Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK IV

J H O S U A YA S O N S A R A WA N
R I V V E N I D E S T R I K O R WA
B A R S E L I N A S A L A B AY
F E B I O L A G R I S E L I A A R WA M

“Asuhan Keperawatan Atresia Ani Pada Anak”


“Asuhan Keperawatan Atresia Ani Pada Anak”
• A. Pengertian Atresia Ani
• Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kogenital), tidak adanya lubang atau saluran
anus( Wong.D.I,2003). Atresia Ani adalah kelainan congenital yang dikenal sebagai anus
improforata meliputi anus, return atau keduanya (Betz.C.L and Sowden, L.A, 2002). Menurut
Kamus Kedokteran, Atresia berarti tidak adanya lubang tempat yang seharusnya berlubang,
sehingga Atresia Ani berarti terbentuknya lubang pada anus.(NANDA NIC-NOC 2015). Pada
Atresia Ani berbentuk anus tampak rata, cekung ke dalam, kadang terbentuk seperti anus tetapi
tidak ada lubang abnormal sehingga tidak terhubung dengan rectum. Atresia Ani terjadi karena
gangguan pemisahan kloaka pada saat kehamilan
• B. Epidemiologi
• Atresia Ani adalah kegagalan pemisahan kloaka saat embrional dalam kandungan ibu, sehingga
tidak terbentuknya lubang anus, sebenarnya kelainan ini sangat mudah diketahui, tetapi bisa juga
terlewatkan karena kurangnya pemeriksaan pada pericun, malformasi anorektal lebih banyak
ditemukkan pada laki-laki dari pada perempuan. Dengan angka kejadian rata-rata malformasi
anorektal di seluruh dunia adalah 1 dalam 5000 pada setiap kelahiran.
• Dari data yang ditemukkan kelainan yag paling banyak ditemui pada bayi laki-laki adalah fistula
rektouretra lalu dikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi perempuan, jenis malfomasi
anorektal yang paling banyak ditemui adalah anus imperforate kemudia diikuti fistula
rektovertibular dan fistula perineal.
• Pada umumnya gambaran Atresia Ani yang paling terjadi pada 1,5%-2% Atresia Ani adalah
Atresia rectum, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 4:0. Kejadian yang tinggi pada
daerah India Selatan
• C. Etiologi
• Etiologi secara pasti pada Atresia Ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan
bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuha, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik. Atresia Ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
• a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur.
• b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan .
• c. Adannya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usu, rectum bagian
distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sa,api keenam usia
kehamilan.
• d. Berkaitan dengan sindrom down.
• e. Atresia Ani adalah suatu kelainan Bawaan.
• D. Patofisiologi
• 1. Proses perjalanan penyakit
• Atresia Ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional.
Anus dan rectum berkembangan dari embrionik bagian belakang ujung ekor dari bagian belakang
berkembangan menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinaria dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan padakanal anorektal, terjadi Atresia Ani karena
tidak ada kelengkapan migasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu dalam
perkembangan fetal.
• 2. Manifestasi klinis
• Manifestasi klinis yang terjadi pada Atresia Ani adalah kegagalan lewatnya mekonium setelah
bayi lahir, tidak ada atau stenosis kenal rectal, adanya membrane anal dan fistula eksternal pada
perincum
• 3. Komplikasi
• Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Asteria ni antara lain:
• a. Asidosis hiperkloremia
• b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
• c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
• d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (uakibat konstriksi
jaringanperut dianastomosis).
• e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
• f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
• g. Prolaps mukaso anorektal
• h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
• 4. Klasifikasi
• a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
• b. Membranosus Atresia adalah terdapat membrane pada anus.
• c. Anal agnesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rektrum dengan anus.
• d. Rektal Atresia adalah tidak memiliki rekrum

• E. Komplikasi dan Prognosis


• 1. Komplikasi
• a. Asidosis hiperkloremia.
• b. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
• c. Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengan toilet traninng.
• d. Komplikasi jangka panjang yaitu:
• a) Eversi mukaso anal.
• b) Stenosis (akibat konstriksi jaringan perut dianastomosis).
• c) Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
• d) Prolaps mukaso enorektal.
• e) Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
• f) Fistula karena ketenganan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi.
• 2. Prognosis
• Kelainan anorektal letak rencah biasanya dapat di perbaikidengan pembedahan melalui perineum
dan prognosis baik untuk kontinensia fekal. Sedangkan beda dengan kelainan enorektal letak
tinggi di perbaiki dengan pembedahan sakroperineal atau abdominoperineal.
• F. Penatalaksanaan
• 1. Penatalaksanaan medisa
• a. Eksisi membran anal
• b. Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sememtara dan setelah umur 3 bulan dilakukan
koreksi sekaligus
• 2. Penatalaksanaan keperawatan
• Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut
dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya
dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu
diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta
memperhatikan kesehatan bayi.
• G. Fathway Atresia Ani
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ANI PADA ANAK

PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN Nama, Tempat tgl lahir, umur , Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku Bangsa Pendidikan, Pekerjaan , No. CM,
Tanggal Masuk RS, Diagnosa Medis
RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa
buang air besar, mekonium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam
pertama kelahiran
d.Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/
penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh anggota keluarga yang lain
e.Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi
kejadian atresia ani
POLA FUNGSI KESEHATAN.
a. Pola persepsi terhadap kesehatanKlien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yangdirasakan
dan apa yang diinginkan
b. b. Pola aktivitas kesehatan/latihanPasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih

AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi ✓
Berpakaian ✓
Eliminasi ✓
Mobilitas ✓
ditempat tidur
Pindah ✓
Ambulansi ✓
Makan ✓

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitasc.
C. Pola istirahat/tidur

Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain

d. Pola nutrisi metabolik

Klien hanya minum ASI atau susu kaleng

e.Pola eliminasi

Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium

f. Pola kognitif perseptual

Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi dengan baik pada

orang lain

g. Pola konsep diri

1) Identitas diri : belum bisa dikaji

2) Ideal diri : belum bisa dikaji

3) Gambaran diri : belum bisa dikaji

4) Peran diri : belum bisa dikaji


H. Pola seksual Reproduksi

Klien masih bayi dan belum menikah

i. Pola nilai dan kepercayaan

Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan

j. Pola peran hubungan

Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain secara

mandiri

k. Pola koping

Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu merespon terhadap
adanya suatu masalah
• PEMERIKSAAN FISIK
• Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anustampak merah, usus
melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometeryang dimasukkan melalui anus
tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengarhiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam
setelah bayi lahir, tinja dalam urin danvagina (FKUI, Ilmu Kesehatan Anak:1985).
• Pemeriksaan Fisik Head to toeTanda-tanda vital• Nadi : 110X/menit.• Respirasi : 32 X/menit.•
Suhu axila :37º Celsius.
• Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan/tumor, tidak ada caput
succedaneum, tidak ada chepal hematom.
• Mata
Simetris, tidak konjungtivitis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagmus/
tidak epistatus, konjungtiva tampak agak pucat.
• Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cupinghidung, tidak ada pus
dan lendir.
• Mulut
Bibir simetris, tidak micrognathia, micrognathia, tidak macroglosus, tidakcheiloschisis.
• Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuksempurnaLeherTidak ada
webbed neck.
• Thorax
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel chest, pernafasan normal Jantung
Tidak ada murmur, frekuensi jantung teratur
• Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasuk/tumor, tidakterdapat perdarahan pada
umbilikus.
• Getalia
Trdapat lubang uretra, tidak ada epispadia pada penis tidak ada hipospadia pada penis, tidak ada hernia
scrotalis.
• Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadangtampak ileus obstruksi.
Termometer yang dimasukan kedalam anus tertahanoleh jaringan. Pada auskultasi terdengar peristaltic.
• Ekstremitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dankukunya tampak agak
pucatPunggungTidak ada penonjolan spina gifPemeriksaan Refleka. Suching + b. Rooting +c. Moro
+d. Grip +e. Plantar +
IAGNOSA KEPERAWATAN

1. Dx pre operasi

a. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.

b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,

muntah.

c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan

prosedur perawatan.

2. Dx Post Operasi

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan.

b .Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.

c .Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan.


d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa Pre Operasi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Konstipasi b/d ganglion Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan enema atau 1. Evaluasi bowel
keperawatan selama 1×24jam irigasi rectal sesuai order meningkatkan kenyamanan
kloen mampu 2. Kaji bising usus dan pada anak
mempertahankan pola abdomen setiap 4jam 2. Meyakinkan berfungsinya
elimimasi BAB denganan 3. Ukur lingkar abdomen usus
teratur 3. Pengukuran lingkar
KH : Penurunan distensi abdomen membantu
abdomen, meningkatnya mendeteksi terjadinya
kenyamanan distensi

2. Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake output 1. Dapat mengidentifikasi
cairan b/d menurun nya keperawatan selama 1×24 jam cairan status cairan klien
intake,muntah klien dapat mempertahankan 2. Lakukan pemasangan infus 2. Mencegah dehidrasi
keseimbangan cairan Dan berikan cairan IV 3. Mengetahui kehilangan
KH : output urine 1-2 3. Observasi TTV cairan melalui suhu tubuh
ml/kg/jam, capillary refill 3-5 4. Monitor status hidrasi yang tinggi
detik, trgor kulit baik (kelembaban membrane 4. Menhetahui tanda –tanda
membrane mukosa lembab mukosa,Nadi dehidrasi
adekuat,tekanan Sarah
orthostatic)
2. Diagnosa Post Operasi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ganguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Hindari kerutan pada 1. Mencegah perlulaan pada
b/d kolostomi keperawatan selama 2×24 tempat tidur kulit
jam diharapkan integritas 2. Jaga kebersihan kulit 2. Menjagaketahanan kulit
kulit dapat dikontrol agar tetap bersih Dan 3. Mengetahui adanya tanda
KH : temperature jaringan kering kerusakan jaringan kulit
dalam batas normal, sensasi 3. Monitir kulit akan 4. Menjaga kelembaban
dalam batas adanya kemerahan kulit
normal,elastisitas dalam 4. Oleskan lotion/baby oil 5. Menjaga keadekuatan
batas normal, hidrasi dalam pada daerah yang nutrisi guna
batas normal,perfusi jaringan tertekan penyembuhan luka
baik. 5. Monito status nutrisi
klien
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

2. Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui tanda
Presedur pembedahan keperawatan selama gejala infeksi sistemik infeksi lebih dini
1×24jam diharapkan klien Dan lokal 2. Menghindari
bebas dari tanda –tanda 2. Batasi pengunjung kontaminasi Dari
infeksi 3. Pertahankan teknik pengunjung
KH : bebas dari tanda Dan cairan asepsis pada 3. Mencegahpenyebab
gejala infeksi yang beresiko infeksi
4. Inspeksi kondisi 4. Mengetahui kebersihan
luka/insisi bedah luka Dan tanda infeksi
5. Ajarkan keluarga klien 5. Gejala infeksi dapat
tentang tanda Dan dideteksi lebih dini
gejala infeksi 6. Gejala infeksi dapat
6. Laporkan kecurigaan segera teratasi
infeksi
Tanggal Waktu Diagnosa Implementasi
Konstipasi b/d ganglion 1. Enema atau irigasi rectal
sesuai order
2. Mengauskultasi bising
usus dan abdomen
3. Mengukur lingkar
abdomen
Resiko kekurangan volume 1. Memonitor intake output
cairan b/d menurun nya cairan
intake, muntah 2. Memasang infus
3. Mengobservasi TTV
4. Memonitor status hidrasi
(kelembaban membrane
mukosa, Nadi adekuat,
tekanan darah orthostatic)
• Diagnosa Post Operasi

Tanggal Dan Waktu Diagnosa Implementasi


Ganguan integritas kulit b/d kolostomi 1. Menghindarkan kerutan pada tempat
tidur
2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap
bersih Dan kering
3. Memonitor kulit akan adanya
kemerahan
4. Mengoleskan lotion/baby oil pada
daerah yang tertekan
5. Memonitor status nutrisi klien

Resiko infeksi b/d Presedur pembedahan 1. Memonitor tanda Dan gejala infeksi
sistemik Dan lokal
2. Membatasi pengunjung
3. Mempertahankan teknik cairan
asepsis pada klien yang beresiko
4. Menginspeksi kondisi Luka/insisi
bedah
5. Mengajarkankeluarga klien tentang
tanda Dan gejala infeksi
6. Melaporkan kecurigaan infeksi
• IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
• Diagnosa Pre Operasi

Tanggal Dan Waktu Diagnosa Evaluasi


Konstipasi b/d ganglion S: klien mampu mempertahankan pola
elimimasi BAB denganan teratur
O: distensi abdomen menurun
A: diagnosa keperawatan konstipasi
teratasi
P: Intervensi dihentikan

Resiko kekurangan volume cairan b/d S: klien dapat mempertahankan


menurun nya intake, muntah keskulitngan cairan
O: Output urine 1-2ml/kg/jam, capillary
refill 3-5 detik, turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab
A: Diagnosa keperawatan resiko
kekurangan volume cairan teratasi
P: intervensi dihentikan
• Diagnosa post Operasi

Tanggal Dan Waktu Diagnosa Implementasi


Ganguan integritas kulit b/d kolostomi S: integritas kulit klien dapat terkontrol
O: temperature jaringan dalam batas
normal, sensasi dalam batas normal,
elastisitas dalam batas
normal,pigmentasi dalam batas normal,
perfusi jaringan baik
A: diagnosa keperawatan ganguan
integritas kulit teratasi
P: intervensi dihentikan

Resiko infeksi b/d prosedur S: klien sudah tidak mengalami infeksi


pembedahan O: tanda gejala infeksi tidak ada
A: diagnosa keperawatan resiko infeksi
teratasi
P: intervensi dihentikan.
• PENUTUP
• Kesimpulan
• Berdasarkan uraian dalam penulian makalah kami, dapat ditarik kesimpulan bahwa Atresia Ani merupakan
suatu penyakit dimana tidak ada lubang anus pada tempat yang seharusnya. Penyakit ini biasanya terjadi pada
bayi baru lahir. Atresia Ani ini dapat disebabkan oleh kelainan genetic dan lingkungan. Untuk mencegah
terjadinya Atresia Ani dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan kepada keluarga khususnya ibu hamil
mengenai informasi kesehatan ibu hamil, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan, promosi
kesehatan mengenai sanitasi lingkungan, dan menjauhkan ibu hamil dari bahan beracun seperti asap rokok,
nikotin, dan zat yang berbahaya lainnya. Untuk penangannya dapat dilakukan dengan kolostomi, yaitu
pembuatan lubang pada abdomen yang fungsinya sebagai pengganti anus.
•  
• Saran
• Untuk mencegah penyakit Atresia Ani ini sebaiknya keluarga dengan ibu hamil memperbaiki pola nutrisi saat
kehamilan, serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Dan bagi perawat, sebagainya dapat memberikan
asuahan keperawatan secara professional.

Anda mungkin juga menyukai