Anda di halaman 1dari 36

KELAINAN

HAID
Definisi :

 Perubahan dari daur, lama berdarah,


jumlah darah dan nyeri dari haid yang
biasa terjadi
Jenis-jenis kelainan :
 Amenore : tidak dapat haid
 Pseudoamenore/kriptomenore : tidak dapat
haid karena darah haid tersumbat.
 Menstruasi prekoks : haid dimulai pada usia
sangat muda.
 Hipomenore : haid teratur, jumlah darah
sedikit.
 Oligomenore : haid jarang, daur panjang.
 Hipermenore : haid teratur, jumlah darah
banyak.
 Menoragi : haid teratur, darah banyak,
haid lebih lama.
 Polimenore : haid teratur, daur pendek.
 Metroragi : perdarahan dari rahim di luar
daur.
 Dismenore : nyeri haid.
 Kombinasi :
Menometroragi : perdarahan haid banyak
untuk waktu lama
Metroragi + dismenore
Polimenore + dismenore
Jenis-jenis kelainan haid yang umum
dijumpai pada periode kehidupan wanita
 Masa remaja : dismenore, perdarahan
antar haid/haid tak teratur, perdarahan
uterus disfungsi.
 Masa Reproduksi : menoragi, metroragi,
perdarahan uterus disfungsi, amenore,
oligomenore.
 Masa pramenopause : perdarahan tak
teratur, amenore, oligomenore,
perdarahan uterus disfungsi.
Sistematika Diagnosis Kelainan Haid
 Anamnesis :
keluhan utama serta riwayat yang terkait
Riwayat kelainan haid
Riwayat keluarga mengenai gangguan haid
Riwayat tumbuh kembang riwayat penyakit
lainnya
Riwayat obat/pengobatan, termasuk KB
Riwayat psikologis
 Pemeriksaan umum (Fisik Diagnostik)
 Pemeriksaan Khusus :
Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan laboratorium
(hormon/endokrin yang terkait)
- Alat-alat :
USG, laparoskopi,rontgen, CT scan
histeroskopi, kolposkopi,MRI
 Terapi
1. Berdasarkan etiologi
2. Induksi haid
Amenore :
Definisi :
1. Belum mendapat haid, tanpa ada tanda-
tanda pertumbuhan seks sekunder sampai
usia 14 tahun.
2. Sampai umur 16 tahun dengan tanda-tanda
seks sekunder, namun belum dapat haid.
3. Telah pernah mendapat haid kemudian
tidak mengalami haid kemballi dalam
waktu 3 (tiga) daur berturut-turut atau 6
(enam) bulan.
Pembagian :
 Amenore primer : sama sekali belum pernah
mengalami haid.
 Amenore sekunder : pernah mengalami haid
sebelumnya, untuk kemudian haid berhenti.
Fisiologis :
waktu nifas, menyusui, masa hamil,
menopause
Patologis :
karena berbagai etiologi kelainan haid
Amenore bisa disertai galaktore dan atau
disertai hirsutisme.
AMENORE

TS H

M e n in g g i N o rm a l

P e m e rik s a a n fu n g s i K a d a r P ro la k t in
tiro id la in n ya

M e n in g k a t N o rm a l

T h / b ro m o k rip tin b e rik a n


(E va lu a s i p ro g e s te ro n

P e rd a ra h a n (+ ) P e rd a ra h a n (-)

A n o vu la s i F S H ,L H

R e n d a h -n o rm a l T in g g i

E s tro g e n P ro g e s te ro n H ip e rg o n a d o tro p ik
h ip o g o n a d is m

P e rd a ra h a n (+ ) P e rd a ra h a n (-) > 4 0 ta h u n < 4 0 ta h u n

H ip o g o n a d o tro p ik K e la in a n o rg a n ik m en op au se k e g a g a la n
h yp o g o n a d is m e s a lu ra n h a id o va riu m

C T /M R I HSG K a n o tip
H is te ro s k o p i
B io p s i e n d o m e triu m
A M E N O R E + G A L A K TO R E

P ro la k tin

m e n in g g i n o rm a l

u la n g i

m e n in g g i n o rm a l

TS H

n o rm a l m e n in g n g i

C T scan / M R I P e rik s a tiro id

n o rm a l a d e n o m a h ip o fis e
A M E N O R E + H IR S U TIS M E

P e rik s a a n d ro g e n

Te s tos te ro n D H E A -S

Tin g g i N orm a l n o rm a l tin g g i

P e m e rik s a a n K e la in an F u n g s i S u p re s i
P ang gul + U S G D e k s a m e ta s o n

n o rm a l a b n o rm al o va riu m A d re n al n o rm al a b n o rm al

C T-S c a n
a d re n a l

n orm a l ab n o rm a l

op era tif
Dismenore
 Definisi : Nyeri yang dirasakan menjelang dan
saat haid.
 Pembagian :
 Dismenore primer/idiopatik/fungsional
Nyeri haid dimana tidak ditemukan sebab
patologisnya.
 Dismenore sekunder :
Nyeri haid yang disebabkan oleh faktor-
faktor atau penyebab yang dapat ditemukan
Dismenore primer :
 Terjadi dalam kurun waktu usia muda
 Derajat nyeri : ringan s/d berat
 Ringan : terasa pada hari pertama haid, tidak
memerlukan obat, tidak mengganggu aktviitas.
 Sedang : nyeri berlangsung 2-3 hari, lemas, sakit
kepala, diare (kadang), memerlukan obat dan
istirahat.
 Berat : nyeri hebat, > 2 hari, disertai keluhan
gastrointestinal, memerlukkan pengobatan dan
mengganggu aktivitas.
 Keluhan berkurang dengan meningkatnya usia dan
setelah persalinan
Patofisiologi Dismenore primer :
 Menurunnya progesteron pada akhir daur haid
ovulatoar

 Pemecahan lisosomal
 Pengeluaran enzim yg bekerja terhadap fosfolipid

 Bertambahnya sintesis prostaglandin dlam


endometrium (dan cairan haid)

 Bertambahnya tonus miometrium dan kontraksi


uterus

 Iskemi Uterus  Dismenore


Dismenore Sekunder :
 Dirasakan kala usia yang lebih lanjut (dari masa
remaja)
 Rasa nyeri mulai sebelum datang haid, dapat
berlangsung sepanjang haid, disertai keluhan lain
seperti : perdarahan banyak, dispareunia serta
keputihan
 Faktor penyebab
Infeksi panggul
Endometriosis
Mioma uteri
Adanya AKDR
Polip endometrium
Pengobatan :
 Simtomatis :
 Pemberian pemanasan (diatermi) lokal pada
daerah perut
 Penggunaan obat-obat analgetik, sedatif,
antispasmodik, diuretik (kadang).
 Latihan ringan untuk mengurangi faktor stress

 Istirahat rebah, pengaturan diet.


 Endokrinologis :
 Pemakaian pil kontrasepsi oral (bila tidak ada
kontra indikasi) menyebabkan terganggunya
ovulasi, kadar prostaglandin ditekan sehingga
kontraksi uterus berkurang.
 Sediaan tokolitik yang sifatnya menghambat
kontraksi otot uterus dapat mengurangi nyeri
 Operatif :
 Neurektomi presakral memang rasional dan
efektif dalam mengatasi dismenore berat bila
tidak dapat ditanggulangi secara konservatif, tapi
tindakan ini banyak risiko dan tidak menjamin
hasil yang memuaskan
Perdarahan Uterus Disfungsi (PUD)
 Definisi : Perdarahan yang abnormal dari
uterus yang diakibatkan oleh gangguan
hormon semata, dalam hal ini kelainan
hormon poros hipotalamus-hipofisis-ovarium
tanpa kelainan organis, sistemis, metabolis,
keganasan.
 Terjadi pada usia remaja, reproduksi, dan
pramenopause, pada siklus ovulatoar,
anovulatoar, dan pada keadaan folikel
persisten.
PUD pada siklus anovulatoar
 Pada keadaan anovulasi, korpus luteum tidak
terbentuk, sehingga siklus haid dipengaruhi oleh
hormon estrogen yang berlebihaan dan kurangnya
hormon progesteron.
 Dapat terjadi pada :
 Masa menars, dimana fungsi hipotalamus dan hipofisis
belum matang.
 Masa reproduksi, gangguan di hipotalamus sehingga
tidak terjadi lonjakan kadar LH dan ovulasi tidak terjadi.
 Masa pramenopause, karena kegagalan ovarium dalam
menerima rangsangan hormon gonadotropin
PUD pada siklus ovulatoar
 Dibedakan 3 jenis :
Perdarahan pada pertengahan siklus
Biasanya sedikit, singkat. Akibat
rendahnya kadar estrogen.
Perdarahan akibat gangguan pelepasan
endometrium.
Biasanya banyak dan memanjang.
Disebabkan oleh adanya korpus luteum
persisten & kadar estrogen rendah,
sedangkan progesteron terus terbentuk.
Perdarahan bercak (spotting) prahaid
dan pasca haid

Disebabkan oleh insufisiensi korpus luteum,


sedangkan pada pasca haid disebabkan oleh
defisiensi estrogen, sehingga regenerasi
endometrium terganggu.
PUD pada keadaan folikel persisten
 Dijumpai pada masa pramenopause dan
jarang terjadi pada masa reproduksi. Pada
keadaan ini endometrium secara menetap
dipengaruhi oleh estrogen, sehingga
terjadi hiperplasia endometrium, yang
bervariasi dari pertumbuhan yang ringan
sampai berlebihan .
 Terdapat 3 jenis hiperplasia endometrium
yaitu : tipe simpleks, tipe kistik dan tipe
atipik.
Dasar Diagnosis PUD
 Kelainan organik & hematologi lain telah
disingkirkan.
 Lakukan tahapan pemeriksaan :
1. Anamnesis, pemeriksaan umum / ginekologis,
pemeriksaan penunjang seperti pada
sistematika diagnosis kelainan haid.
2. Diagnosis anovulasi :
 Suhu basal badan : monofasik
 Progesteron : serum rendah
 Gonadotropin : LH rendah
 Hiperfungsi adrenal : testosteron tinggi
 Hipotiroid : TSH tinggi
 Biopsi endometrium: atrofi, proliferatif
 Mittelschmertz : tidak ada
 Daur haid : sering tdk teratur

3. Pemeriksaan tambahan lainnya.


Pengobatan :
 Hormon seks sintetik yang paling banyak
dipakai dalam pengobatan PUD adalah
Estrogen dan progesteron.
Siklus ovulatoar :
Perdarahan pada pertengahan siklus : Estrogen
konjugasi 0,625-1,25 mg/hr atau etinil estradiol
50 mg/hr, dari hari ke-10 s/d 15
Perdarahan oleh sebab gangguan pelepasan
endometrium : Bila terapi hormonal kurang
berhasil, dilakukan dilatasi dan kuretase, meski
tidak mencegah timbulnya PUD pada siklus
berikutnya.
Perdarahan bercak prahaid : Progesteron asetat (MPA atau
didrogesteron) hari ke-17 s/d 26 siklus haid, dosis 10
mg/hari
Perdarahan pasca haid : Estrogen setelah hari ke-2 selama 7
hari.
Siklus anovulatoar :
Pengobatan ditujukan untuk menghentikan
perdarahan dan mengembalikan fungsi siklus haid.
Untuk menghentikan perdarahan dapat diberikan :
 Estrogen selama 20 hari diikuti progesteron selama
5 hari
 Pil KB kombinasi : 2 X 1 tablet selama 2 atau 3 hari
diteruskan 1 X 1 tablet selama 21 hari
 Progesteron : 10-20 mg selama 7-10 hari.
Folikel persisten dapat menyebabkan
hiperplasia endometrium. Untuk wanita usia
diatas 40 tahun lebih baik dilakukan tindakan
dilatasi dan kuretase (keganasan cukup
tinggi). Bila sediaan hormon dan tindakan
kuretase tidak berdampak baik, dipikirkan
kemungkinan ablasi endometrium
(pengangkatan endometrium).
Pseudoamenore / kriptomenore
 Definisi : haid ada, tapi darah haid tidak
keluar karena tertutupnya serviks, vagina
atau himen
 Pembagian :
a. Kongenital : atresi himen, himen tdk
berlobang
b. Akuisita : perlekatan saluran serviks atau
vagina karena radang, Go, difteri partus,
senilitas.
 Diagnosis :
 Nyeri yang siklis  5 hari tanpa perdarahan
(molimina menstrualia)
 Pada pemeriksaan terlihat himen yang menonjol
yang berwarna kebiru-biruan (karena darah
terkumpul dibelakang). Mula-mula darah mengisi
vagina (hematokolpos) kemudian terjadi
hematomera dan hematosalping. Hal ini sering
menyebabkan tumor abdomen dan retensi urin.
 Terapi : insisi dan eksisi himen
Menstruasi Prekoks
 Definisi : Perdarahan pada anak kurang
dari 10 tahun, yang disertai dengan
timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder
sebelum waktunya
 Pembagian :
1. Pubertas prekoks : terbentuk gonadotropin,
dapat menjadi hamil
2. Pseudopubertas prekoks : tidak ada
gonadotropin, tidak ada ovulasi.
 Terapi : menurut etiologi
Polimenore :
 Haid sering datang, jadi siklus pendek, kurang
dari 21 hari
 Pembagian :
Siklus pendek tapi teratur :
 Stadium proliferasi pendek
 Stadium sekresi pendek
 Keduanya pendek
Siklus yang tadinya normal menjadi pendek :
Disfungsi ovarium pada :
 Klimakterium
 Pubertas
 Penyakit (TBC)
 Terapi : estrogen dan kombinasi
estrogen+progesteron
Oligomenore

 Haid jarang, siklus panjang lebih dari 2 bulan


 Oligomenore menetap terjadi akibat :
 Perpanjangan stadium follikuler
 Perpanjangan stadium luteal

 Kedua stadium di atas menjadi panjang

 Pada umumnya oligomenore yang ovulatoar


tidak memerlukan terapi
 DD/ terhadap kehamilan selalu harus dibuat
Menoragi
 Pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya
disertai dengan bekuan darah sewaktu
menstruasi, terjadi pada siklus yang teratur.
 Sebab-sebab :
 Hipoplasia uteri
 Asteni
 Selama atau sesudah menderita suatu penyakit atau
karena terlalu lelah
 Mioma uteri
 Hipertensi
 Dekompensasio kordis
 Infeksi : endometritis, salpingitis
 Penyakit darah : hemofili
Hipomenore : Bisa terjadi pada
hipoplasia uteri, karena uterus kecil

Metroragi :
Perdarahan yang tidak teratur dan yang
tidak ada hubungan dengan haid :
1. Metroragi yang disebabkan oleh adanya
kehamilan : abortus, kehamilan ektopik.
2. Metroragi di luar kehamilan disebabkan
antara lain kelainan hormon
 Penyebab :
A. Karena luka yang tidak sembuh :
 Kanker korpus uteri
 Kanker serviks (portionis) uteri
 Kanker dari vulva/vagina
 Tumor ganas lain :sarkoma, koriokarsinoma
 Erosi porsio
 Mioma submukosa, polip atau ulkus dekubitus/
pessarium
B. Peradangan yang hemoragik :
 Endometritis hemoragik
 Kolpitis hemoragik

Anda mungkin juga menyukai