Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK : 5

AFIFAH DONA F : 200105030037


AHMAD IQBAL M : 200105030116
NAWARUDDIN : 200105030090
MAULIDA AMALIA : 200105030032
A. PENGERTIAN ASURANSI MENURUT SYARIAH

Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut


mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min.
At-ta’min memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan
bebas dari rasa takut. Men-ta’min-kan sesuatu, artinya adalah seseorang
membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya
mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk
mendapatkan ganti terhadap harta yang hilang, dikatakan ‘seseorang
mempertanggungkan atau mengasurasnsikan hidupnya, rumahnya atau
mobilnya’. mendatang maupun untuk keluarganya sebagai nasihat Raul
kepada Sa’ad bin Abi Waqqash agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja.
Selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya Ada tujuan dalam Islam yang
menjadi kebutuhan mendasar, yaitu al-kifayah ‘kecukupan’ dan al-amnu
‘keamanan’. Sebagaimana firma Allah swt, “Dialaha Allah yang
mengamankan mereka dari ketakutan’’, sehingga sebagaian masyarakat
menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk keamanan.
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak
mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. Menurut Husain
Hamid Hisan, mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta’awun yang telah
diatur dengan system yang sangat rapih, antara sejumlah besar manusia.
Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiawa. Jika sebagian mereka
mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam
menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang
diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma) tersebut,
mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang
tertimpa musibah.
B. HAKIKAT ASURANSI

secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerjasama, saling


tolong menolong, dan saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh
karena itu berasuransi diperbolehkan secara syaria’h, karena prinsip-prinsip
dasar syariat mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat kerataan jalinan
sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka
sebagaimana firman Allah Taala dalam Al-Quran surah al-Maidah ayat 2 yang
artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksanya”
Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa melakukan
persiapan untuk menghadapi hari esok. Allah berfirman dalam surat al Hasyr
ayat 18: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari
esok (masa depan).
Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang
kamu kerjakan [al Hasyr: 18] . Ayat ini dikaitkan oleh sebagian umat Islam
dengan aktivitas menabung atau berasuransi. Menabung adalah upaya
mengumpulkan dana untuk kepentingan mendesak atau kepentingan yang
lebih besar di masa depan, sedangkan asuransi adalah upaya berjaga-jaga jika
suatu musibah datang menimpa, di mana hal ini membutuhkan perencanaan
dan kecermatan. Dari segi hokum positif, hingga saat ini asuransi syariah
masih mendasarkan legalitasnya pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi syariah di
Indonesia karena tidak mengatur mengenai keberadaan asuransi berdasarkan
prinsip syariah. Dengan kata lain, UU No. 2 Tahun 1992, tidak dapat dijadikan
landasan hokum yang kuat bagi asuransi syariah. Adapun peraturan
perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan
asuransi syariah yaitu :
a) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003
tentang perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi.
b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
c) Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000
tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan

Reasuransi dengan system Syariah. Pada dasar nya hakikat asuransi dilihat
secara ekonomi sebagai Lembaga proteksi atau perlindungan,yakni sebagai
sarana untuk mengumpulkan dana dari masyarakat secara tidak langsung melalui
premi Asuransi. Sedangkan hakikat asuransi dilihat secara yuridis,yakni sebagai
perjanjian antara penanggung dengan tertanggung. Ditinjau dari beberapa sudut,
asuransi memiliki Teknik pemecahan yang bermacam macam antara lain :
• Dari segi Ekonomi
Tujuannya Mengurangi ketidak pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh
seseorang atau perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau mencapai
tujuan Tekniknya Dengan cara mengalihkan risiko pada pihak lain dan pihak lain
tersebut mengombiasikan sejumlah risiko yang cukup besar Sehingga dapat
diperkirakan dengan lebih tepat besarnya kemungkinan terjadinya kerugian.

• Dari segi Hukum


Tujuannya Memindahkan risiko yang dihadapi oleh suatu objek atau suatu kegiatan
bisnis kepada pihak lain. Tekniknya Melalui pembayaran premi oleh tertanggung
kepada penanggung dalam kontrak ganti rugi (polis asuransi), maka risiko beralih
kepada penanggung.
• Dari segi Tata Niaga
Tujuannya Membagi risiko yang dihadapi kepada semua program asuransi.
Tekniknya Memindahkan resiko dari individu atau perusahaan kelemabaga
keuangan yang bergerak dalam pengelolaan risiko (perusahaan asuransi), yang akan
membagai risiko kepada seluruh peserta asuransi yang ditanganinya.

• Dari segi Kemasyarakatan


Tujuannya Menanggung kerugian secara bersama-sama antar semua peserta program
asuransi. Tekniknya Semua anggota kelompok (kelompok anggota) program
asuransi memberikan kontribusinya (berupa premi) untuk menyantuni kerugian yang
diderita oleh seorang atau beberapa orang anggotanya.

• Dari segi Matematis


Tujuannya Meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya risiko dan hasil ramalan
itu dipakai sebagai dasar untuk membagi risiko kepada semua peserta (sekelompok
peserta) program asuransi. Tekniknya Menghitung besarnya kemungkinan
berdasarkan teori kemungkinan (probability theory), yang dilakukan oleh aktuaris
maupun oleh underwriter.
C. DASAR HUKUM ASURANSI

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992


UU No, 2 tahun 1992 secara secara menyeluruh mengatur kegiatan
sebagaiuransi yang ada diIndonesia agar segala kegiatan asuransi sesuai
dengan hukum yang berlaku dan mampumewujudkan keadilan bersama,
berikut hal-hal yang diatur dalam UU No.2 tahun 1992,yaitu :

 Ketentuan umum dan ruang lingkup Asuransi


 Bidang usaha perAsuransian
 Jenis usaha perasuransian
 Ruang lingkup usaha perusahaan perasuransian
 Penutupan Objek Asuransi
 Bentuk hukum usaha Asuransi
 Kepimilikan perusahaan Asuransi
 Perizinan Usaha
 Pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan per Asuransian
 Kepailitan dan likuidasi
 Ketentuan Pidana

KUHP (Kitab Undang-Undang hukum Pidana) Pasal 1320 dan Pasal


1774 Pasal 1320 KUHP
Menjelaskan secara detail syarat syarat terjadinya suatu perjanjian yang sah
“Untuk sahnya perjanjian diperlukan empati syarat yaitu
kesepakatanmerekayang mengikatkan dirinya, selamat dalam membuat suatu
perikatan,suatu pokok masalah tertentu, dan suatu sebab yang tidak terlarang
Pasal 1774 KUHP
,Menyatakan bahwa “suatu persetujuan untung untungansudah ada suatu
Perbuatan yang hasilnya, yaitu mengenai untung ruginya, baik bagisemua pesta
maupun bagi sementara pesta, Ttergantung pada suatu kejadianyang belum
pasti.”

KUHD (Kitab Undang-Undang hukum Dagang) bab 9


bab 9 KUHD secara secara menyeluruh menjelaskan tentang ketentuan tentang
jenis pertanggungan dari asuransi, batas maksimal pertanggung sebuahyang
diberikan asuransi, prosedural proses pertanggungan y angberlaku, penyebab
batalnya proses pertanggungan, dan pertanggungandisusun secara tertulis dalam
suatu akta atau polisi.

Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992


peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 merupakan ketentuan yang
mengaturtentang penyelenggaraan usaha perasuransian.
Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1999
peraturan pemerintah ini merupakan perubahan pertama dari peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992.Tujuan dibentuk nyaperaturan Pemerintah
Nomor 63 tah un1999 pada dasar memiliki kesamaan dengan peraturan
sebelumnya yaitu tentang penyelenggaraan usaha perasuransian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai