Meliana - 112210824 - Tugas Sejarah, Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Meliana - 112210824 - Tugas Sejarah, Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Oleh :
Meliana (112210824)
MA.22.B1
DIAGRAM ALIR
Bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928, saat Sumpah Pemuda. Saat itu, para pemuda di pelosok Nusantara tengah berkumpul
dalam rapat pemuda. Rapat tersebut kemudian menghasilkan tiga ikrar yang diberi nama Sumpah Pemuda. Isi dari tiga ikrar tersebut
adalah:
1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar ketiga menjadi tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Kemudian pada 1942, Jepang menduduki Indonesia. Saat itu, Jepang hanya bisa menggunakan bahasanya sendiri. Hal ini
kemudian diikuti dengan jatuhnya bahasa Belanda dari kedudukannya sebagai bahasa resmi, bahkan dilarang untuk
digunakan. Pada masa penjajahan Jepang bahasa Indonesia dikatakan mengalami perlakuan yang lebih baik dibandingkan
pada masa penjajahan Belanda karena saat itu untuk sementara Jepang memilih jalan praktis untuk menggunakan bahasa
Indonesia yang sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, Jepang terpaksa harus menumbuhkan dan
mengembangkan bahasa Indonesia secepat-cepatnya agar pemerintahannya dapat berjalan dengan lancar. Saat Jepang
menyerah, terlihat bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan semakin kuat kedudukannya.
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SETELAH
KEMERDEKAAN
Tonggak sejarah lahirnya Bahasa Indonesia ada pada terbentuknya sumpah pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. Ikrar ini juga dijadikan sebagai pengakuan bahwa bahasa Melayu (sebagai salah satu bahasa
daerah di Nusantara) menjadi bahasa Indonesia. Sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda tersebut, bangsa
Indonesia memasukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.
Sejarah sastra khususnya sejarah sastra modern adalah menentukan masa awal sebagai kelahirannya.
Banyak para ahli menyatakan pendapat bahwa kelahiran sastra sekitar 1920-an. Bahkan, sejarah sastra
berkembang pada abad ke 20 sebagaimana tampak penerbitan pers (surat kabar dan makalah) dan buku,
baik dari penerbitan kolonial maupun swasta. Banyak para sastrawan yang berpendapat mengenai kelahiran
sastra. Seperti munculnya Balai pustaka pada masa itu dianggap sebagai tonggak penting dalam sejarah
sastra Indonesia meskipun balai pustaka merupakan produk yang dibentuk oleh kolonial.
PERKEMBANGAN EJAAN BAHASA INDONESIA
Pada saat itu masih disebut sebagai Bahasa Melayu. Ejaan ini disusun oleh salah seorang yang berasal dari
Belanda bernama Charles A. Van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Selar Soetan Mamur dan
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901) Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dikenal dengan gaya penulisan yang masih menggunakan /dj/, /tj/,
dan /oe/, contoh kata-kata yang digunakan seperti goeroe, itoe, oemoer.
Ejaan yang disahkan pada tahun 1947 tepatnya pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Nama ejaan ini
2. Ejaan Soewandi atau diambil dari Mr. Raden Soewandi yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Republik (1947) Kebudayaan. Ejaan ini masih sangat terpengaruh dengan ejaan sebelumnya, seperti penggunaan /oe/ yang
diganti dengan /u/. Selain itu, gaya penulisan dalam ejaan sering kali menggunakan tanda baca kutip satu (‘),
misalnya /ra’yat/, dan /Jum’at/.
Ejaan ini disahkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II yang diadakan di Medan yang dipimpin oleh Mohammad
3. Ejaan Pembaharuan (1954) Yamin untuk menyempurnakan ejaan sebelumnya. Walaupun tidak diresmikan secara undang-undang, tetapi
ejaan ini berhasil mengubah Ejaan Soewandi menjadi Ejaan Pembaharuan.
Ejaan Melindo diwacanakan menurut Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia sekitar akhir tahun 1959.
Kehadiran Ejaan Melindo diharapkan menjadi penyempurna ejaan sebelumnya yang dianggap penulisannya
4. Ejaan Melindo (1959) sangat menyulitkan. Nama ejaan ini didapatkan dari akronim Melayu-Indonesia dan sama seperti ejaan
sebelumnya yaitu tidak diresmikan dalam undang-undang akibat terjadinya konfrontasi Indonesia dengan
Malaysia tahun 1962.
PERKEMBANGAN EJAAN BAHASA INDONESIA
5. Ejaan Baru Atau Lembaga Pergantian Ejaan Melindo yang gagal disahkan, akhirnya Lembaga Bahasa dan Kesusastraan tahun
Bahasa Dan Kesusastraan (LBK) 1967 mengeluarkan ejaan bahasa baru. Pada ejaan LBK, pelafalan asing mulai diserap seperti
(1967)
penggunaan /x/ dalam Bahasa Inggris menjadi /ks/ dalam Bahasa Indonesia.
Ejaan ini disahkan semasa menteri Mashuri Saleh dan mengalami dua kali penyempurnaan atau
6. Ejaan Yang Disempurnakan perbaikan. Perbaikan pertama tahun 1987 dan perbaikan kedua tahun 2009. Ejaan ini cukup lama
(EYD) (1972) digunakan dan dijadikan sebagai pedoman berbahasa dan kepenulisan sampai tahun 2015.
Pedoman ejaan ini meresmikan huruf-huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” sebagai bagian dari Bahasa
Indonesia.
Pada tahun 2015, pemerintah berupaya dalam menyempurnakan ejaan bahasa hingga menemukan
7. Ejaan Bahasa Indonesia titik terang pembaruan. Pada tahun 2015, adanya peresmian ejaan baru oleh Anies Baswedan yang
(2015)
saat itu menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan ini masih dijadikan pedoman
berbahasa Indonesia dalam kepenulisan hingga saat ini.
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
• Fungsi praktis
Fungsi Bahasa • fungsi kultural
Indonesia • fungsi artistic
berdasarkan tujuan
penggunaan • fungsi edukatif
• fungsi politis
BAHASA INDONESIA BAKU
Bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia, baik yang menyangkut ejaan, lafal,
bentuk kata, struktur kalimat, maupun penggunaan bahasa. Pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang
berlaku sekarang ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ada beberapa keuntungan menggunakan bahasa baku, diantaranya sebagai berikut:
1. Menggunakan bahasa baku berarti turut andil dalam melestarikan bahasa nasional karena penggunaan bahasa tidak baku
selain merusak kaidah bahasa juga bisa menimbulkan salah pemaknaan.
2. Menggunakan bahasa baku bisa mempermudah komunikasi dengan siapapun yang berasal dari berbagai kalangan.
3. Tulisan menjadi lebih enak dibaca dan dirasakan, coba Anda bandingkan "gue nggak bisa membuat blog bagusnya kaya
gitu" dengan "saya tidak bisa membuat blog sebagus itu"
4. Mesin pencari lebih mudah mengindeks tulisan yang menggunakan bahasa baku melalui internet, sebagai contoh
pencarian artikel melalui Google dengan kata kunci “cara ngurangin berat badan” maka rekomendasi dari Google adalah
“cara mengurangi berat badan”
5. Bahasa baku bisa di translate (menggunakan Google Translate) ke dalam bahasa lain dengan struktur kata lebih jelas
sehingga pengunjung yang berbeda bahasa bisa memahami maksud artikel yang disampaikan dengan lebih jelas.
Penggunaan kaidah yang benar dalam pemakaian bahasa menunjukkan kepribadian seseorang. Mereka yang bahasanya bagus
secara umum menunjukkan intelektualitas yang lebih tinggi dibanding yang bahasanya kurang bagus. Terlepas dari itu semua
bahwa penggunaan bahasa pengantar blog tidak harus menggunakan bahasa baku tapi jika ada yang lebih baik mengapa
memilih yang tidak baik.
FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KONTEKS
ILMIAH
Dalam peranannya bahasa Indonesia dalam penulisan atau dalam konteks ilmiah sangatlah penting.
Dikarenakan dalam penulisan ilmiah membutuhkan penggunaan tata bahasa Indonesia yang baik.
Penggunaan tata bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah ialah penggunaan tata bahasa yang telah
mengikuti aturan EYD yang benar dalam segi penggunaan tata bahasa, segi pemilihan kata, dan segi
penggunaan tanda baca.
Sering kali pada konteks ilmiah bahasa diartikan sebagai buah pikir penulis, sebagai hasil dari
pengamatan, tinjauan, penelitian yang dilakukan oleh si penulis tersebut pada ilmu pengetahuan
tertentu. Dalam konteks karya ilmiah isi dari karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Tujuannya agar karya tersebut dapat tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada
dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal
yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan
nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah
kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya
yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa
kesalahan makna bagi penerimanya. Penulisan ilmiah merupakan sebuah karangan yang bersifat fakta
atau real yang ditulis dengan menggunakan penulisan yang baik dan benar serta ditulis menurut
metode yang ada.
TERIMA KASIH