Anda di halaman 1dari 27

METODE HARGA POKOK PESANAN

(Job Order Costing)

(Sisa Bahan, Produk Rusak dan Produk Cacat)


Kerugian dalam Proses Produksi
Kerugian dalam proses produksi
berdasarkan pesanan tidak dapat
dihindari, kerugian ini bisa diakibatkan
oleh :
1. Adanya sisa bahan.
2. Produk cacat.
3. Produk rusak.
2
1. Sisa Bahan
Manajemen yang terlibat dalam proses
produksi harus dapat bekerja sama untuk
mengurangi kerugian seminimal mungkin.

Kesuksesan perusahaan Jepang saat ini


dengan menganut zero defect, yaitu ukuran
untuk mengurangi kerugian tersebut
merupakan biaya efektif karena total biaya
pabrikasi jangka panjang akan menurun
sejalan menurunnya persentase sisa bahan.
3
1. Sisa Bahan
Dalam proses pabrikasi sisa bahan dapat
berasal dari :
1. Pengolahan kurang baik.
2. Suku cadang rusak atau cacat yang tidak
bisa diretur.
3. Stok bahan terlalu lama.
4. Penghentian proyek-proyek percobaan.
5. Mesin-mesin pengolahan sudah terlalu tua.

4
2. Produk Cacat
Produk cacat adalah produk yang
dihasilkan dalam proses produksi,
dimana produk yang dihasilkan tidak
sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan, tetapi secara ekonomis
produk tersebut dapat diperbaiki dengan
mengeluarkan biaya tertentu setelah
produk tersebut diperbaiki.
5
Faktor Penyebab Terjadi
Produk Cacat
1. Bersifat normal.
Dalam setiap proses produksi baik yang
dilakukan dengan menggunakan biaya
pesanan, terjadinya produk cacat tidak bisa
dihindari, maka untuk memperbaiki produk
cacat tersebut membutuhkan biaya
tertentu. Perlakuan biaya tambahan ini,
akan dibebankan pada biaya overhead
pabrik.

6
Contoh 1
PT Lucky Star adalah perusahaan yang menghasilkan komponen untuk
sepeda motor. Pada bulan September 2006 perusahaan menerima
pesanan 1.400 unit komponen. Harga pokok untuk satu unit komponen Rp
4.500, yang terdiri bahan baku langsung Rp 2.000, tenaga kerja langsung
Rp 1.600, dan BOP dibebankan Rp 900. Terjadi kerusakan sebanyak 50
unit, dianggap sebagai kerusakan normal. Produk ini perlu diperbaiki
dengan mengeluarkan : biaya bahan baku langsung Rp 30.000, biaya
tenaga kerja langsung Rp 12.500, biaya overhead pabrik Rp 10.000.

Jurnal :
Biaya Overhead Pabrik Rp 52.500
Persediaan bahan baku Rp 30.000
Beban gaji Rp
12.500
Macam-macam kredit Rp
10.000
7
Faktor Penyebab Terjadi
Produk Cacat
2. Karena kesalahan.
Terjadinya produk cacat akibat
kesalahan dalam proses produksi
seperti kurangnya perencanaan,
pengawasan, dan pengendalian,
kelalaian pekerja. Maka biaya untuk
memperbaiki produk cacat ini
diperlakukan sebagai rugi produk
cacat.
8
Contoh 2
PT Dinda Star adalah perusahaan yang menghasilkan komponen untuk
radio. Pada bulan September 2006 perusahaan menerima pesanan 3.000
unit komponen. Harga pokok untuk satu unit komponen Rp 1.800, yang
terdiri bahan baku langsung Rp 700, tenaga kerja langsung Rp 800, dan
BOP dibebankan Rp 300. Terjadi kerusakan sebanyak 100 unit, dianggap
sebagai kerusakan karena kesalahan. Produk ini perlu diperbaiki dengan
mengeluarkan : biaya bahan baku langsung Rp 15.000, biaya tenaga
kerja langsung Rp 10.000, biaya overhead pabrik Rp 1.000.

Jurnal :
Rugi Produk Cacat Rp 26.000
Persediaan bahan baku Rp 15.000
Beban gaji Rp 10.000
Macam-macam kredit Rp 1.000

9
3. Produk Rusak
Produk rusak adalah produk yang dihasilkan
dalam proses produksi, dimana produk yang
dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan
standar mutu yang ditetapkan, tetapi secara
ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki
dengan mengeluarkan biaya yang lebih besar
dari nilai jualnya setelah produk tesebut
diperbaiki. Produk rusak ini umumnya diketahui
setelah proses produksi selesai.
10
Faktor Penyebab Terjadi
Produk Rusak
1. Bersifat normal.
Setiap proses produksi tidak akan bisa
dihindari terjadinya produk rusak, maka
perusahaan akan memperhitungkan
sebelum proses produksi dimulai.
2. Karena kesalahan.
Terjadinya produk rusak diakibatkan
kesalahan dalam proses produksi, masalah
ini karena kurangnya perencanaan dan
pengawasan terhadap tenaga kerja.
11
Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak

Produk Rusak Laku Dijual


Bersifat Normal : Contoh 3
Produk rusak normal laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak
diperlakukan sebagai : pengurang biaya overhead pabrik.

PT Lucky Star adalah perusahaan yang menghasilkan mainan anak-anak.


Pada bulan September 2006 perusahaan menerima pesanan 1.000 unit
mainan. Harga pokok untuk satu unit mainan Rp 4.500, yang terdiri bahan
baku langsung Rp 2.000, tenaga kerja langsung Rp 1.600, dan BOP
dibebankan Rp 900. Dari pesanan 1.000 unit tersebut, perusahaan
memproduksi 1.050 unit, sebanyak 50 unit terjadi kerusakan normal, yang
laku dijual dengan harga Rp 2.000 per unit.

Harga Pokok Produk Selesai per unit :


HP. Produk Selesai, produk baik : 1.000 unit x Rp 4.500 = Rp
4.500.000
HP. Produk Rusak : 50 unit x Rp 4.500 = Rp 225.000
HP. Produk Selesai, produk baik = Rp 4.725.000

12
Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak

Produk Rusak Laku Dijual


Bersifat Normal
Harga pokok produk rusak sebesar Rp 225.000 diperlakukan
sebagai biaya overhead pabrik. Hasil penjualan produk
rusak Rp 100.000 (50 unit x Rp 2.000).

Jurnal :

Kas Rp 100.000
Biaya Overhead pabrik Rp 125.000
Barang Dalam Proses Rp 225.000

13
Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak

Produk Rusak Laku Dijual


Karena Kesalahan
Produk rusak karena kesalahan laku dijual, maka hasil
penjualan produk rusak diperlakukan sebagai :
pengurang bagi produk rusak.

Harga Pokok Produk Rusak Rp 225.000


Penjualan Produk Rusak : 50 unit x Rp 2.000 Rp 100.000
Rugi Produk Rusak Rp 125.000

Jurnal :
Kas Rp 100.000
Rugi karena produk rusak Rp 125.000
Barang Dalam Proses Rp 225.000
14
Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak

Produk Rusak Tidak Laku Dijual


Bersifat Normal : Contoh 4
Produk rusak normal tidak laku dijual, maka hasil penjualan produk
rusak diperlakukan sebagai : biaya overhead pabrik.

PT Lucky Star adalah perusahaan yang menghasilkan mainan anak-anak.


Pada bulan September 2006 perusahaan menerima pesanan 1.000 unit
mainan. Harga pokok untuk satu unit mainan Rp 4.500, yang terdiri bahan
baku langsung Rp 2.000, tenaga kerja langsung Rp 1.600, dan BOP
dibebankan Rp 900. Dari pesanan 1.000 unit tersebut, perusahaan
memproduksi 1.050 unit, sebanyak 50 unit terjadi kerusakan normal, yang
tidak laku dijual.

Jurnal :
Biaya overhead pabrik Rp 225.000
Barang Dalam Proses Rp 225.000

15
Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak

Produk Rusak Tidak Laku Dijual


Karena Kesalahan
Produk rusak karena kesalahan tidak laku dijual, maka harga
Pokok produk rusak diperlakukan sebagai :
rugi produk rusak.

Rugi Produk Rusak Rp 225.000


Barang Dalam Proses Rp 225.000

16
Contoh 6
PT Bukit Tinggi menggunakan sistem akumulasi biaya berdasarkan pesanan
untuk produk yang dihasilkan. Perusahaan membebankan biaya overhead
pabriknya berdasarkan Jam Kerja Langsung (JKL).
Pada tanggal 1 Januari 2006, kartu biaya pesanan perusahaan
menunjukkan sebagai berikut :

JOB C.01 JOB C.02 JOB C.03 JOB C.04

Bahan Baku Rp 7.180 Rp 4.000 Rp 2.960 Rp 4.000

Tenaga Kerja Langsung Rp 5.400 Rp 3.000 Rp 2.000 Rp 2.400

BOP Dibebankan Rp 4.320 Rp 2.400 Rp 1.600 Rp 1.920

Total Biaya Produksi Rp 16.900 Rp 9.400 Rp 6.560 Rp 8.320

Status Produk :
JOB C.01 = Telah selesai dan belum diserahkan ke pemesan
JOB C.02 = Masih dalam proses
JOB C.03 = Masih dalam proses
JOB C.04 = Masih dalam proses
17
Latihan
Pada bulan Januari selain menyelesaikan JOB C.02, JOB C.03,
JOB C.04, perusahaan juga menerima pesanan lain yaitu : JOB
C.05, JOB C.06, dan JOB C.07. Pemakaian bahan baku dan
jam kerja untuk masing-masing produk selama bulan Januari
2006 sebagai berikut :

JOB C.02 JOB C.03 JOB C.04 JOB C.05 JOB C.06 JOB C.07

Bahan Baku Rp 2.500 Rp 1.110 Rp 1.940 Rp 5.000 Rp 3.960 Rp 4.900

JKL 200 jam 150 jam 100 jam 210 jam 100 jam 190 jam

18
Pada tanggal 31 Januari 2006 terdapat produk dalam proses
dan produk selesai dengan serapan biaya sebagai berikut :

Produk jadi :

JOB C.04 JOB C.07

Bahan Baku Rp 5.940 Rp 4.900

Tenaga Kerja Langsung Rp 4.400 Rp 3.800

BOP Rp 3.520 Rp 3.040

Total Rp 13.860 Rp 11.740

Produk Dalam Proses :

JOB C.03 JOB C.06

Bahan Baku Rp 4.070 Rp 3.960

Tenaga Kerja Langsung Rp 5.000 Rp 2.000

BOP Rp 4.000 Rp 1.600

Total Rp 13.070 Rp 7.560

19
Data lain :
1. Tarif biaya tenaga kerja sebesar Rp 20 per jam, tarif ini tidak akan
mengalami perubahan selama 2006.
2. Perusahaan hanya memiliki satu akun (pengendali bahan baku)
untuk menampung bahan baku langsung. Saldo akun ini pada awal
Januari sebesar Rp 5.500.
3. Biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari, sbb :
Pembelian bahan baku Rp 23.000
Bahan baku tidak langsung digunakan Rp 5.580
Tenaga kerja tidak langsung Rp 5.000
Penyusutan peralatan pabrik Rp 2.750
Listrik, air pabrik Rp 5.400
4. Semua penjualan dilakukan secara kredit dengan margin yang
diinginkan 40% dari total biaya produksi.
5. Semua varians BOP over/under applied dibebankan ke Harga Pokok
Penjualan.

20
Diminta :
1. Hitunglah saldo persediaan bahan dan produk
dalam proses per 31 Januari 2006.
2. Hitunglah Harga Pokok Penjualan bulan Januari
2006.
3. Hitunglah selisih biaya overhead pabrik.
4. Hitunglah Laba Kotor bulan Januari 2006.

21
Penyelesaian
Petunjuk :
1. Identifikasi terlebih dahulu masing-masing JOB.
2. Hitunglah jam dan tarif pembebanan BOP.

Identifikasi masing-masing JOB per 31 Januari :


JOB C.01 = Selesai = Telah diserahkan ke pemesan
JOB C.02 = Selesai = Telah diserahkan ke pemesan
JOB C.03 = Masih Dalam Proses = Persediaan Produk Dalam Proses
JOB C.04 = Selesai = Belum diserahkan ke pemesan
JOB C.05 = Selesai = Telah diserahkan ke pemesan
JOB C.06 = Masih Dalam Proses = Persediaan Produk Dalam Proses
JOB C.07 = Selesai = Belum diserahkan ke pemesan

22
Penyelesaian
Tarif Pembebanan
Tarif dihitung berdasarkan jam kerja langsung

Contoh JOB C.02


Tenaga Kerja Langsung = Rp 3.000 tarif per jam Rp 20
Jam kerja langsung = Rp 3.000 = 150 jam
Rp 20
JOB C.02 BOP = Rp 2.400
Jam Kerja Langsung = 150 jam
Tarif BOP = Rp 2.400 = Rp 16 per jam
150 jam
Maka tarif BOP sama untuk semua JOB.
23
Penyelesaian
Perhitungan Biaya Masing-masing JOB.

JOB C.01 JOB C.02 JOB C.03 JOB C.04 JOB C.05 JOB C.06 JOB C.07

Bahan langsung Rp 7.180 Rp 4.000 Rp 2.960 Rp 4.000

TKL Rp 5.400 Rp 3.000 Rp 2.000 Rp 2.400

BOP Rp 4.320 Rp 2.400 Rp 1.600 Rp 1.920

Rp 16.900 Rp 9.400 Rp 6.560 Rp 8.320


Bahan langsung - Rp 2.500 Rp 1.110 Rp 1.940 Rp 5.000 Rp 3.960 Rp 4.900

TKL - Rp 4.000 Rp 3.000 Rp 2.000 Rp 4.200 Rp 2.000 Rp 3.800

BOP - Rp 3.200 Rp 2.400 Rp 1.600 Rp 3.360 Rp 1.600 Rp 3.040

Rp - Rp 9.700 Rp 6.510 Rp 5.540 Rp 12.560 Rp 7.560 Rp 11.740


Total Rp 16.900 Rp 19.100 Rp 13.070 Rp 13.860 Rp 12.560 Rp 7.560 Rp 11.740

24
Penyelesaian
1. Saldo Bahan Baku per 31 Januari 2006.
Saldo Awal Rp 5.500
Pembelian Bahan Rp 23.000 +
Rp 28.500

Pemakaian Bahan
Bahan Langsung Rp 19.410
(JOB 02, 03, 04, 05, 06, 07)
Bahan tak langsung Rp 5.580 +
Rp 24.990 –
Saldo Akhir Rp 3.510

Saldo Produk Dalam Proses


Per 31 Jan 2006
Saldo Awal (JOB C.02, 03, 04) Rp 24.280
Biaya Periode Januari :
(JOB 02, 03, 04, 05, 06, 07)
Bahan Langsung Rp 19.410
TKL Rp 19.000
BOP Rp 15.200 +
Rp 53.610 +
Rp 77.890
COGM (JOB 02, 04, 05, 07) Rp 57.260 -
Saldo Akhir (JOB 03, 06) Rp 20.630
25
Penyelesaian
PT Bukit Tinggi
Laporan Harga Pokok Penjualan
Untuk Bulan Januari 2006

Bahan Baku
Persediaan awal Rp 5.500
Pembelian Bahan Baku Rp 23.000 +

Bahan Baku siap digunakan Rp 28.500

Pemakaian Bahan baku tak langsung Rp 5.580


Persediaan Akhir Rp 3.510 +
Rp 9.090 –
Bahan Baku Langsung digunakan Rp 19.410
Tenaga Kerja langsung Rp 19.000
BOP Dibebankan Rp 15.200 +

Total Biaya Produksi Rp 53.610


Produk Dalam Proses Awal Rp 24.280 +
Rp 77.890
Produk Dalam Proses Akhir Rp 20.630 –

Harga Pokok Produksi Rp 57.260


Produk Selesai awal Rp 16.900 +
Rp 74.160
Produk Selesai akhir Rp 25.600 –

Harga Pokok Penjualan Rp 48.560


26
Penyelesaian
2. Selisih pembebanan (Over/Under Applied)
BOP sesungguhnya Rp 18.730
BOP dibebankan Rp 15.200 -
Under Applied Rp 3.530

3. Laba Kotor
Penjualan : 48.560 x 140% Rp 67.984
Harga Pokok Penjualan Rp 48.560
Under Applied Rp 3.530 +
Rp 52.090 -
Laba Kotor Rp 15.894

27

Anda mungkin juga menyukai