Anda di halaman 1dari 3

DISPEPSIA FUNGSIONAL BERDASARKAN KRITERIA ROMA II DAN III

No Roma III Roma II


Dispepsia Fungsional Dispepsia Fungsional
Kriteria diagnosis* Berlangsung sekurang-kurangnya selama 12 minggu,
Harus termasuk didalamnya: dalam 12 bulan ditandai dengan:
Satu atau lebih gejala dibawah ini:  Gejala yang menetap atau berulang (nyeri atau tidak
a. Rasa tidak nyaman setelah makan nyaman yang berpusat di abdomen atas);
b. Cepat merasa kenyang  Tidak ada bukti penyakit organik (berdasarkan
c. Nyeri epigastrium endoskopi)
d. Rasa terbakar didaerah epigastrium  Tidak ada bukti bahwa dyspepsia berkurang setelah
Dan defekasi atau perubahan pola dan bentuk defekasi
Tidak ada bukti penyakit struktural (berdasarkan endoskopi) yang a. Dispepsia like-ulcer
menyebabkan gejala-gejala tesebut diatas. Rasa nyeri terutama dirasakan pada abdomen atas
*Kriteria terpenuhi selama 3 bulan dengan onset gejala sekurang-kurangnya 6 b. Dispepsia like-dysmotility
bulan setelah terdiagnosis Rasa tidak nyaman terutama dirasakan pada
a. Sindroma distress postprandial abdomen atas berupa rasa penuh, lekas kenyang,
Kriteria diagnosis* sebah dan mual
Harus termasuk salah satu atau keduanya gejala dibawah ini c. Dispepsia Unspecified (Nonspesific)
1. Rasa tidak nyaman setelah memakan makanan sehari-hari sekurang- Gejala yang ditunjukkan tidak memenuhi criteria
kurangnya beberapa kali seminggu like-ulcer atau like-dysmotility
2. Rasa cepat merasa kenyang setelah makan sehari-hari sekurang-
kurangnya beberapa kali seminggu
* Kriteria terpenuhi selama 3 bulan dengan onset gejala sekurang-kurangnya 6
bulan setelah terdiagnosis
Kritria supportif
1. Terasa kembung pada perut atas atau mual setelah makan atau sendawa
yang berlebihan
2. Bersamaan dengan nyeri epigastrik
b. Sindroma Nyeri Epigastrik
Kriteria diagnosis*
Harus termasuk didalamnya::
Nyeri atau rasa terbakar terlokalisasi di epigastrium derajat sedang sekurang-
kurangnya sekali seminggu
1. Nyeri bersifat intermitten
2. Tidak menyebar ke region abdomen lainnya atau ke region dada
3. Tidak berkurang setelah defekasi atau flatus
4. Tidak memenuhi criteria gangguan kandung empedu dan sfinter oddi
* Kriteria terpenuhi selama 3 bulan dengan onset gejala sekurang-kurangnya 6
bulan setelah terdiagnosis
Kriteria supportif
1. Nyeri dapat terasa seperti terbakar tetapi tanpa nyeri retrosternal
2. Nyeri biasanya dipicu atau dihilangkan dengan makanan tetapi timbul
saat puasa
3. Kadang-kadang bersamaan dengan sindroma post prandial.
PPI Test
Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis GERD adalah uji terapi PPI (PPI test). Tes ini dilakukan dengan memberikan PPI dosis ganda selama 1–2
minggu tanpa didahului endoskopi. Jika gejala menghilang dengan pemberian PPI dan muncul kembali jika terapi dihentikan, maka diagnosis GERD dapat
ditegakkan.
Uji terapi PPI dikatakan postif jika terjadi perbaikan klinis dalam 1 minggu sebanyak lebih dari 50 %. Indikasi uji terapi ini adalah penderita dengan
gejala klasik GERD tanpa tanda-tanda alarm (disfagia progresif, odinofagia, penurunan berat badan, anemia, hematemesis-melena, riwayat keluarga dengan
keganasan, penggunaan NSAID kronik, usia >40 tahun di daerah prevalensi kanker lambung tinggi ) dan yang tidak respon dengan uji terapi empirik dengan
PPI 2 kali sehari.
Murphy Sign
Indikasi
Murphy Sign diindikasikan untuk pasien yang datang dengan kondisi berikut ini:
 Nyeri atau nyeri tekan pada kuadran kanan atas
 Kecurigaan kolesistitis berdasarkan presentasi klinis dan riwayat
Mekanisme Murphy Sign
Mekanisme Murphy Sign didasarkan pada hubungan anatomis antara kantong empedu dan diafragma, serta respons pasien terhadap palpasi kantong
empedu yang meradang selama inspirasi.
Kantung empedu terletak di kuadran kanan atas perut, tersembunyi di bawah hati dan di dekat tulang rusuk bagian bawah. Pada kolesistitis akut,
kantung empedu meradang dan membengkak, biasanya disebabkan oleh batu empedu yang menyumbat saluran kistik. Peradangan ini membuat kantung
empedu menjadi lunak dan nyeri saat disentuh.
Ketika pasien menarik napas dalam-dalam, diafragma berkontraksi dan bergerak ke bawah, menyebabkan hati dan kantung empedu bergeser lebih
rendah di dalam rongga perut. Jika kantung empedu meradang, gerakan ini membuat kantung empedu yang lembut dan bengkak bersentuhan dengan jari-jari
pemeriksa selama inspirasi dalam. Kontak ini menyebabkan rasa sakit dan nyeri yang signifikan pada pasien, sehingga mereka menghentikan inspirasi secara
tiba-tiba.
Murphy Sign positif terjadi ketika pasien mengalami rasa sakit atau nyeri yang cukup parah sehingga menyebabkan penghentian inspirasi secara tiba-
tiba, biasanya menjelang akhir napas. Ini menunjukkan kolesistitis akut. Murphy Sign negatif adalah ketika pasien dapat menyelesaikan inspirasi penuh
tanpa rasa sakit atau nyeri yang signifikan.
Melakukan Pemeriksaan Fisik
 Untuk melakukan tes Murphy Sign, ikuti langkah-langkah berikut:
 Mintalah pasien berbaring terlentang di atas meja pemeriksaan.
 Posisikan tangan kiri Anda, dengan jari-jari mengarah ke garis tengah, pada tulang rusuk anterior kanan paling bawah pasien. Jari telunjuk Anda
harus berada pada tulang rusuk paling bawah.

 Rentangkan ibu jari kiri Anda dan dorong ke dalam perut pasien tanpa bersandar pada tulang rusuk.

 Instruksikan pasien untuk menarik napas dalam-dalam, rasakan tulang rusuk bergerak ke arah Anda selama inspirasi.

 Amati pernapasan pasien dan nilai tingkat nyeri tekannya.

 Ulangi tes ini sebagai manuver plasebo dengan meletakkan tangan Anda pada posisi yang sama tetapi tanpa mendorong ibu jari ke dalam. Catat
apakah pasien dapat melakukan inspirasi penuh.

Interpretasi Hasil
Murphy Sign positif terjadi ketika pasien mengalami nyeri atau nyeri tekan yang cukup parah sehingga menyebabkan penghentian inspirasi secara tiba-tiba,
biasanya menjelang akhir tarikan napas. Hal ini menunjukkan kolesistitis akut. Sebaliknya, Murphy Sign negatif adalah ketika pasien dapat menyelesaikan
inspirasi penuh tanpa rasa sakit atau nyeri yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai