nafas baik
 Berikan
1. Oksigenasi konsentrasi tinggi

2. Pasang pulse oksimetri


ABCD
C ( CIRCULATION )
 Mempertahankan sirkulasi bersama dengan tindakan

untuk menghentikan perdarahan

 Pengenalan dini tanda-tanda syok perdarahan

 Prinsip-prinsip pemberian cairan sangat penting


ABCD
D ( DISABILITY )
 Pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan

adanya gangguan neurologis.

 Pemeriksaan Motorik
LANJUTAN
PRIMARY SURVEY
IMOBILISASI EKSTREMITAS
◦ Bidai & Traksi jika diperlukan

◦ Pertahankan pada posisi seanatomis mungkin

◦ Fungsi Bidai
1. Membantu mengentikan perdarahan
2. Mengurangi nyeri

3. Mencegah kerusakan lebih lanjut


LANJUTAN
PRIMARY SURVEY
PRINSIP IMOBILITAS EKSTREMITAS
◦ Periksa neurovaskular sebelum pasang Bidai

◦ Periksa perdarahan dan pulsasi

◦ Pasang bantalan di atas tonjolan tulang

◦ Pasang Bidai pada posisi ekstremitas dimana ditemukan


pulsasi di distal

◦ Jika pulsasi tidak ada luruskan ekstremitas


◦ Traksi hati hati hingga bidai terpasang sempurna

◦ Jangan meluruskan secara paksa

◦ Jika mengalami kesulitan, pasang bidai pada posisi yang


ditemukan.

◦ Segera konsulkan ke Ahli Orthopedi

◦ Catat status Neurovaskular sebelum dan sesudah pemasangan


Bidai

◦ Beri Antitetanus segera


LANJUTAN
PRIMARY SURVEY
MELURUSKAN DEFORMITAS

◦ Prinsip meluruskan ekstremitas yang patah adalah

mengembalikan panjang ekstremitas secara hati-hati

dengan tarikan lurus mengoreksi angulasi dan rotasi jut


LANJUTAN
PRIMARY SURVEY
MELURUSKAN DEFORMITAS TERDIRI DARI 3

BAGIAN BESAR

 EKSTREMITAS ATAS

 EKSTREMITAS BAWAH

 NEUROLOGIS
LANJUTAN
PRIMARY SURVEY
EKSTREMITAS ATAS

1. Humerus
Pegang siku dan tarik ke bawah, setelah lurus bidai dipasang
dan lengan dipertahankan dengan sling dan swath ke dinding
dada.

2. Radius Ulna
Tarik pergelangan tangan ke bawah dengan siku ditahan
sebagai kontraksi. Bidai dipasang di lengan bawah dan
dielevasikan.
GANGGUAN VASKULAR DAN NEUROLOGIS

 Fraktur disertai trauma neurovaskular perlu diluruskan dengan hati-

hati.

 Konsultasi bedah segera dikerjakan.

 Jika trauma neurovaskular bertambah setelah diluruskan dan dibidai,

bidai dilepas dan tungkai dikembalikan keposisi semula dimana aliran

darah dan status neurologi maksimal.

 Ekstremitas diimobilisasi dalam posisi ini.


GANGGUAN NEUROLOGIS
◦ C5 - Sisi lateral dari lengan atas (juga N.axilaris)

◦ C6 - Sisi palmar ibu jari dan telunjuk (N.medianus)

◦ C7 - Sisi palmar jari tengah.

◦ C8 - Sisi palmar jari kelingking (N.ulnaris).

◦ T1 - Sisi dalam lengan bawah.

◦ L3 - Sisi dalam paha.

◦ L4 - Sisi dalam tungkai bawah,terutama diatas maleolus medialis.

◦ L5 - Dorsal kaki diantara ibu jari dan jari kedua (peroneus communis)

◦ S1 - Sisi lateral kaki.


Jenis Splint ( Bidai )

Rigid Splints

Pressure Splints

Traction Splint

Improvised splints
Rigid Splints
Splint jenis yang banyak digunakan
Examples are the Timmins, Sam, and ladder
splints.
Traction Splints

 Berupa Alat Counter-tarik terhadap otot spasmatic untuk


mencapai imobilisasi patah tulang paha. Contohnya adalah
Hare, Sager, dan splints Banyak.
Traction Splints - Contraindications

Cedera lebih dari dua inci dari lutut


Lutut juga telah terluka
Pinggul yang terluka
Panggul terluka
Ada amputasi parsial
Pressure Splints

 Splints dengan utilize air pressure to menjaga immobilization.


 Contoh PASG ( pneumatic antishock garment )
Improvised Splints
 Menggunakan bahan yang kaku , kuat dan ringan untuk
mempertahankan imobilisasi ekstremitas
 Contohnya adalah majalah, papan kayu, sapu menangani,
bantal, gulungan selimut, dll.
Sling and Swathe

Digunakan untuk immobilize bahu dan


ekstremitas atas yang cedera
PRINSIP IMOBILISASI
 Jika tidak mengancam jiwa , ditunda hingga secondary
survey
 Harus dilakukan sebelum merujuk
 Setelah bidai -> Pemeriksaan Neuro
 Fraktur tertentu -> Bidai khusus
1. Pelvis : PASG

2. Spinal : Long Spine Board


PRINSIP IMOBILISASI
EKSTERIMITAS ATAS

1. BAHU : SLING & SWATH / BALUTAN VELPEAU

2. LA : SLING & SWATH / BALUTAN TORACO BRACIAL

3. SIKU : FLEKSI DENGAN BIDAI / SLING SWATH

4. LB & PT : IMOBILISASI BIDAI + BANTALAN

5. TANGAN : PERGELANGAN DORSOFLEKSI & MCP

FLEKSI 45’ DENGAN KASA ROL & BIDAI PENDEK


PRINSIP IMOBILISASI
EKSTERIMITAS BAWAH

1. FEMUR : SKIN , SKELETAL OR SPLINT TRACTION

2. LUTUT : LUTUT FLEKSI 10’ , LONG LEG SPLINT ,

BIDAIKAYU

3. TIBIA : MELIPUTI TUNGKAI BAWAH , LUTUT , ANKLE

LONG LEG SPLINT , GIPS , DAN BIDAI KAYU

4. ANKLE : BIDAI , BANTAL / KARTON DENGAN BANTAL


KELOLA NYERI
ANALGESIA TRAUMA SENDI & FRAKTUR

BILA PERLU :
1. Narkotika IV dosis rendah
2. Sedative
3. Muscle Relaxan
4. Peralatan resusitasi
SECONDARY SURVEY
 Survey sekunder adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan dari
ujung rambut sampai ujung kaki, dari depan sampai belakang
dan setiap lubang dimasukkan jari ( tube finger in every
orifice ).
 Survey sekunder hanya dilakukan apabila penderita telah stabil.
 Keadaan stabil yang dimaksud adalah keadaan penderita sudah
tidak menurun, mungkin masih dalam keadaan syok tetapi tidak
bertambah berat.
SECONDARY SURVEY
Meliputi

 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan radiologis
SECONDARY SURVEY
A. ANAMNESA
Anamnesis harus lengkap karena akan memberikan gambaran
mengenai cedera yang mungkin diderita. Beberapa contoh yang dapat
dilhat sebagai berikut:

1. Tabrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk


pengaman mengalami:

cedera wajah, maksilofacial, servikal, thoraks, abdomen dan


tungkai bawah.
2. Jatuh dari pohon setinggi 6 meter:

perdarahan intrakranial, fraktur servikal atau vertebra lain, fraktur

ANAMNESA AMPLE ?
 A : alergi
 M : medikasi/ obat-obatan
 P : penyakit sebelumnya yang diderita ( misalnya hipertensi, DM )
 L : last meal ( terakhir makan jam berapa )
 E : events, yaitu hal-hal yang bersangkitan dengan sebab dari cedera.
SECONDARY SURVEY
B. PEMERIKSAAN FISIK
 Kulit kepala
 Wajah
 Vertebrae ( Cervical , Thoracal , Lumbal )
 Abdomen
 Pelvis
 Ekstremitas
SECONDARY SURVEY
4 KOMPONEN UTAMA PEMERIKSAAN
FISIK
 KULIT

 NEUROMUSCULAR
 SIRKULASI

 INTEGRITAS LIGAMENTUM
SECONDARY SURVEY
LIHAT DAN TANYA
◦ Warna kulit

◦ Seluruh tubuh ( laserasi / abrasi )

◦ Log – Rolling

◦ Luka + Patah Tulang

◦ Observasi Motorik
SECONDARY SURVEY
RABA
◦ Sensori dan nyeri tekan

◦ Fraktur : Nyeri tekan + , bengkak , deformitas

◦ Evaluasi : Adanya Compartment Syndrom

◦ Sendi : Bengkak , nyeri tekan , efusi & gerak abNormal


SECONDARY SURVEY
PEMERIKSAAN SIRKULASI
◦ Pulsasi dan pengisian kapiler

◦ Ggn Vascular ( Paraestesia kaus kaki / sarung tangan)

◦ Trauma Arteri
 Luka terbuka / fraktur
 Perbedaan pulsasi , dingin , pucat, paraestesia , dan Motorik
Abnormal
 Doppler : Ankle Brachial Index < 0.9
PEMERIKSAAN MOTORIK EKSTREMITAS YANG

HARUS DIKERJAKAN
 Abduksi bahu - N. axilaris, C5.
 Fleksi siku - N. muskulokutaneus, C5 dan C6
 Ekstensi siku - N.radialis, C6, C7, dan C8.
 Tangan dan pergelangan - Kekuatan genggaman dorsofleksi
pergelangan (N. radialis, C6) dan fleksi jari jari (N medianus dan
ulnaris, C7 dan C8).
 Aduksi dan abduksi jari - N ulnaris, C 8 dan T1.
 Ekstremitas bawah- dorsofleksi ibu jari dan pergelangan kaki
memeriksa N.peroneus profundus, L5, dan plantar fleksi memeriksa
N.tibialis posterior, S1.
 Pemeriksaan tingkat kekuatan otot menurut standar. Pemeriksaan ini
spesifik sesuai dengan gerakannya.
TRAUMA MUSCULOSCELETAL
YANG MENGANCAM JIWA

TERDIRI DARI 2 UTAMA


 PELVIS TRAUMATIC WITH BLEEDING
 ARTERI
TRAUMA PELVIS
 MEKANISME TRAUMA
 Sering disebabkan oleh fractur Sacroiliaka
 Akan membuka Pelvic Ring , merobek plexus vena da arteri iliaca Tabrakan
sepeda motor / pejalan kaki
 Cedera sopir akibat tabrakan mobil
 Mengenai perineum , rektum dan bokong
 Jatuh dari ketinggian > 3,5 m

 JENIS

 Compession AP
 Compression Lateral
TRAUMA PELVIS
 PEMERIKSAAN

 Bengkak / hematoma

 Instabil pelvic trauma

 Pada patah tulang terbuka


 High Riding Prostate / Meatal Bleeding
 Instabilitas Mekanik
 Bila stabil lakukan Foto Rontgen pelvis AP
TRAUMA PELVIS
 PENATALAKSANAAN

 Resusitasi cairan

 Penghentian perdarahan

 Stabilitas mekanik & eksternal Counter Pressure :


Pelvic Sling , traksi , PASG
 Balut tekan
PERDARAHAN BESAR ARTERIAL
 TRAUMA
 Trauma tumpul
 Trauma tajam / tusuk
 Perdarahan terbuka

 PEMERIKSAAN

 Ekstremitas dingin dan pucat


 Pulsasi –
 Nadi berubah
 Hematoma cepat membesar
 Pemeriksaan Doppler dan Ankle / Brachial Index
PEMERIKSAAN ANKLE / BRACIAL
INDEX
PENGELOLAAN PERDARAHAN
ARTERIAL
 Tekanan langsung dan resusitasi cairan agresif

 Bila perlu : torniket pneumatik

 Tidak dianjurkan penggunaan klem vascular di ruang

UGD

 Fraktur : traksi , pasang bidai , balut tekan

 Arteriografi : pada hemodinamik Normal


CRUSH SYNDROM
RHABDOMYOLISIS TRAUMATIKA

1. Disebabkan oleh pelepasan zat akibat kerusakan otot

2. Crush Injury -> gangguan perfusi otot -> iskemia ->


pelepasan myoglobin dan zat toksik lain

3. Dapat menyebabkan GGA ( Gagal Ginjal Akut akibat


nekrosis tubulus renalis )
CRUSH SYNDROM
PEMERIKSAAN

1. Urin gelap

2. Hemoglobin urin +

3. Pemeriksaan Myoglobin

4. Menyebabkan Hipovolemia , Asidosis Metabolik ,


Hiperkalemi , Hipokalsemia , dan DIC
CRUSH SYNDROM
PENGELOLAAN

1. Cairan IV

2. Diuresis Osmotik

3. Alkalinase Urine dg Na Bikarbonat


COMPARTMENT SYNDROME
 Sindroma kompartemen dapat timbul perlahan dan berakibat
berat.
 Dapat dikarena kompresi atau remuk dan tanpa cedera luar
atau fraktur yang jelas.
 Hipotensi atau tidak sadar meningkatkan resiko terjadinya
sindroma kompartemen.
 Tidak sadar atau dalam intubasi tidak dapat
mengkomunikasikan tanda awal dari iskemia ekstremitas.
•Nyeri merupakan tanda awal mulainya iskemia kompartemen,
terutama nyeri pada tarikan otot secara pasif.
•Hilangnya pulsasi dan tanda iskemia lain merupakan gejala
lanjut
COMPARTMENT SYNDROM
Palpasi kompartemen otot dibandingkan
ketegangannya tungkai yang cedera dengan yang
normal.
 Asimetri adalah tanda penemuan yang penting

 Pemeriksaan berulang dari ekstremitas yang cedera adalah


hal pokok.
 Pengukuran tekanan intra kompartemen sangat membantu.

 Jika curiga sindroma kompartemen segera konsultasi bedah


Orthopaedi
What do we do for this?
What do we do for this?
What do we do for this?
What do we do for this?
What do we do for this?
What do we do for this?
What do we do for this?
THANKS ...

SEE YOU AT

AMSTERDAM

Anda mungkin juga menyukai