Anda di halaman 1dari 27

ASSESSMENT OF EXTRAPYRAMIDAL

SYMPTOMS ASSOCIATED WITH


PSYCHOTROPICS
PHARMACOLOGICAL TREATMENTS, AND
ASSOCIATED RISK FACTORS
Mohammad Ibnu Sinna Faiz H
112021033

Pembimbing: dr. hj. Meutia Laksaminingrum, Sp.KJ


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 14 Maret 2022 – 16 April 2022
Abstrak
Latar belakang :

Ekstrapiramidal (EPS) adala gejala yang tidak diinginkan yang umumnya berasal dari penggunaan obat-obatan
tertentu. Gejalanya dapat berkisar dari ketidaknyamanan minimal hingga gerakan otot yang tidak disengaja secara
permanen.

Metode:

penelitian Ini adalah studi observasional retrospektif yang dilakukan di klinik rawat jalan Yordania, untuk
pengumpulan data menggunakan database kesehatan longitudinal. Pasien yang menerima obat dengan risiko EPS
selama periode 2010-2020 dimasukkan dan diikuti. Data diolah menggunakan program (SPSS) versi 26.
Hasil :

Dari data di 34898 pasien yang terpapar dan 69796 kontrol yang cocok. Insiden di-EPS berkisar antara 9,8%
[Amitriptyline 25mg] hingga 28,9% (Imipramine 25mg). Faktor risiko yang lebih tinggi secara signifikan untuk
menimbulkan EPS adalah usia {p=0.003], merokok {p=0.02}, riwayat tremor {002} dan riwayat pengobatan
antipsikotik {p=0.001}. Pasien yang memakai paroxetine {HR: 8.6 [95%CI: 7.4-9.8], p=.0002}, imipramine {HR:
8.3,[7.1-10.5], p=0.01}, atau fluoxetine {HR: 8.2 (95% CI: 6.8-9.3), p=.006}

Kesimpulan:
Pasien yang diobati dengan paroxetine, imipramine, fluoxetine, atau clomipramine memiliki risiko lebih tinggi
terkena di-EPS dari pada pasien yang diobati dengan citalopram. Perbedaan gender tidak berhubungan secara
signifikan dengan perkembangan di-EPS. Sedangkan usia, merokok, dan riwayat penggunaan antipsikotik secara
signifikan berhubungan dengan perkembangan di-EPS.
Pendahuluan

■ Gejala ekstrapiramidal (EPS) adalah efek samping yang tidak diinginkan. reaksi ini sering
dari penggunaan Obat Antipsikotik (APM). EPS termasuk gangguan gerakan yang berbeda,
dapat dikategorikan ke dalam sindrom akut dan tardive.

■ Reaksi akut yang timbul dalam beberapa jam atau hari setelah mulai APM dan termasuk
parkinsonisme, akatisia, dan distonia. Diskinesia tardif dan distonia tardif adalah
manifestasi kronis yang berkembang setelah jangka panjang.
Pendahuluan

■ Obat yang paling umum terkait dengan EPS adalah pemblokiran reseptor dopamin agen,
terutama antipsikotik generasi pertama haloperidol dan neuroleptik fenotiazin, dan pada
tingkat lebih rendah, EPS dikaitkan dengan antipsikotik atipikal.

■ Risiko EPS meningkat dengan peningkatan dosis lain yang dapat menginduksi EPS, termasuk
antiemetik ; lithium, serotonin reuptake inhibitor [SSRI], antidepresan trisiklik (TCA) ,
calcium channel blocker, dan stimulan .

■ Di Yordania dan Timur Tengah masalah terkait pengobatan sering terjadi. di Pusat Kesehatan
Mental Nasional, Mengingat komplikasi serius dari EPS yang diinduksi obat dan kelangkapan
data yang tersedia tentang kejadian EPS yang diinduksi obat dan faktor risiko terkait di
Yordania.
Pendahuluan
■ Tujuan.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kejadian di-EPS dan mengkaji faktor risiko relatif di klinik
rawat jalan di Yordania.

■ Metode.
Menggunakan studi observasional retrospektif, non-intervensi, longitudinal, gejala
ekstrapiramidal yang diinduksi obat. dilakukan di klinik rawat jalan di Yordania. Data
dikumpulkan menggunakan database Electronic Health Solutions (EHS) pada tahun 2009, data
ini mencakup informasi klinis komunitas Yordania. jenis informasi yang di akses termasuk,
resep, diagnosis, riwayat medis, laporan bedah, status merokok,dan pemeriksaan fisik.
Populasi sampel
■ Populasi Pasien rawat jalan dengan risiko gejala ekstrapiramidal selama periode 2010-
2020 dimasukkan. Sebanyak 44.777 pengguna obat dengan risiko di-EPS teridentifikasi,
6.091 dikeluarkan karena mereka didiagnosis dengan satu atau lebih penyakit sebelum
tanggal indeks. Selain itu, 3.788 pasien dijelaskan mengalami diskinesia, parkinsonisme,
atau distonia sebelumnya.

■ Kelompok yang variable yang dicocokkan dengan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
waktu untuk tindak lanjut dalam penelitian ini. pasien yang tidak memenuhi kriteria
yang disebutkan sebelumnya, dikeluarkan dari penelitian. Pasien yang tidak memiliki data
yang jelas atau sudah meninggal tidak dikeluarkan dari penelitian.
■ Analisis data
– menggunakan Statistical Package for SocialScience (SPSS®). ANOVA dan chisquare
– Untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu kemunculan EPS. Variabel
dasarnya yaitu, termasuk pasien yang sebelumnya tidak diobati, usia saat kontak pertama, usia,
jenis kelamin, status perkawinan, status merokok, dan komorbiditas. Nilai AP < 0,05 dianggap
signifikan secara statistik.
HASIL
HASIL
DISKUSI
■ Diego Novick dkk. melakukan studi observasional dan menemukan kejadian serupa pada
EPS (7,7-32,8%). gejala ekstrapiramidal yang diinduksi obat berkisar antara 9,8%
[Amitriptyline 25mg] hingga 28,9% [Imipramine 25mg].
■ Menurut Shivanand B. Hiremath et al. dan Rissardo et al. [25], amitriptyline dikaitkan
dengan berbagai gangguan gerakan, termasuk distonia serviks, mioklonus, dan diskinesia.
■ Penelitian kami menunjukkan bahwa kejadian gejala ekstrapiramidal yang diinduksi
paroxetine adalah 28,6%. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
potensi gejala ekstrapiramidal paroxetine.
■ Kami menemukan bahwa lebih dari sepertiga subjek mengalami gejala seperti mioklonus,
blefarospasme, gejala degeneratif ganglia basalis, dan kram penulis organik.
■ Sebuah studi Cina menunjukkan bahwa penggunakan APM dengan antagonis reseptor D2
tinggi dan durasi penyakit merupakan faktor risiko EPS pada pasien dengan skizofrenia. EPS
lebih sering diamati pada pasien pria yang menggunakan risperidone.
■ Studi sebelumnya melaporkan bahwa antidepresan trisiklik (TCA) dan inhibitor reuptake
serotonin selektif (SSRI), terutama imipramine dan paroxetine, dapat menginduksi
mioklonus. Namun, Mekanisme menginduksi gejala ini belum sepenuhnya dijelaskan.
■ banyak penelitian tidak menemukan hubungan yang signifikan antara merokok dan penggunaan
antipsikotik atau risiko EPS. Namun, yang lain menemukan bahwa pasien skizofrenia yang
merokok memiliki gejala positif yang lebih parah dibandingkan pasien yang tidak merokok.
■ Jundong Jiang et all melaporkan tidak ada hubungan antara merokok dengan risiko EPS.
■ Matthew et all menemukan bahwa perokok yang menerima antidepresan tidak memiliki gejala
ekstrapiramidal yang lebih parah secara signifikan.
■ Kami menemukan bahwa usia, merokok, riwayat tremor, dan riwayat penggunaan antipsikotik
sebelumnya merupakan faktor risiko untuk terjadi EPS, dimana pasien yang berumur lebih tua
memiliki risiko di-EPS yang lebih tingg daripada pasien yang lebih mudah.
KESIMPULAN

■ Pasien yang diobati dengan paroxetine, imipramine, fluoxetine, atau clomipramine


memiliki risiko lebih tinggi terkena di-EPS daripada pasien yang diobati dengan
citalopram.
■ Perbedaan gender tidak berhubungan secara signifikan dengan perkembangan di-EPS.
Sedangkan usia, merokok, dan riwayat penggunaan antipsikotik secara signifikan
berhubungan dengan perkembangan di-EPS.
BAB II. Tinjauan Pustaka
Ekstrapiramidal sindroma (EPS)
– Ekstrapiramidal Sindrom umumnya merupakan suatu gangguan gerakan yang
diinduksi oleh obat, atau dengan kata lain obat tertentu dapat memberikan efek
samping berupa gangguan gerakan pada pasien yang menggunakannya
– Yang paling umum terjadi yaitu efek samping obat  dari agen penghambat
reseptor dopamine.

Oleh karena itu Ekstrapiramidal Sindrom berkaitan erat dengan penurunan kualitas
hidup yang buruk, di mana masih terdapat risiko kekambuhan penyakit jika
menghentikan terapi [1].

1. Ryan S. D'Souza & W M. Hooten. Extrapyramidal Symptoms. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of
Medicine, National Institutes of Health; 2020.
2. Nadya N. Rompis, Arthur H.P. Mawuntu, Maria Th. Jasi et all. extrapyramidal syndrome . Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48
Jenis Ekstrapiramidal Sindrom

Gangguan gerakan atau Ekstrapiramidal Sindrom ini mengacu pada kondisi sistem syaraf yang secara sengaja atau
tidak sengaja menyebabkan gerakan abnormal, seperti gerakan yang melambat.

1. Ataxia 8. Kelumpuhan Supranuklear


Progresif
2. Distonia Serviks
9. Sindrom Kaki Gelisah
3. Chorea
10. Tardive Dyskinesia
4. Gangguan Gerakan Fungsional
11. Sindrom Tourette
5. Penyakit Huntington
12. Tremor Esensial
6. Myoclonus
13. Penyakit Wilson
7. Penyakit Parkinson

1. Nadya N. Rompis, Arthur H.P. Mawuntu, Maria Th. Jasi et all. extrapyramidal syndrome . Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48
2. Anonim. Movement disorders. Mayo Clinic; 2021.
Gejala Ekstrapiramidal Sindrom
Gejalao utama yaitu EPS melemahkan, mengganggu fungsi sosial dan komunikasi, tugas
motorik, dan aktivitas hidup sehari-hari.

Pada Leher / Tulang Gangguan Gaya Rongga mulut Gerakan Jari Mata
Belakang Berjalan
Kejang otot leher Gaya berjalan tidak teratur Gerakan memukul secara Gerakan jari menyerupai Kedipan kedua kelopak
(ataksia) agresif (balismus) memainkan gitar atau mata (blepharospasms)
piano

Terasa nyeri pada leher Mudah tersandung Gerakan anggota tubuh Kram atau kejang yang Mata berputar ke segala
yang tersentak-sentak parah arah (krisis okulogi)

Opisthotonus Ketidakmampuan untuk Gerakan menggosok ibu


mulai berjalan jari
Jacknifing (pinggang Berjalan terseok-seok
membungkuk tiba-tiba)

Perputaran panggul

Elizabeth Pulsifer-Anderson & Edward B. Freeman, MD. Recognition of Movement Disorders: Extrapyramidal Side Effects and Tardive Dyskinesia.
Medical News 
Penyebab Ekstrapiramidal Sindrom
Antipsikotik Generasi
Antipsikotik Generasi Pertama Kedua
1. Klorpromazin 1. Clozapine
2. Haloperidol 2. Risperidone
3. Levomepromazine 3. Olanzapine
4. Thioridazine 4. Quetiapine
5. Trifluoperazine
5. Paliperidone
6. Perphenazine
6. Aripiprazole
7. Flupentixol
7. Ziprasidone
8. Fluphenazine

1. Nadya N. Rompis, Arthur H.P. Mawuntu, Maria Th. Jasi et all. extrapyramidal syndrome . Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-
48
2. Crystal Raypole & Alan Carter, Pharm.D. Understanding Extrapyramidal Symptoms and the Medications That Cause Them. Healthline;
2019.
Patofisiologi
■ Antipsikotik ini merupakan golongan obat yang dapat mengikat reseptor dopamin atau
memblokir dopamin di sistem saraf pusat, sehingga mencegah ganglia basal mendapatkan
cukup dopamine.
■ Sedangkan ganglia basal membutuhkan dopamin untuk dapat berfungsi dengan baik. Oleh
karena itu, antipsikotik ini kemudian dapat mengembangkan Ekstrapiramidal Sindrom.
■ Mengingat, ganglia basal merupakan struktur yang penting yang membantu jaringan saraf otak
mengatur dan mengontrol koordinasi motoric.

Crystal Raypole & Alan Carter, Pharm.D. Understanding Extrapyramidal Symptoms and the Medications That Cause Them. Healthline;
2019.
Komplikasi Ekstrapiramidal

■ Dystonia laring
■ Rhabdomyolysis
■ Ide bunuh diri, agresi, dan kekerasan

Ryan S. D'Souza & W M. Hooten. Extrapyramidal Symptoms. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of
Medicine, National Institutes of Health; 2020.
Diagnosis Ekstrapiramidal Sindrom

■ Diagnosis cukup dibuat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti. terutama riwayat
paparan obat
■ identifikasi gejala (khususnya pada gangguan gerakan yang mungkin dialami)
■ Menggunakan skala evaluasi.

Skala evaluasi ini diketahui dapat memberikan banyak informasi tentang tingkat keparahan
Ekstrapiramidal Sindrom dan juga gejala gejala yang mungkin telah terjadi. Adapun skala yang di
maskud yaitu ada dua:

– Skala Gejala Ekstrapiramidal yang Diinduksi Obat (DIEPSS)

– Skala Peringkat Gejala Ekstrapiramidal (ESRS)

Crystal Raypole & Alan Carter, Pharm.D. Understanding Extrapyramidal Symptoms and the Medications That Cause Them.
Healthline; 2019.
Tatalaksana
■ tujuan terapi adalah untuk memperbaiki gerakan involunter, memperbaiki postur abnormal,
mengurangi rasa sakit, mencegah kontraktur, dan meningkatkan fungsi dan kualitas hidup secara
keseluruhan.
■ Namun, pengobatan pada gejala Ekstrapiramidal merupakan hal yang cukup sulit. Mengingat,
setiap obat memiliki efek yang berbeda beda pada masing masing pasien.
■ pada banyak kasus, seringkali pengobatan Ekstrapiramidal Sindrom dilakukan dengan mencoba
obat obatan yang berbeda dengan dosis yang lebih rendah.

■ Dapat diberikan Trihexyphenidyl.


dimulai dengan dosis 1mg setiap hari dan ditingkatkan 1mg setiap 3-5 hari selama 1 bulan
dengan dosis target 2mg tiga kali sehari.

1. Nadya N. Rompis, Arthur H.P. Mawuntu, Maria Th. Jasi et all. extrapyramidal syndrome . Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 1 (2020), hlm. 42-48
2. Crystal Raypole & Alan Carter, Pharm.D. Understanding Extrapyramidal Symptoms and the Medications That Cause Them. Healthline; 2019.
Pencegahan
■ Hal yang perlu diperhatikan  yaitu, gejala yang timbul mungkin akan mirip atau hampir
sama dengan efek samping dari obat yang dikonsumsi.

■ Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika selalu mengkomunikasikan gejala apapun yang
dialami setelah mengonsumsi obat obatan jenis antipsikotik pada dokter 

■ Dengan adanya diagnosis secara dini, pencegahan Ekstrapiramidal Sindrom untuk menjadi
parah, kemungkinan dapat dilakukan.

Crystal Raypole & Alan Carter, Pharm.D. Understanding Extrapyramidal Symptoms and the Medications That Cause Them. Healthline; 2019.

Anda mungkin juga menyukai