Anda di halaman 1dari 22

KEPRIBADIAN DAN EMOSI

Disusun oleh :
1. Muhammad Irfan Sigit

2. Muhammad Khoiruddin Alwy

3. Muhammad Rais Alfarizi

4. Puspa Anindya Wulansari


 Apa Itu Kepribadian?
Kepribadian adalah jumlah total cara-cara yang
ditempuh individu untuk bereaksi dan
berinteraksi dengan yang lain
Penentu-penentu Kepribadian

Keturunan
Keturunan merujuk faktor yang ditentukan sejak lahir
yang umumnya dianggap entah sepenuhnya atau secara
subtansial dipengaruhi oleh orang tua. Tiga aliran riset
berbeda berargumen bahwa hereditas atau keturunan
memainkan bagian penting dalam menentukan
kepribadian seseorang. Pertama, melihat pada tiang
penyangga genetic dari perilaku dan temperamen
manusia di kalangan anak-anak kecil. Kedua,
mengemukaan studi tentang anak kembar yang
dipisahkan ketika lahir. Yang ketiga, meneliti konsistensi
kepuasan jabatan dari waktu waktu dan dalam berbagi
situasi.
 Lingkungan
Di antara faktor-faktor yang memberikan tekanan pada faktor
kepribadian itu adalah kebudayaan dimana kita dibesarkan,
pengkondisian awal kita, norma ditengah keluarga, teman, dan
kelompok social dll. Faktor-faktor lingkungan ini memainka peran
penting dalam membentuk kepribadian. Sebagai contoh norma,
sikap, dan nilai akan diwariskan secara turun temurun dan
menciptakan kosestensi selama bertahun-tahun. pertimbangan-
pertimbangan cermat tentang argumentsi-argumentasi yang
mendukung entah keturunan maupun lingkungan keduanya itu
penting sebagai penentu kepribadian. Keturunan menempatan
parameter atau batas luar, tetapi potensi enuh individu akan
ditentukan oleh seberapa baik dia menyesuaikan diri dengan
tuntunan dan persyaratan lingkungan.
 Situasi
Situasi mempengaruhi dampak keturunan dan
lingkungan pada kepribadian kita.
Kepribadian individu akan berubah dalam
situasi-situasi yang berbeda
 Ciri-ciri Kepribadian
Ciri-ciri kepribadian yaitu karakteristik-
karakteristik yang bertahan lama yang
menggambarkan perilaku individu. Semakin
konsisten karakteristik tersebut dan semakain
sering terjadi dalam berbagai situasi, maka
semaki penting cirri-ciri tersebut dalam
menggambarkan individu
 Pencarian Awal Atas Ciri-ciri Utama
Seorang priset menyimpulkan ciri-ciri itu
supervisal dan tidak cukup punya kekuatan
untuk digambarkan yang dicarinya adalah
menguragi perangkat ciri yang akan
mengidentifikasi. Perilaku seorang individu
dalam situasi spesifik dengan
mempertimbangkan karakteristik-karakteristik
untuk untuk mendapatkan relevansi
situasionalnya.
 Indikator Tipe myers-Briggs
Indikator Tipe Myers-Briggs (MBTI) yaitu tes
kepribadian yang menggunakan empat karakteristik
dan menklasifikasikan orang kedalam 11 sampek 16
tipe kepribadian. Indikator tersebut pada hakikatnya
merupakan tes kepribadian dengan 100 pertanyaan
yang menanyakan kepada seseorang bagaimana
mereka biasanya merasa atau bertindak dalam situasi-
situasi tertentu. Ironisnya, tidak ada bukti tegs bahwa
MBTI itu merupakan ukuran kepribadian yang valid.
Namun kekurangan bukti tampanya tidak menghalangi
penggunaannya dalam berbagai organisasi
Apakah itu emosi?

 Tiga istilah yang saling berhubungan erat adalah


pengaruh, emosi, dan suasana hati. Pengaruh
meliputi kisaran luas perasaan yang dialami
manusia. Empsi adalah perasaan kuat yang
siarahkan kepada seseorang atau sesuatu.
Sedangkan suasana hati adalah perasaan yang
cenderung kurang kuat daripada emosi dan tidak
mempunyai perangsang kontekstual.
 Emosi adalah reaksi terhadap obyek, bukan sifat
kepribadian. Emosi bersifat spesifik-obyek.Dipihak
lain, suasana hati tidak diarahkan ke obyek
 Emosi yang Dirasakan Versus Emosi yang Ditampilkan
Emosi yang dirasakan adalah emosi actual. Sebaliknya emosi yang
ditampilkan yaitu emosi yang dituntut oleh organisasi dan dianggap
tepat dalam pekerjaan tertentu. emosi semacam ini bukanlah emosi
yang dibawa dari lahir, emosi tersebut dipelajari. Hal terpenting di sini
adalah emosi yang dirasakan dengan emosi yang ditampilkan sering
berbeda. Dalam organisasi-organisasi , dimana permintaan peran dan
situasi sering menuntut orang untuk memperagakan perilaku
emosional yang menutupi perasaan mereka yang sesungguhnya.
Biasanya karyawan dituntut untuk berinteraksi dengan pelanggan, dan
pelanggan tidak selalu mudah dihadapi. Dalam situasi seperti itu
karyawan mungkin perlu menyamarkan emosinya. Karyawan yang
tidak mampu memproyeksikan cara bertindak yang ramah dan
membantu dalam situasi tersebut berkemungkinan menyingkirkan
pelanggan dan tidak mungkin efektif dalam pekerjaan mereka.
Dimensi-dimensi Emosi

 Perbedaan
Jumlah emossi mencapai lusinan. Salah satu cara
mengklasifikasinya adalah mengelompkan apakah
emosi tersebut positif atau negative. Emosi positif
menggunakan penilaian atau perasaan yang
menyenangkan. Emosi negative mengungkapkan
sebaliknya. Emosi tidak bisa netral, yang netral
hanyalah non emosional. Emosi negative tampaknya
memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
individu-individu. Oleh karena itu, kita bisa
memastikan orang lebih siap mengingat pengalaman
negative dari pada pengalaman positif
 Frekuensi dan Durasi
Tenaga kerja emosional yang menuntut
frekuensi tinggi atau durasi lebih lama lebih
menuntut upaya ebih besar dari karyawan.
Dengan demikian apakah seorang dapat berhasil
mencapai permintaan emosional dari suatu
jabatan yang ada tergantung tidak hanya pada
emosi apasaja yang perlu ditampilkan dan brapa
besar intensitasnya, melainkan seberapa sering
dan seberapa lama usaha tersebut harus
ditentukan.
 Dapatkah Orang Menjadi Tanpa Emosi
Sebagian orang tidak dapat mengungkapkan
perasaannya dan untuk memeahami emosi orang lain.
Para psikolog menyebutnya engan alexithymia. Ketidak
mampuan untuk mengungkapkan emosi dan membaca
emosi orang lain tidak selalu dikatakan bahwa orang
yang menderita alexithymia itu orang yang kinerjanya
jelek. Kosistenssi dengan pembicaraan kita tentang
pencocokan tipe kepribadian dengan pekerjaan yang
sesuai, oranng yang tidak memiliki emosi perlu
berkecimpung dalam pekerjaan yang menuntut sedikit
atau sama sekali tidak menuntut tenaga emosional
 Jenis Kelamin dan Emosi
Dalam mengkontraskan jenis kelamin, wanita mengungkapkan emosi yang
lebih besar dari pada pria,mereka mengalami emosi yang lebih hebat, dan
mereka lebih serig menaampilkan ekprsesi dari emosi baik positif maupun
negative, kecuali kemarahan. Bertolak belakang dengan pria, wanita juga
dilaporkan lebih nyaman mengungkapkan emosi. Akhirnya, wanita lebih baik
dalam membaca isyarat-isyarat nonverbal dan paralinguistic disbanding pria.
Perbedaan ini bisa dijelaskan. Pertama, cara yang berbeda pada pria dan wanita
sudah diasosialisasikan. Pria diajarkan untuk keras dan berani, maka dia harus
menunjukan emosi yang sesuai dengan citra ini. Sedangkan wanita
disosialisasikan sebagai pengasuh. Ini mungkin menyebabkan presepsi bawa
wanita lebih hangan dan lebih ramah disbanding pria. Kedua, wanita mungkin
berkemampuan lebih baik untuk membaca emosi seseorang dan menampakan
emosi mereka disbanding pria. Ketiga, wanita mungkin memiliki kebutuhan
lebih bear untuk mendapatkan pengakuan social dan dengan demikian
memiliki kecenderungan lebih besar untuk menunjukan emosi yang positif,
seperti keceriaan.
Batasan-Batasan Eksternal terhadap Emosi

 Pengaruh Organisasi
Tidak ada ‘perangkat’ emosional tunggal yang
dicari oleh semua organisasi. Bukti menunjukan
bahwa emosi negative seperti takut, cemas, dan
marah cenderung tidak dapat diterima kecuali
dalam kondisi yang benar-benar khusus
 Pengaruh kebudayaan
Kebutuhan untuk mempertimbangkan faktor
budaya mempengaruhi apa yang di anggap atau
tidak di anggap tepat secara emosional
 Aplikasi-aplikasi OB
Kita dapat mempelajari bagaimana
pengetahuan tentang emosi dapat membantu
memperbaiki kemampuan untuk menjelaskan
dan memperkirakan proses seleksi dalam
organisasi, pengambilan keputusan, motivasi,
kepemimpinan, konflik interpersonal, dan
perilaku menyimpang di tempat kerja.
 Kemampuan dan Seleksi
Orang mengetahui emosi mereka sendiri dan
bisa dengan baik membaca emosi orang lain
bisa lebih efektif dalam pekerjaan mereka.
Pada hakikatnya , pengetahuan itu merupakan
tema yang melandasi penelitian baru tentang
kcerdasan emosional.
 Pengambilan keputusan
 Seperti yang kita bahas sebelumnya , pengambilan keputusan dalam
organisasi menekankan rasionalitas. Pendekatan ini bahkan
mengesampingkan rasa takut, cemas,ragu , bahagia dan emosi lainya.
 Namun terlalu naïf jika suatu keputusan diambil tanpa emosi seseorang.
Dengan adanya data objektif, kita bisa lihat orang mengambil keputusan
ketika marah dan ketika tidak marah atau ketika sedang tenang akan
berbeda.
 Emosi negatif sangat berpengaruh dengan pengambilan keputusan. Ketika
kita sedang merasakan emosi negatif , itu juga berdampak buruk terhadap
keputusan kita , seperti kurang cermatnya penggunaan informasi dan tidak
bisa mencari pemecahan alternatif. Dilain sisi , emosi positif dapat
meningkatkan pemecahan masalah dan pemudahan integrasi.
 Anda juga dapat menggunakan pengambilan keputusan dengan 2 cara,
yaitu dengan “kepala” dan “hati”. Kadang orang gagal mengambil
keputusan karena
 Motivasi
Dibagian ini dijelaskan bahwa motivasi sangat
memengaruhi pengambilan keputusan yang secara rasional
oleh seorang individu. 
Teori motivasi pada dasarnya mengemukakakn bahwa
individu individu “termotivasi karena perilaku yang
diharapkan dapat membawa hasil yang diinginkan” seperti
contohnya ketika bekerja atau berusaha akan mendapatkan
upah atau gaji, atau di bagian promosi jabatan dan lain-lain.
Walaupun manusia berusaha menggunakan rasionalitas
mereka untuk melakukan pekerjaan mereka, tapi mereka
bukanlah mesin.
 
 Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam memimpin orang lain atau
mengarahkan orang lain adalah hal yang sangat
fundamental dalam organisasi. Dibagian ini akan kami
jelaskan mengapa emosi sangat memengaruhi
kepemimpinan.
Kebanyakan para pemimpin yang efektif, mereka
menggunakan ekspreksi perasaan untuk menyampaikan
pesan mereka. Ketika berpidato, sebenarnya emosi
sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan seorang
individu menerima atau menolak suatu pesan.
 Konflik interpersonal
Konflik interpersonal bisa terjadi kapan saja.
Keahlian manajer dalam menyelesaikan konflik
sangat dipengaruhi oleh kemampuan
mengetahui asla mula konflik tersebut dan
bagaimana cara menyelesaikanya. Karena
kalau manajer hanya fokus kepada hal hal
yang rasional dan meninggalkan hal emosional
maka mereka tidak akan efektif dalam
menyelesaikan konflik mereka.
 Perilaku menyimpang
Emosi negatif beresiko besar menimbulkan
perilaku menyimpang dalam lingkungan kerja.
Perilaku tersebut bersifat kekerasan atau non
kekerasan. Seperti pulang lebih cepat, bekerja
lambat, itu dalam hal produksi . semisal dalam
hal proeperti seperti pencurian barang dan
sabotase,
 

Anda mungkin juga menyukai