Anda di halaman 1dari 37

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

MELALUI ORGANISASI

Dr. Ade Jubaedah, S.SiT, MM, MKM


SEKJEN PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
2022

PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN INDONESIA (PP IBI)


OUTLINE PAPARAN
1. Profil IBI
2. Implementasi Pendidikan Karakter
3. Etika dan Kode Etik Bidan dalam Pelayanan Kebidanan
Jumlah
Anggota IBI
yang punya
KTA 323.434

4984 Ranting
IBI Didirikan
pada tanggal 24
Juni 1951 514 Cabang

Anggota
KOWANI tahun 34 PD
1951
Anggota ICM PP
tahun 1956

Data PP IBI,
Maret 2022
85% Perempuan
melakukan pemeriksaan kehamilan pada
Bidan

62,7 % persalinan ditolong oleh Bidan

29 % persalinan dan 55 % pelayanan KB


di fasyankes PMB

Bidan Sebagai lini terdepan dalam


• Bidan 323.434 (KTA) pelayanan Kesehatan Ibu, Anak,
• PMB 36.996 Kesehatan Reproduksi Perempuan dan
• Bidan Delima 18.1885 KB
DEFINISI
BIDAN
1. Bidan adalah seorang perempuan yang menyelesaikan program
pendidikan kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang
diakui secara sah oleh pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan
untuk melakukan praktik kebidanan. (UU Kebidanan No 4 Tahun 2019 BAB I
Ketentuan Umum)

2. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang


dilakukan oleh Bidan dalam bentuk Asuhan Kebidanan (UU Kebidanan No 4
Tahun 2019 BAB I Ketentuan Umum)
PELAYANAN
KEBIDANAN
Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan

Tempat Praktik Mandiri Bidan adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang


diselenggarakan oleh Bidan lulusan pendidikan profesi untuk memberikan
pelayanan langsung pada pasien

(data per 4 Mei 2020)


PENDIDIKAN BIDAN

KURIKULUM KOMPETENSI KEWENANGAN


BIDAN
DOKTOR
(S3)

MAGISTER
PROFESI (S2) Pelayanan kes Pelayanan kes Pelayanan
ibu anak balita Kesrep & KB

SARJANA (S1)
DIPLOMA
3

Pendidikan Pendidikan Pelaksanaan tugas Pelaksanaan tugas


Pendidikan
vokasi akademik
profesi
berdasarkan dalam keadaan
pelimpahan wewenang keterbatasan tertentu
UU Kebidanan no.4/2019
PENGATURAN KREDENSIAL PROFESIONALISME BIDAN
MELALUI PROSES
SERTIFIKASI, REGISTRASI & LISENSI

INSTITUSI
PENDIDIKAN
KTKI
MEMPEROLEH
PEMDA
IJAZAH
KAB/KOTA
&SERTIFIKAT
KOMPETENSI STRB
SIPB
LULUS UJI
KOMPETENSI
Registrasi Licensi
LULUS
PENDIDIKAN
Kompetensi Bidan Vokasi dan Profesi

Area Kompetensi

Menyampaikan informasi yang tepat


V
Berkomunikasi dgn Menyampaikan informasi
sesama profesi yang relevan dan O
Menyampaikan informasi
menyampaikan informasi
kepada stakeholder Berkomunikasi
K
dengan stakeholder Berkominikasi ke profesi lain
denganprofesi lain
Komunikasi Efektif A

Menyampaikan informasi ke Berkomunika si Berkominikasi S


stakeholder, mendiskusikan
dengan stakeholder denganprofesi lain IP
Menyampaikan
kinerja dan kebutuhan bidan Berkomunikasi dgn informasi yang
serta melakukan advokasi sesama profesi R
relevan dan
kepada stakeholder membangun kerja
O
sama dengan
Menyampaikan informasi yang tepat dan profesi lain F
menelaah kasus pasien u/
meningkatkan pelayanan E

S
I
Peran dan Fungsi Bidan di Fasilitas Pelayanan
1. Penapisan (skrining) awal kasus & Stabilisasi
2. Kolaborasi penanganan komplikasi dan
kegawatdaruratan maternal neonatal
kompleks (TIM PONEK)
3. Asuhan lanjut paska tindakan medik pada LAYANAN
kasus komplikasi maternal neonatal yang KESEHATAN 1. Penapisan (skrining) awal kasus &
kompleks (interprofessional health care) TERSIER Stabilisasi
2. Kolaborasi penanganan komplikasi dan
kegawatdaruratan maternal neonatal
1. Pelayanan kebidanan essensial normal (TIM PONEK)
 otonomi, mandiri, dan pendelegasian. LAYANAN 3. Asuhan lanjut paska tindakan medik
2. Promotif dan Preventif pada kasus komplikasi maternal
3. Deteksi dini Resti Maternal Neonatal 
KESEHATAN SEKUNDER neonatal (interprofessional health care)
4. PPGDON (Stabilisasi pra rujukan &
rujukan) TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN (TPMB)
5. Kebidanan Komunitas
LAYANAN KESEHATAN PRIMER 1. Pelayanan kebidanan essensial
6. Pembina Posyandu & UKBM
7. Kolaborasi TIM PONED (Interprofessional) normal (otonomi/mandiri)
2. Promotif dan Preventif
3. Deteksi dini Resti Maternal
JAGA KESEHATAN MASYARAKAT Neonatal 
PROMOTIF
4. Stabilisasi pra rujukan &
merujuk)
IMPLEMENTAS
I PENDIDIKAN
KARAKTER
A. WHY:
 Mengapa harus ada pendidikan karakter
B. WHAT:
 Apa karakter
 Apa pendidikan karakter
C. WHEN:
 Kapan pendidikan karakter tepat diberikan

D. WHO:
 Siapa yang harus diberi pendidikan karakter
 Siapa yang harus bertanggung jawab melakukan pendidikan karakter

E. HOW:
 Bagaimana melakukan pendidikan karakter
PENDAHULUAN
 Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena turut
menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina
sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas namun kritis bagi pembentukan karakter
seseorang.
 Thomas Lickona (seorang profesor pendidikan dari Cortland University) mengungkapkan
bahwa ada sepuluh tanda jaman yang kini terjadi, tetapi harus diwaspadai karena dapat
membawa bangsa menuju jurang kehancuran. 10 tanda jaman itu adalah:
(1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat;
(2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku;
(3) pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan, menguat;
(4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba; alkohol dan seks
bebas;
(5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk;
(6) menurunnya etos kerja;
(7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru;
(8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok;
(9) membudayanya kebohongan/ketidakjujuran, dan
(10) adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama.
Pengembangan KARAKTER di INDONESIA

PEMBENTUKAN: USIA
DINI
(Banyak diserahkan pada pembantu)

PENGEMBANGAN: USIA
REMAJA
(Lingkungan masyarakat tidak kondusif)

PEMANTAPAN: USIA DEWASA


(Terbentuknya low trust society)
BANGSA INDONESIA
MENGALAMI KRISIS
KEPRIBADIAN ?

Dan perumpamaan kalimat


(kebijakan) yang buruk
bagaikan pohon yang buruk,
yang telah dicabut akar-
akarnya dari permukaan
bumi; tidak dapat tegak
sedikitpun. (Ibrahim:26)

Timbulkan Akibat Buruk:


- Karakter Bangsa Luntur
- Bencana Meluas Di Bidang:
- Krisis Politik - Ekonomi - Moneter -
Kepercayaan – Hukum - Dll
Hakekat Karakter
 Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu
sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni
Koesoema A (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ”ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
 Sementara Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter.
Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku
tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya,
apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan
karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru
bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai
kaidah moral.
 Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu
spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam
diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan
masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan
merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana
pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan
pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan.
Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar,
yaitu:
1. Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti
luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis;

2. Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan
mengembang-kan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

3. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis,


kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Pendidikan Karakter
Ki Hadjar Dewantara dari Taman Siswa di Yogyakarta bulan Oktober
1949 pernah berkata bahwa "Hidup haruslah diarahkan pada
kemajuan, keberadaban, budaya, dan persatuan”.
Sedangkan menurut Prof. Wuryadi, manusia pada dasarnya baik
secara individu dan kelompok, memiliki apa yang jadi penentu watak
dan karakternya yaitu dasar dan ajar. Dasar dapat dilihat sebagai apa
yang disebut modal biologis (genetik) atau hasil pengalaman yang
sudah dimiliki (teori konstruktivisme), sedangkan ajar adalah
kondisi yang sifatnya diperoleh dari rangkaian pendidikan atau
perubahan yang direncanakan atau diprogram.
FUNGSI KARAKTER
 Selain memperkecil resiko kehancuran, karakter juga menjadi modal yang sangat
penting untuk bersaing dan bekerja sama secara tangguh dan terhormat di tengah-
tengah bangsa lain.
 Karakterlah yang membuat bangsa Jepang cepat bangkit sesudah kekalahannya
dalam Perang Dunia II dan meraih kembali martabatnya di dunia internasional.
 Karakterlah yang membuat bangsa Vietnam tidak bisa ditaklukkan, bahkan
mengalahkan dua bangsa yang secara teknologi dan ekonomi jauh lebih maju, yaitu
Perancis dan Amerika.
 Pembangunan karakterlah yang membuat Korea Selatan sekarang jauh lebih maju
dari Indonesia, walaupun pada tahun 1962 keadaan kedua negara secara ekonomi dan
teknologi hampir sama.
 Pembangunan karakterlah yang membuat para pejuang kemerdekaan berhasil
menghantar bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaannya (Gedhe Raka, 1997 ).
URGENSI PENGEMBANGAN KARAKTER
 “Selama dimensi karakter tidak menjadi bagian dari kriteria keberhasilan dalam
pendidikan, selama itu pula pendidikan tidak akan berkontribusi banyak dalam
pembangunan karakter” (I Gedhe Raka)
 ”Dalam kenyataanya, pendidik berkarakterlah yang menghasilkan SDM handal
dan memiliki jati diri. Oleh karena itu, jadilah manusia yang memiliki jati diri,
berkarakter kuat dan cerdas.”
 ”Pilar akhlak (moral) yang dimiliki dalam diri seseorang, sehingga ia menjadi orang
yang berkarakter baik (good character), memiliki sikap jujur, sabar, rendah hati,
tanggung jawab dan rasa hormat, yang tercermin dalam kesatuan organisasi pribadi
yang harmonis dan dinamis. Tanpa nilai-nilai moral dasar (basic moral values) yang
senantiasa dalam diri pribadi kapan dan dimana saja, orang dapat dipertanyakan kadar
keimanan dan ketaqwaan.
Nilai-nilai Karakter
 Nilai-nilai itu meliputi :
1. Ketuhanan yang maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Nilai-nilai ini selaras dengan nilai-nilai 5 pilars characteristics :
1. Transendensi: Menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang maha Esa. Darinya
akan memunculkan penghambaan semata-mata pada Tuhannya yang Esa. Kesadaran ini juga
berarti memahami keberadaan diri dan alam sekitar sehingga mampu memakmurkannya.
2. Humanisasi: Setiap manusia pada hakekatnya setara di mata Tuhan kecuali ilmu dan ketakwaan
yang membedakannya. Manusia diciptakan sebagai subjek yang memiliki potensi.
3. Kebinekaan: Kesadaran akan ada sekian banyak perbedaan di dunia. Akan tetapi, mampu
mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan
Liberasi: Pembebasan atas penindasan sesama manusia. Olehnya, tidak dibenarkan adanya
penjajahan manusia oleh manusia.
4. Keadilan: Keadilan merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi proporsional.
9 Indikator Pendidikan Karakter
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya
(love Allah, trust, reverence, loyalty)
2. Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian
(responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness)
3. Kejujuran/Amanah dan Arif
(trustworthines, honesty, and tactful)
4. Hormat dan Santun
(respect, courtesy, obedience)
5. Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama
(love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation)
6. Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras
(confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm)
7. Kepemimpinan dan Keadilan
(justice, fairness, mercy, leadership)
8. Baik dan Rendah Hati
(kindness, friendliness, humility, modesty)
9. Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
(tolerance, flexibility, peacefulness, unity)
FAKTOR DOMINAN DALAM
PEMBINAAN KARAKTER DEWASA INI

(1) Guru
(2)
(8) Media Selibriti/
elektronik
Artis

FAKTOR
BERPENGARUH (3)
(7) Media
DALAM
cetak PEMBINAAN Pejabat
KARAKTER

(6) Kedua (4) Tokoh


orangtua masyarakat
(5) Teman
sejawat
KESIMPULAN
Ciri orang yang memiliki karakter yang baik, antara lain:
1. Secara tulus dia patuh pada Tuhannya;
2. Dia tertib dan disiplin melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Tuhan;
3. Memahami dan menghargai ajaran agama lain, sehingga
tercipta kehidupan yang toleran;
4. Memperbanyak kerjasama dalam bidang kehidupan social.
5. Memiliki prilaku baik berdasarkan nilai agama yang
dianautnya
6. Menghindarkan diri dari prilaku yang tidak sejalan dengan
nilai agama yang dianutnya.
7. dll.
Etika dan Kode Etik dalam
Pelayanan Kebidanan
DESKRIPSI SINGKAT

 Etika profesi dalam pelayanan kebidanan merupakan landasan bagi bidan


dalam memberikan pelayanan kepada individu, keluarga dan masyarakat,
sehingga Bidan dapat menunjukkan perilaku etis terhadap klien, teman sejawat
dan masyarakat serta diri sendiri dan profesi sesuai dengan norma yang
berlaku. Disamping itu Bidan diharapkan dapat mengembangkan profesionalitas
dalam menyikapi masalah/isu etik.
Kode Etik Bidan Indonesia
 Pengertian Kode Etik Bidan Indonesia
 Prinsip Kode Etik Bidan Indonesia
 Perbedaan etika, disiplin dan hukum
 Kewajiban Bidan Indonesia
Pengertian Kode Etik Bidan Indonesia

Kode Etik Bidan Indonesia adalah norma-


norma yang disepakati dan ditetapkan
oleh Profesi Bidan untuk dipatuhi dan
diterapkan oleh setiap anggota profesi
Bidan dalam melaksanakan tugas
profesinya di masyarakat.
Prinsip Kode Etik Bidan Indonesia

Mengacu pada azaz umum etika yang terdiri


dari kewajiban berbuat baik, bertindak yang
tidak membahayakan ataupun memperburuk
kondisi klien, menghormati dan menghargai
hak otonomi dan kerahasiaan klien; serta
memberikan perlakuan yang adil kepada
setiap klien.
Perbedaan etika, disiplin dan hukum
Etika bidan adalah pedoman tingkah laku atau perilaku bidan yang
baik dan benar, yakni tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan
oleh bidan sesuai dengan prinsip moral profesi bidan.
Disiplin adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan
taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar
tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang
mengurusi tata tertib suatu masyarakat dan harus ditaati oleh
masyarakat tersebut. Hukum berisi sanksi yang tegas bagi mereka
yang melanggar peraturan-peraturan tersebut.
Kewajiban Bidan Indonesia
Menurut Surat Keputusan Kongres XVI Ikatan Bidan
Indonesia No. 010/SKEP/KONGRESXVI/IBI/X/2018 tentang
Kode Etik Bidan Indonesia. Bidan
• Kewajiban Bidan Terhadap Klien
• Kewajiban Bidan Terhadap Tugas
• Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat Bidan dan Tenaga Kesehatan
• Kewajiban Bidan Terhadap Profesi
• Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri
• Kewajiban Bidan Terhadap Negara
Etika dalam Pelayanan Kebidanan

• Permasalahan etik
• Pencegahan konflik
• Pengambilan Keputusan
• Penanganan Pelanggaran Etik
Permasalahan etik

 Permasalahan Etik Dalam Kehidupan 85% 35% 65% 45%

Sehari-Hari
 Masalah Etik Yang Berhubungan
Dengan Teknologi
 Etik Dan Profesi
 Etik Issue Dan Dilema Etik
Pencegahan konflik

Informed Choice: membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang


alternatif asuhan yang akan dialaminya.

Informed Consent: persetujuan yang diberikan oleh klien atau walinya yang berhak
untuk dilakukan suatu tindakan kebidanan terhadap klien sesudah memperoleh
informasi lengkap dan memahami mengenai tindakan itu.

Negosiasi: sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha
untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan.

Persuasi: komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang


lain.
Pengambilan Keputusan
Utilitarianisme :

Dibedakan menjadi 2 (dua) hal, yaitu Tindakan utilitarianisme adalah tindakan dinilai baik,
benar dan tepat berdasarkan keuntungan/manfaat/efisiensi dari tindakan tersebut.
Sedangkan Aturan utilitarianisme, adalah tindakan dinilai baik, benar jika dalam aturan yang
benar

Deontologi:

Tindakan dinilai baik dan benar jika memprioritaskan “ tugas” atau “kewajiban” tanpa
mengindahkan konsekuensinya, dimanapun tempatnya maupun kemampuan yang
dimilikinya, berfokus pada penyelamatan jiwa, meminimalisir risiko yang mungkin timbul
akibat asuhan yang diberikan
1 Setiap orang (individu) atau kepentingan yang dirugikan dapat membuat pengaduan terkait adanya
dugaan pelanggaran etik yang dilakukan oleh bidan.

2 Pengaduan diajukan secara tertulis dan sekurang-kurangnya harus memuat


ALUR
PENANGANAN Pengaduan dapat disampaikan langsung melalui pengurus cabang IBI di wilayah tempat kejadian
DUGAAN 3 perkara kasus aduan tersebut dengan tembusan ke pengurus daerah IBI dan pengurus pusat IBI
(MPEB).
PELANGGARA
N ETIK MPEB menyepakati keputusan
4

5 Pelaksanaan keputusan MPEB


Terima Kasih
BIDAN KREATIF & INOVATIF
• Ibu Sehat
• Anak Sehat
• Bangsa Sehat & Kuat

Bidan Salah Satu Garda


Terdepan Mengawal
Generasi Unggul
Indonesia Maju

Anda mungkin juga menyukai