Anda di halaman 1dari 27

CASE REPORT

DISPEPSIA
Dr. Muhammad Alkadri Anugrah
LATAR BELAKANG
 Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut
bagian atas  rasa tidak nyaman secara spesifik meliputi rasa cepat kenyang, rasa penuh, rasa terbakar,
kembung di perut bagian atas dan mual.
 Gejala–gejala yang timbul disebabkan berbagai faktor seperti gaya hidup merokok, alkohol, berat badan
berlebih, stres, kecemasan, dan depresi yang relevan dengan terjadinya dyspepsia.
 Berdasarkan penyebab dan keluhan gejala yang timbul maka dispepsia dibagi 2 yaitu dispepsia organik
dan dispepsia fungsional.
 Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2007, dispepsia rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dengan
jumlah pasien 34.029 atau sekitar sudah menempati peringkat ke-10 untuk kategori penyakit terbanyak
pasien.
EPIDEMIOLOGI
 Dispepsia merupakan masalah umum yang sering ditemukan pada klinik pengobatan. Ketika pasien
selama pengobatan mempunyai gejala tanpa penyebab yang jelas sering didiagnosa non-ulcer dispepsia.
Beberapa laporan menyebutkan presentase dispepsia karena kelainan organik sekitar 25%-33% dan 67%-
75% tanpa penyebab yang jelas.
 Hal itu menunjukan bahwa diagnosis dan evaluasi harus segera dilakukan. Keterlambatan diagnosis akan
menyebabkan pasien dalam penderitaan dan peningkatan biaya pemeliharaan kesehatan.
 Beberapa penelitian yang dilakukan dalam beberapa populasi hasilnya menunjukkan perbandingan
wanita lebih banyak menderita dispepsia fungsional daripada laki-laki. Sedangkan pada ulkus
peptikum(dyspepsia organic) perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1.
 Prevalensi dispepsia fungsional berdasarkan kriteria umur ditemukan meningkat secara signifikan yaitu :
7,7% pada umur 15-17 tahun, 17,6% pada umur 18-24 tahun, 18,3% pada umur 25-34 tahun, 19,7% pada
umur 35-44 tahun, 22,8% pada umur 45-54 tahun, 23,7% pada umur 55-64 tahun, dan 24,4% pada umur
di atas 65 tahun.
DISPEPSIA
 Kata dispepsia berasal dari Bahasa Yunani dys (bad = buruk) dan peptein (digestion= pencernaan). Jika
digabungkan dispepsia memiliki arti indigestion yang berarti sulit atau ketidaksanggupan dalam
mencerna.
 Dispepsia didefinisikan sebagai kesulitan dalam mencerna yang ditandai oleh rasa nyeri atau terbakar di
epigastrium yang persisten atau berulang atau rasa tidak nyaman dari gejala yang berhubungan dengan
makan.
 Dispepsia organik apabila penyebab dispepsia sudah jelas, misalnya adanya ulkus peptikum, karsinoma
lambung, dan cholelithiasis yang bisa ditemukan secara mudah melalui pemeriksaan klinis, radiologi,
biokimia, laboratorium, maupun gastroentrologi konvensional (endoskopi).
 Dispepsia fungsional apabila penyebabnya tidak diketahui atau tidak didapati kelainan pada
pemeriksaan gastroenterologi konvensional atau tidak ditemukan adanya kerusakan organik dan
penyakit-penyakit sistemik.
Dispepsia Fungsional (ROMA III)
DISPEPSIA
Postprandial Distres Syndrome
Kriteria diagnostik terpenuhi bila 2 poin di bawah ini seluruhnya terpenuhi:
1. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu, terjadi setelah makan dengan porsi biasa, sedikitnya
terjadi beberapa kali seminggu
2. Perasaan cepat kenyang yang membuat tidak mampu menghabiskan porsi makan biasa, sedikitnya

FUNGSIONAL
terjadi beberapa kali seminggu

Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula
gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis.

 Dispepsia fungsional dibagi menjadi 2 Kriteria penunjang


1. Adanya rasa kembung di daerah perut bagian atas atau mual setelah makan atau bersendawa yang
kelompok: berlebihan
 postprandial distress syndrome  mewakili 2.  Dapat timbul bersamaan dengan sindrom nyeri epigastrium.
kelompok dengan “perasaan begah” setelah makan Epigastric Pain Syndrome
dan perasaan cepat kenyang, Kriteria diagnostik terpenuhi bila 5 poin di bawah ini seluruhnya terpenuhi:
1.Nyeri atau rasa terbakar yang terlokalisasi di daerah epigastrium dengan tingkat keparahan
 Epigastric pain syndrome  merupakan rasa nyeri moderat/sedang, paling sedikit terjadi sekali dalam seminggu
yang lebih konstan dirasakan dan tidak begitu 2. Nyeri timbul berulang
terkait dengan makan seperti halnya postprandial 3.Tidak menjalar atau terlokalisasi di daerah perut atau dada selain daerah perut bagian atas/epigastrium
4. Tidak berkurang dengan BAB atau buang angin
distress syndrome 5.Gejala-gejala yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis kelainan kandung empedu dan sfingter Oddi

Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula
gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis.

Kriteria penunjang
1Nyeri epigastrium dapat berupa rasa terbakar, namun tanpa menjalar ke daerah retrosternal
2.Nyeri umumnya ditimbulkan atau berkurang dengan makan, namun mungkin timbul saat puasa
3. Dapat timbul bersamaan dengan sindrom distres setelah makan.
PATOFISIOLOGI DYSPEPSIA
FUNGSIONAL
 Beberapa studi menghubungkan mekanisme patofisiologi dispepsia fungsional
dengan :
 infeksi H. Pylori
 ketidaknormalan motilitas
 gangguan sensori visceral
 faktor psikososial
 perubahan-perubahan fisiologi tubuh  sistem saraf otonom vegetatif, sistem
neuroendokrin, serta sistem imun tubuh.
MANIFESTASI KLINIS
 Rasa nyeri atau ketidaknyamanan di perut
 Rasa penuh di perut setelah makan
 Kembung
 Rasa kenyang lebih awal
 Mual, muntah, atau bersendawa.
KRITERIA DIAGNOSTIK
Dispepsia Fungsional (ROMA III)
• Keluhan utama yang menjadi kunci untuk Memenuhi salah satu gejala atau lebih dari:

mendiagnosis dispepsia adalah adanya nyeri dan atau ·       Rasa penuh setelah makan yang mengganggu.
·       Rasa cepat kenyang.
rasa tidak nyaman pada perut bagian atas. ·       Nyeri epigastrium.
• Apabila ditemukan adanya kelainan organik atau ·       Rasa terbakar di epigastrium. dan
·       Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk hasil endoskopi
struktural organ lambung, perlu dipikirkan
saluran cerna bagian atas) yang mungkin dapat menjelaskan
kemungkinan diagnosis dispepsia organik, sedangkan timbulnya gejala.

bila tidak ditemukan kelainan organik apa pun, Kriteria terpenuhi selama minimal 3 bulan, dengan onset gejala
minimal 6 bulan sebelum diagnosis.
dipikirkan kecurigaan ke arah dispepsia fungsional.
TATALAKSANA
FARMAKOLOGI
 Histamine H2 receptor antagonists (H2RA)
 Proton pump inhibitors (PPI)
 Cytoprotective or mucoprotective agents
 Antasida
 Prokinetic agents
 Obat-obat anti H. Pylori
 Obat-obat psikotropik antara lain : antipsikotik, antidepressant, antianxiety,
mood stablizer.
TATALAKSANA NON-
FARMAKOLOGI
 Consultation Liaison Psychiatry (CLP)
 Penanganan Secara Psikoterapi
 Penanganan Secara Manipulasi Lingkungan dan Sosioterapi
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny. LDN

• Umur : 52 tahun

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Alamat : Bali

• Status : Menikah

• Agama : Hindu
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di IGD RSU Bhakti Rahayu pada tanggal 09 Juni 2022 pukul 11.45 WITA.

Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah lebih dari 10x/hari 1 hari sebelum masuk RS.

Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien mengatakan memiliki keluhan muntah muntah 3 hari terakhir yang memberat 1 hari sebelum ke RS.

Muntahan berupa makanan bercampur makanan tapi makin lama muntahan hanya berupa air saja. Pasien muntah setiap
makan sehingga pasien tidak nafsu makan dan minum. Keluhan disertai nyeri ulu hati dan nyeri kepala. Pasien
mengatakan sudah berobat sebelumnya tapi keluhan tidak membaik. Keluhan lain seperti pusing berputar, demam,
batuk dan pilek disangkal.
 Riwayat Penyakit Dahulu Dan Alergi

Pasien memiliki riwayat penyakit vertigo dan dyspepsia. Riwayat alergi disangkal.

  Riwayat Pengobatan

 -Gastrucid
PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan Umum : tampak sakit ringan

● Kesadaran : compos mentis E4M6V5

● Tekanan Darah : 130/80 mmHg (hipertensi gr I)

● Nadi: 84 kali per menit

● Pernafasan : 18 kali per menit

● Suhu : 36.4 C

● BB/TB : 50/155 cm

● IMT : 22,2 (normal)

  
STATUS GENERALIS
● Mata : pupil ODS bulat, isokor, diameter 3-4 mm, CA (-/-), SI (-/-)

● Hidung: Bentuk normal, rhinorrhea (-/-), sekret (-/-)

● Telinga: ukuran dan bentuk normal, liang lapang, tidak tampak kelainan

● Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), faring hiperemis (-), tonsil T1/T1

● Leher : Letak trakea di tengah, pembesaran KGB (-)


● Jantung  Abdomen
● Inspeksi: Pulsasi ictus cordis tidak tampak  Inspeksi: dinding abdomen datar

● Palpasi: Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V  Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen
MCL sinistra  Auskultasi: bising usus (+) normal

● Perkusi: Redup, batas jantung normal  Palpasi: supel, distensi (-), defens muskuler (-), nyeri
tekan epigastrium (+)
● Auskultasi: BJ I & II dalam batas normal
 Ekstremitas: Superior et inferior, dextra et sinistra
● Paru
tidak tampak deformitas, akral hangat, tidak ada
● Inspeksi: Dinding thorax normal, simetris kanan/ kiri
edema, CRT <2 detik
saat inspirasi dan ekspirasi, retraksi (-/-)
 Palpasi: Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat  Kelenjar Getah Bening: Tidak teraba membesar
 Perkusi: Sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 12.4 g/dL 13.0-16.0
Hematokrit 38.6 % 40.0-48.0
Leukosit 4.6 ribu/mm3 4.0-10.0
Trombosit 253 ribu/µL 150-450
Eritrosit 4.42 juta/ µL 4.0-5.0
MCV 87.2 fL 80.0-100.0
MCH 28.1 pg 26.0-34.0
MCHC 32.2 % 32.0-36.0

PEMERIKSAA PDW* 15.3 fL 9.0-13.0

N RDW-CV
MPV
12.3
7.4
%
fL
11.5-14.5
7.2-11.1

PENUNJANG Basofil
Limfosit
0.3
23.5
%
%
0.0-1.0
20.0-40.0
Monosit 7.2 % 2.0-8.0
Neutrofil 67.9 % 50.0-70.0
Eosinofil 1.1 % 1.0-5.0
Total Basofil 0.01 ribu/µL  
Total Limfosit 1.28 ribu/µL  
Total Monosit 0.40 ribu/µL  
Total Neutrofil 3.69 ribu/µL  
Total Eosinofil 0.06 ribu/µL  
RESUME
Telah diperiksa pasien perempuan usia 52 tahun dengan keluhan mual dan muntah
>10x/sehari.Keluhan disertai dengan rasa lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan sakit kepala. Pasien
memiliki sudah minum obat gastrucid tapi keluhan tidak membaik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, E4V5M6, TD 130/80 mmHg, HR 84x/mnt, RR 18x/mnt,
suhu 36.4, BB 50 kg, TB 150 cm, IMT 22.2 (normal). Pemeriksaan system didapatkan nyeri tekan pada
epigastrium. Berdasarkan pemeriksaan lab tidak ada kelainan.
DIAGNOSIS
 Diagnosa Klinis : sindrom dispepsia

 Diagnosa Banding :

- Dispepsia organi

- Dispepsia fungsional

 Diagnosa Tambahan : low intake


TATALAKSANA
Terapi Farmakologis Terapi Non-Farmakologis

- IVFD RL 30tpm
- KIE pasien untuk makan dan minum sedikit-sedikit
tapi sering.
- Ondancentron 3x4mg IV
- KIE pasien untuk menghindari makanan yang
- Ranitidin 2x1 amp IV pedas dan asam serta menghindari minum kopi
atau teh.
- Paracetamol 650mg 3x1 PO
- Rujuk pasien ke spesialis kejiwaan dan spesialis
penyakit dalam untuk asesmen lebih lanjut.

  
PROGNOSIS
• Ad vitam : dubia ad bonam

• Ad fungtionam : dubia ad bonam

• Ad sanationam : dubia ad bonam


FOLLOW UP 11/6/2022

S : Pasien mengatakan masih


merasakan sakit kepala
Obat pulang :

- Paracetamol 3x650mg PO

10/6/2022 - Ondancetron 3x4mg AC PO K/P


O: KU : baik
S : Pasien mengeluh mual (+) berkurang, nyeri uluhati sudah - Omeprazole 2x20mg AC PO
berkurang skala 2 (0-10). TD : 125/80mmhg

O: KU : baik S. : 36,1

TD : 130/80mmhg N . : 80x/mnt

S. : 36,8 RR : 18x/mnt

N . : 86x/mnt A: Dispepsia + low intake

RR : 20x/mnt P:

A: Dispepsia + low intake - IVFD RL 30tpm

P: - Ondancentron 3x4mg IV

- IVFD RL 30tpm - Ranitidin 2x1 amp IV

- Ondancentron 3x4mg IV - Paracetamol 650mg 3x1 PO

- Ranitidin 2x1 amp IV - Pasien boleh pulang

- Paracetamol 650mg 3x1 PO


ANALISIS KASUS
 Pasien perempuan usia 52 tahun, jika dibandingkan dengan teori dimana beberapa penelitian yang dilakukan dalam
beberapa populasi hasilnya menunjukkan perbandingan wanita lebih banyak menderita dispepsia fungsional
daripada laki-laki. Prevalensi dispepsia fungsional berdasarkan kriteria umur ditemukan meningkat secara
signifikan yaitu : 7,7% pada umur 15-17 tahun, 17,6% pada umur 18-24 tahun, 18,3% pada umur 25-34 tahun,
19,7% pada umur 35-44 tahun, 22,8% pada umur 45-54 tahun, 23,7% pada umur 55-64 tahun, dan 24,4% pada
umur di atas 65 tahun.

 Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah >10x/sehari. Keluhan disertai dengan rasa lemas, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati dan sakit kepala. Berdasarkan teori, gejala-gejala yang dialami pasien yaitu dyspepsia.
Dimana dyspepsia itu sendiri merupakan kumpulan gejala-gejala yang mengganggu sistem pencernaan manusia.
Berdasarkan teori, gejala-gejala yang dialami pasien yaitu sakit di perut tengah bagian atas (ulu hati), rasa terbakar
di perut, mual, muntah, begah, dan nafsu makan berkurang mengarahkan diagnosis ke dispepsia.
ANALISIS KASUS
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, E4V5M6, TD 130/80 mmHg,
HR 84x/mnt, RR 18x/mnt, suhu 36.4, BB 50 kg, TB 150 cm, IMT 22.2 (normal). Pemeriksaan sistem didapatkan
nyeri tekan pada epigastrium. Berdasarkan pemeriksaan lab tidak ada kelainan. Diperlukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk mengetahui diagnosis pasien yang lebih pasti.

 Pada dispepsia organik ditemukan adanya suatu kelainan struktural setelah dilakukan pemeriksaan endoskopi,
Sedangkan definisi dispepsia fungsional berdasarkan konsensus kriteria Roma III. Definisi lain dari dispepsia
fungsional adalah penyakit yang bersifat kronik, gejala yang berubah-ubah, mempunyai riwayat gangguan
psikiatrik, nyeri yang tidak responsif dengan obat-obatan, dapat ditunjukkan letaknya oleh pasien, serta secara
klinis pasien tampak sehat, berbeda dengan dispepsia organik yang gejala cenderung menetap, jarang mempunyai
riwayat gangguan psikiatri, serta secara klinis pasien tampak kesakitan.
ANALSIS KASUS
 Pasien memiliki sudah minum obat gastrucid tapi keluhan tidak membaik lalu pasien dirawat inap dengan terapi

ranitidine yang merupakan golongan H2RA dan ondansetron 4mg untuk mengatasi mual. Penatalaksanaan dispepsia
awal terdiri dari pengkajian riwayat penyakit untuk mengetahui semua gejala dispepsia sangat penting untuk
mengetahui apa masalah utama dari pasien. Hal ini penting karena penatalaksanaan dispepsia bertujuan untuk
mengendalikan gejala.
KESIMPULAN
 Dispepsia merupakan sindrom gejala berupa rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas.

 Berdasarkan penyebab dan keluhan gejala yang timbul maka dispepsia dibagi 2 yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional.

 Dispepsia organik apabila penyebab dispepsia sudah jelas, misalnya adanya ulkus peptikum, karsinoma lambung, dan cholelithiasis yang bisa ditemukan
secara mudah melalui pemeriksaan klinis, radiologi, biokimia, laboratorium, maupun gastroentrologi konvensional (endoskopi).

 Dispepsia fungsional apabila penyebabnya tidak diketahui atau tidak didapati kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional atau tidak
ditemukan adanya kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik.

 Pemeriksaan fisik yang lengkap untuk menyingkirkan adanya gangguan struktural seperti pemeriksaan endoskopi sangatlah diperlukan terutama untuk
penegakkan diagnosis dan pilihan terapi yang akan diambil.

 Penatalaksanaan dispepsia awal terdiri dari pengkajian riwayat penyakit untuk mengetahui semua gejala dispepsia sangat penting untuk mengetahui apa
masalah utama dari pasien. Hal ini penting karena penatalaksanaan dispepsia bertujuan untuk mengendalikan gejala daripada pengobatan permanen
penyakitnya.

 Tujuan terapi pada pasien dispepsia fungsional adalah bagaimana pasien mampu mengelola kekhawatiran terhadap penyakitnya dan mampu
meningkatkan kualitas kesehatannya.
TERIMAKASIH !

Anda mungkin juga menyukai